Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) meningkatkan prakiraan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik 2024 menjadi 5 persen, di tengah permintaan dalam negeri yang solid dan ekspor yang masih kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kawasan ini diperkirakan akan tumbuh 5 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi 4,9 persen pada April,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park di Jakarta, Rabu, 25 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) September 2024 yang dirilis hari ini, ADB juga menurunkan prakiraan inflasi regional. Inflasi di kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik diproyeksikan akan mereda lebih lanjut ke 2,8 persen pada 2024, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 3,2 persen.
Sementara, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kawasan tersebut pada 2025 masih dipertahankan sebesar 4,9 persen. Albert menuturkan perkiraan ekonomi yang lebih baik tersebut mencerminkan pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan di Asia Timur, Kaukasus dan Asia Tengah, serta Pasifik.
Naiknya permintaan global akan semikonduktor, yang sebagian didorong oleh pertumbuhan pesat kecerdasan buatan, telah mendorong ekspor, sedangkan mulai turunnya harga pangan global serta efek terlambat pengetatan kebijakan moneter akhirnya membawa inflasi mendekati tingkat sebelum pandemi.
“Fundamental perekonomian yang kuat akan terus menopang pertumbuhan tahun ini dan tahun berikutnya,” ujarnya.
Kondisi keuangan juga diperkirakan akan membaik seiring makin redanya inflasi dan dilonggarkannya kebijakan moneter di Amerika Serikat, sehingga mendukung proyeksi positif bagi kawasan itu.
Risiko terhadap proyeksi tersebut termasuk memburuknya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China, makin merosotnya pasar properti China, memburuknya ketegangan geopolitik, serta efek perubahan iklim dan cuaca buruk terhadap harga komoditas serta ketahanan pangan dan energi.
Selanjutnya, proyeksi pertumbuhan China, perekonomian terbesar di kawasan Asia yang sedang berkembang dan Pasifik, masih dipertahankan sebesar 4,8 persen pada 2024 dan 4,5 persen pada 2025.
Lemahnya sektor properti China yang berkelanjutan telah berdampak negatif terhadap pengeluaran rumah tangga selama 2024. Hal tersebut dapat diimbangi sebagian oleh investasi yang lebih tinggi, ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang stimulatif, serta ekspor yang lebih besar.
Perekonomian India, perekonomian terbesar kedua di kawasan itu, diperkirakan akan tumbuh 7 persen pada 2024, tidak berubah dari prakiraan April, di tengah kuatnya permintaan dalam negeri, termasuk naiknya pengeluaran pemerintah.
Sedangkan pertumbuhan untuk Kaukasus dan Asia Tengah diperkirakan naik ke 4,7 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi 4,3 persen pada April, karena membaiknya permintaan dalam negeri yang ditopang oleh remitansi di sejumlah perekonomian.
Sementara prakiraan pertumbuhan untuk Pasifik direvisi naik menjadi 3,4 persen, dari sebelumnya 3,3 persen pada April, didorong oleh meningkatnya kedatangan turis. Proyeksi pertumbuhan untuk Asia Tenggara diturunkan 0,1 poin persentase menjadi 4,5 persen akibat penurunan investasi publik dan pemulihan ekspor yang lebih lambat daripada harapan.
ADB berkomitmen mencapai Asia dan Pasifik yang makmur, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, serta terus melanjutkan upayanya memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada 1966, ADB dimiliki oleh 68 anggota, di mana 49 di antaranya berada di kawasan Asia dan Pasifik.