Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Doping Halal Untuk Atlet

Dengan akupunktur, stamina dan performa atlet bisa ditingkatkan. Seperti doping, tapi tanpa obat-obatan.

28 Mei 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ronald Lumban Toruan, 22 tahun, adalah atlet gulat dan tongkrongannya cukup sangar: tinggi 178 sentimeter dan berat 84 kilogram. Tak ada orang yang mau dipiting di bawah ketiaknya. Stamina atlet yang akan mewakili Sumatera Selatan dalam Pekan Olahraga Nasional di Riau, September nanti, ini tak ada masalah. Hasil tes fisik bulanannya menunjukkan ia mampu berlari konstan enam putaran selama 12 menit.

Karena Ronald bukan atlet lari, hasil ini cukup baik. Tapi kemampuannya meningkat setelah ia diberi "doping". Diberi tanda petik karena Ronald tidak menenggak obat khusus, seperti anabolic steroid, yang dilarang oleh organisasi olahraga mana pun. Selama satu bulan, dalam selusin pertemuan, badannya ditusuk di sejumlah titik.

Hasilnya, Ronald berhasil menambah satu putaran dalam waktu yang sama. "Itu dilakukan tanpa latihan khusus," katanya saat diwawancarai di Palembang, Rabu dua pekan lalu. Ronald mengaku kakinya bertambah kuat dan merasa badannya tidak lagi pegal sehabis berlatih. "Biasanya kalau habis latihan fisik, badan kan pegal, nah ini hasilnya di badan positif," katanya.

Doping akupunktur pertama kali dikembangkan oleh seorang dokter asal Prancis, Roger De La Fuye. Sebenarnya sang dokter mendalami akupunktur sejak 1952, tapi baru pada 2003 ia memperkenalkan 14 formula khusus untuk atlet. Dari 14 Formula Roger ini, ada tiga formula utama yang secara umum dipakai semua jenis olahraga, yaitu Formula 10, untuk meningkatkan energi fisik; Formula 11, untuk energi moral; dan Formula 14, untuk menekan perasaan takut. Sisanya diterapkan berbeda untuk setiap cabang olahraga.

Akupunktur ini menggunakan dua jenis jarum, emas dan perak. "Jarum emas berfungsi untuk penguatan, sedangkan jarum perak untuk pelemahan atau relaksasi otot sehingga akan tercapai keseimbangan kerja otot yang optimum," ujar akupunkturis khusus atlet, Fauzi Isman. Meski begitu, penggunaan jarum emas dan perak dapat diganti dengan jarum halus, yang disebut hau cen, dengan cara penusukan yang berbeda. Untuk atlet atletik, seperti lari dan lempar lembing, terapi dilakukan di sekitar paha, kaki, pinggul, lengan, dan pinggang.

Meski umumnya Formula Roger dipakai untuk olahragawan, teknik ini juga bisa bermanfaat buat kepentingan lain, misalnya pemain biola. Akupunktur ini bisa memaksimalkan kemampuan tangan dan telinga. "Diberi Formula 2 di titik utama lengan dan Formula 13 di titik utama ketajaman pendengaran," ujar Fauzi.

Profesor Dr Fauziah Nuraini Kurdi, dokter peneliti yang meneliti Formula Roger, menyatakan efek dari akupunktur bereaksi cepat dan alami. Hal ini memberi dampak positif bagi atlet karena tidak akan meninggalkan bekas dalam uji urine. Sebab, tidak ada cairan luar yang dimasukkan ke tubuh. "Begitu jarum ditusukkan, tubuh langsung mengeluarkan zat endorfin, yang dapat meningkatkan daya tahan dan stamina."

Hormon endorfin sebenarnya otomatis keluar saat kita berolahraga. Salah satu fungsinya seperti morfin, dapat mengenyahkan rasa sakit ketika berolahraga. Hormon ini juga bisa mendatangkan efek seperti kecanduan. Itulah mengapa banyak orang yang rajin berolahraga akan merasa pegal-pegal saat berhenti berlatih. Dengan akupunktur, produksi hormon ini akan bertambah. Tak mengherankan bila Ronald tidak merasa pegal-pegal sekelar berlatih. "Karena diproduksi oleh tubuh, 'doping' jenis ini tidak terdeteksi dalam urine. Ini doping halal," kata Profesor Fauziah.

Masalahnya, seperti halnya terapi alami, doping akupunktur tidak bisa seinstan pemakaian obat-obatan. Pemberian akupunktur disarankan dilakukan 6-24 jam sebelum atlet bertanding. Meski demikian, Fauziah tidak menyarankan terapi ini hanya dilakukan menjelang pertandingan. "Saya menganjurkan para atlet mengikuti terapi akupunktur seminggu sekali untuk mempertahankan stamina mereka," ujarnya.

Meski hormon endorfin kerap menimbulkan perasaan seperti ketergantungan, akupunktur Formula Roger tidak memunculkan ketagihan. Efek samping yang masif dan berbahaya juga tak akan terjadi. "Paling hanya timbul rasa gatal dan bengkak di sekitar area tusukan jarum. Itu pun terbilang lumrah karena tubuh saat itu tertusuk benda asing," kata akupunkturis Fauzi Isman.

Akupunktur sudah berkembang cukup lama di Indonesia. Namun baru secara resmi dipraktekkan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada 1963. Sedangkan akupunktur di bidang olahraga baru populer di Indonesia 2-3 tahun yang lalu. "Itu pun tampaknya belum semua cabang olahraga," ujar Fauzi.

Dokter spesialis olahraga yang juga akupunkturis di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Susetyo Soewarno, menyatakan belum familier dengan Roger Formula atau doping akupunktur untuk atlet. Selama ini akupunktur di bidang olahraga populer digunakan untuk memulihkan otot atlet yang cedera. "Akupunktur dapat mempercepat waktu pemulihan. Misalnya, cedera yang butuh waktu penyembuhan 3-4 bulan, dengan akupunktur bisa sembuh dalam dua minggu," ujarnya, Selasa pekan lalu. Itu pun tidak bisa diterapkan pada semua cedera.

Mungkin untuk lebih memperkenalkannya lebih luas, Fauziah pada 2009 melakukan penelitian soal ini kepada 38 mahasiswa Universitas Sriwijaya, di antaranya beberapa atlet pelatihan daerah Sumatera Selatan. Fisik mereka diuji sebelum dan sesudah terapi untuk membandingkan efek doping akupunktur. Terapi ini diberikan selama 30 hari, setiap minggu sebanyak tiga kali. Sebelum diberi Formula Roger, para atlet diminta berlari selama 12 menit. "Hal yang sama dilakukan kembali setelah para atlet diberi akupunktur," ujar Fauziah.

Formula Roger diberikan oleh akupunkturis yang berpengalaman kepada tiap atlet di bagian paha, kaki, lengan, pinggul, punggung, dan ginjal. Hasilnya, setelah dilakukan tes fisik lagi, kecepatan lari tiap atlet bertambah. "Kecepatan bertambah rata-rata di atas 206 meter per 12 menit," kata Fauziah.

Cheta Nilawaty, Parliza Hendrawan (Palembang)


1. Tungkai
Memperkuat dan memperlincah tungkai.

2. Lengan
Mempengaruhi kelenturan dan keseimbangan otot-otot bahu, tengkuk, serta sendi antara lengan, pergelangan tangan, dan tangan.

3. Punggung
Mengatur diafragma dan ritme pernapasan. Terutama untuk pemain golf dan polo.

4. Otot lumbo-sakral
Memperkuat otot pinggang. Terutama atlet angkat besi.

5. Paru
Mengatur ritme respirasi. Terutama atlet maraton.

6. Lambung
Kesegaran secara umum, untuk semua jenis olahraga.

7. Perut
Penguatan otot perut.

8. Pinggul
Mempengaruhi otot di sekitar pinggul.

9. Paha
Memperkuat otot paha untuk atletik tipe peloncat.

10. Energi fisik
Menambah energi, untuk semua atlet.

11. Energi moral
Mempengaruhi kebijaksanaan, ingatan, kemauan, dan kemampuan menebak reaksi lawan.

12. Mata
Mempengaruhi ketajaman penglihatan. Terutama pembalap mobil dan penembak.

13. Telinga
Meningkatkan pendengaran.

14. Ketakutan
Menenangkan emosi atau beban mental dari rasa tegang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus