Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah melemah 10 poin atau 0,06 persen ke level 15.607 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pada hari ini, Selasa, 20 Desember 2022. Sehari sebelumnya rupiah ditutup di 15.597 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi memperkirakan nilai tukar rupiah bakal stabil di tengah pasar global yang kurang kondusif. "Kami memprediksi rupiah akan bergerak stabil di rentang Rp 15.550 - Rp 15.650 per dolar AS hari ini," ujarnya di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Rupiah Menguat Tipis di 15.596 per Dolar AS, Analis: Dipengaruhi Pertumbuhan Domestik
Faktor pemicu pelemahan rupiah
Ia menyebutkan masih melemahnya rupiah di antaranya karena kondisi di pasar global yang masih belum kondusif. Pasalnya, ada kekhawatiran terhadap resesi ekonomi di Amerika Serikat tahun depan yang menyebabkan aksi jual di pasar saham, komoditas, maupun obligasi global semalam.
Walhasil imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun naik 10 basis poin (bps) menjadi 3,58 persen. Hal serupa juga terjadi di Eropa di mana yield obligasi 10 tahun kembali naik 5 bps menjadi 2,2 persen.
Aksi jual yang lebih besar juga terjadi di pasar obligasi negara berkembang. Indeks EMBI dalam denominasi mata uang lokal maupun dalam dolar AS tercatat turun masing-masing 0,5 persen.
Namun di tengah sentimen negatif global, harga minyak dunia tercatat naik sebesar 1 persen untuk minyak mentah Brent menjadi US$ 79,8 per barel dan 1,2 persen untuk minyak mentah WTI menjadi US$ 75,2 dolar per barel.
Kenaikan harga komoditas itu didorong oleh optimisme investor terhadap prospek relaksasi kebijakan penguncian atau lockdown di Cina.
Sementara itu, faktor internal yang turut mempengaruhi pelemahan rupiah adalah keputusan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 menjadi 4,8 persen dari sebelumnya 5 persen.
Pemangkasan itu didasarkan pada pengetatan kebijakan moneter dalam bentuk kenaikan suku bunga yang masih akan terus berlanjut pada awal tahun depan. Selain itu ada kebijakan fiskal untuk menekan target defisit fiskal 2023 yang kurang dari minus 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Adapun pada Senin kemarin, 19 Desember 2022, kurs rupiah menguat tipis 1 poin atau 0,01 persen ke posisi 15.597 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.598 per dolar AS.
ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.