Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Di Beijing Jual Sate Lipan dan Dimakan Itu Biasa

Sebagai pusat bisnis, budaya, dan pendidikan, Beijing adalah kota modern. Namun di pojokan pasar malam Beijing ada yang jual sate lipan.

13 Agustus 2019 | 13.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Koki Ernesto Martinez menyajikan hidangan dengan kelabang di restoran La Cocinita de San Juan, Meksiko, 12 September 2014. Hidangan tersebut disediakan hanya untuk penikmat serangga berbahaya. selain kelabang ada juga laba-laba dan kalajengking. REUTERS/Henry Romero

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lipan atau kelabang menjadi musuh domestik umumnya keluarga di Indonesia. Makhluk ini avertebrata ini suka tempat lembab nan gelap, atau celah-celah sempit. Gigitannya bisa menyebabkan demam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, ternyata lipan adalah komoditas ekspor. Makhluk ini bisa dijual dalam bentuk sate lipan ke Vietnam dan China. Ricky Santri Kurniawan (22), bahkan mengekspor sate kelabang sebanyak 100.000 ekor atau 460 kg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemuda asal Perdaungan Serdang Berdagai, Sumatera Utara itu, langsung jadi pembicaraan warganet. Ia mengekspor komoditas itu dengan harga Rp1,2 juta per kilogram. Lipan yang cacat biasanya jadi pakan ikan arwana, sementara yang bagus dan utuh dijadikan sate atau dikeringkan. Bahkan ada yang jual sate lipan untuk dikonsumsi.

Vietnam dan China sejak dulu menjadikan lipan alias kelabang sebagai obat dan dikonsumsi. Di pasar tradisional atau pusat kuliner tradisional di Beijing, sate lipan sangat mudah ditemukan. Wisatawan bisa mencicipinya di Donghuamen Night Market, Beijing. Di lapak-lapak kaki lima itu, dijajakan sate kelabang, kalajengking hingga sate kuda laut. Masyarakat Cina meyakini, makanan-makanan itu nikmat sekaligus berkhasiat.

Pasar malam Donghuamen sudah ada sejak 1984, dan menjadi tujuan wisatawan yang ke Beijing untuk makan malam atau sekadar mengudap makanan ringan ekstrem itu. Penjaja di pasar itu menyebut, kalajengking ketika sudah digoreng, bisanya hilang. Berbagai ukuran kalajengking goreng dijaja di situ. Soal rasa, merupakan perpaduan antara popcorn garing dengan mentega. Pilihan bumbu yang ditawarkan berupa pedas, manis, dan gurih.

Lipan atau kelabang yang digoreng yang tampil seperti sate, juga populer selain kalajengking goreng itu. Rasa kelabang mirip dengan kalajengking, namun after taste-nya agak pahit. Biasanya dimakan dengan merica dan garam tambahan. Selain, dua binatang berbisa, pasar ini juga menyediakan belalang goreng – makanan yang populer pula di Indonesia.

Namun, karena belum terbiasa, wisatawan dari Indonesia umumnya jarang yang mau mengudap kuliner ekstrem itu. Nah, berani tantangan makan kelabang atau kalajengking itu?

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus