Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman DKI Jakarta Agustino Darmawan mengatakan pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) tak akan dibangun lagi sejak 2019. Dia beralasan kini semakin sulit mencari lahan untuk pembangunan RPTRA tersebut. "Iya mau disetop. Sekarang nyari tanah susah," kata Agustino di Balai Kota DKI Jakarta, Senin, 5 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agustino mengatakan Pemprov DKI Jakarta sudah makin kesulitan mencari lahan untuk pembangunan 47 titik RPTRA yang direncanakan pada tahun ini. Padahal, Pemprov juga masih memerlukan lahan untuk pembangunan ruang terbuka hijau yang rasionya harus mencapai 30 persen. "Sementara yang kehutanan baru berapa persen dia dari harusnya 30 persen. Sekarang kita laksanakan RPTRA atau RTH? Kalau saya milih-nya RTH," kata Agustino. Baca: Minum Kopi, Pakai Gula atau Tidak? Simak Penjelasan Ahli
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari ini, CEO Financial Services Commision (FSC) Korea Selatan, Choi Jongku, menyempatkan diri untuk mengunjungi RPTRA Jaka Teratai di wilayah Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Kunjungannya ke Indonesia ini dilakukan dalam rangka menghadiri pertemuan dengan Pemerintah Indonesia. Namun, ia juga datang ke RPTRA Jaka Teratai yang dibangun Pemda DKI Jakarta bersama dengan perusahaan Korea Hanhwa Life dan Wahana Visi Indonesia. Kunjungan dari Choi Jongku kali ini diharapkan dapat menginspirasi warga di sekitar RPTRA, khususnya anak-anak untuk bisa meraih cita-cita tinggi.
CEO FSC Choi Jongku saat ikut mewarnai bersama anak-anak di RPTRA Jaka Teratai, Pulo Gadung, Jakarta Timur pada Senin, 5 Maret 2018 / Istimewa
Selain berdiskusi dengan perwakilan dari Pemerintah Kota Jakarta Timur, ia juga berinteraksi dengan anak-anak di RPTRA. Dengan mengenakan setelan jas, ia tidak segan ikut mewarnai serta berpartisipasi sebentar untuk bermain bola. Ia pun gagal mencetak gol saat diberi kesempatan untuk menendang bola ke gawang. Usahanya digagalkan oleh penjaga gawang yang merupakan warga sekitar. Selain itu, ia juga menyumbangkan beberapa peralatan olahraga serta perlengkapan menggambar dan mewarnai.
Kehadiran RPTRA Jaka Teratai berhasil menarik antusias penduduk sekitar. Sejak tahun 2017, sebesar 2000–3000 anak berkunjung untuk bermain perbulan. Menurut keterangan guru Pendidikan Anak Usia Dini yang berlokasi di sekitar RPTRA, Nurhayati, kehadiran RPTRA sangat membantu memfasilitasi anak-anak lingkungan sekitar untuk bermain dan belajar. “Sangat membantu. Ada penjaganya juga di sini jadi aman,” kata Nurhayati. Baca: Kanker Serviks, Ini Pentingnya Program Nasional Vaksin HPV
Bermain di luar ruangan memang memiliki beberapa keuntungan tersendiri bagi anak-anak, yaitu meningkatkan sistem imun tubuh, menunjang aktivitas fisik, meningkatkan imajinasi, memperkuat kemampuan menyelesaikan masalah, serta memudahkan anak mendapat vitamin D dari matahari. Menurut terapis anak Angela Hanscom, idealnya anak-anak harus bermain di luar ruangan minimal 3 jam sehari.
"Tanya pada anak 'apa ketakutanmu (di luar)?'. Kemudian, ajarkan mereka untuk menghadapi ketakutan itu," ujar Angela. Dengan cara itu, mereka akan secara otomatis meningkatkan kemampuan berpikirnya.
HUFFINGTON POST | NORTHEN ILLINOIS UNIVERSITY | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA