Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar hematologi dan onkologi anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Murti Andriastuti, mengatakan bayi yang mengalami anemia defisiensi zat besi (ADB) dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan dalam jangka panjang. Anemia sendiri secara umum adalah berkurangnya nilai sel darah merah yang berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Dalam sel darah merah terdapat zat besi untuk mengikat oksigen yang diperlukan sel darah merah sehingga metabolisme tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang paling menjadi perhatian utama dampak jangka panjangnya ternyata bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Apalagi pada bayi, ADB jangka panjang bisa mempengaruhi kecerdasannya,” ucap Murti, Kamis, 12 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan anak yang terkena ADB pada masa pertumbuhan, terutama bayi, akan berdampak pada susunan saraf di otak sehingga tahapan tumbuh kembangnya akan tertinggal dan tidak bisa normal kembali meskipun sudah dilakukan stimulasi. Masa kritis anak dengan ADB mulai dari bayi baru lahir hingga usia 3 tahun, di mana pertumbuhan fungsi otak sedang berkembang dengan sangat cepat sehingga diharapkan anak akan tumbuh dan berkembang sesuai usianya dan bisa menghasilkan generasi yang berkualitas.
Murti mengatakan angka kejadian anemia di Indonesia paling tinggi karena kekurangan kadar zat besi, yaitu sekitar 30-50 persen. Hal ini mempengaruhi juga kualitas sumber daya manusia suatu negara di kemudian hari sehingga sangat penting memperhatikan anak tidak mengalami anemia defisiensi zat besi.
Penyebab paling utama ADB adalah masalah kekurangan nutrisi yang banyak terjadi saat bayi mulai mendapatkan makanan pendamping ASI atau MPASI. Pada masa itu, penting untuk memberikan asupan MPASI yang mengandung zat besi karena sampai setahun pertama pertumbuhan bayi akan mengalami peningkatan zat besi untuk mengejar tahapan usia pertumbuhan.
“Ada masa transisi pada bayi dari mulai minum ASI dia harus mulai belajar makanan pendamping. Kita harus selalu bisa bagaimana caranya memberikan makanan MPASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi dan usianya,” jelas Murti.
Murti mengatakan masih banyak ibu yang tidak tahu pentingnya memberikan MPASI bernutrisi sehingga sering kali setelah selesai ASI cadangan zat besi menurun dan anak mulai terlihat pucat. Ia menambahkan dalam menyediakan MPASI untuk anak harus memenuhi semua nutrisi yang mencakup makronutrien seperti zat besi, yang bisa didapat dalam daging merah.
Rentan pada remaja putri
Tidak hanya pada bayi, risiko ADB juga harus diperhatikan pada kelompok paling rentan, yaitu remaja putri, karena secara fisiologis akan mengalami menstruasi setiap bulan. Dokter yang menamatkan pendidikan S3 di Universitas Indonesia ini mengatakan pada remaja putri harus diperhatikan jika menstruasi terjadi dalam periode lebih dari dua minggu harus dilakukan terapi dengan suplemen penambah darah.
“Harus hati-hati kalau menstruasinya panjang dan lama itu bisa mengakibatkan anemia defisiensi zat besi. Jika terjadi harus monitor cari tahu penyebabnya,” ucap Murti.
Suplementasi zat besi penting diberikan pada kelompok remaja putri yang rentan dengan konsumsi selama tiga bulan berturut-turut dalam setahun. Pemberian suplemen penambah darah juga sangat penting agar remaja putri yang kelak hamil dapat melahirkan anak yang sehat dan tidak mengalami ADB.
Murti menjelaskan pada saat wanita hamil akan ada transfer zat besi pada janin yang dikandung. Jika selama kehamilan mengalami kekurangan zat besi akan terjadi komplikasi saat persalinan dan bayi bisa lahir kurang bulan atau prematur.
“Kalau ada pasien berat lahir kurang dari 2.500 gram, hati-hati anak ini berisiko ADB. Pastikan lagi nutrisi dan tumbuh kembangnya apakah bayi tersebut perlu dilakukan pemeriksaan darah di usia tertentu,” tambahnya.
Selain diagnosis dengan pemeriksaan fisik, ADB bisa dideteksi dengan pemeriksaan darah atau hematologi rutin untuk memeriksa hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan lainnya. Jika kadar hemoglobin turun biasanya anak akan terlihat pucat dan terjadi gejala sesak karena jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh. Jika terdiagnosa anemia defisiensi zat besi akan dilakukan terapi selama 2-4 minggu, termasuk evaluasi dengan perbaikan nutrisi.
Pilihan Editor: Bolehkah Penderita Anemia Donor Darah?