Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lelaki nekat itu bernama Morgan Spurlock. Dia membahayakan diri sendiri dengan menjadikan perutnya sebagai keranjang "sampah". Sebulan penuh, pagi-siang-petang-malam, tanpa jeda Spurlock menyantap produk McDonald's: aneka jenis burger, kentang goreng, plus minuman bersoda. Dan hampir semua yang disantapnya berukuran ekstrabesar, supersize.
Efeknya dahsyat. Awalnya, berdasar pemeriksaan komplet oleh tiga ahli (jantung, gizi, dan dokter umum), Spurlock, 32 tahun, dinyatakan segar-bugar-sehat walafiat. Namun, setelah sebulan berdiet McDonald's, kondisi tubuhnya berubah dramatis. Bobotnya melesat 11,25 kilogram. Kadar kolesterolnya melompat hingga 230 mg/dl darah, dari yang tadinya cuma 180 mg/dl. Livernya ada dalam kondisi bahaya, seperti orang yang kelewat banyak digelontor minuman beralkohol. Spurlock sampai takut pada kondisi dirinya sendiri. "Saya tidak menyangka bakal seburuk ini," katanya.
Spurlock juga menunjukkan tanda-tanda kecanduan makanan cepat saji (fast food). "Saya merasa bugar setiap kali makan. Tapi, satu jam kemudian saya ingin memukul tembok, gelisah, marah, dan tidak bahagia," katanya. Perasaan galau baru reda bila dia kembali menyantap burger Supersize Big Mac. Spurlock juga menampakkan berbagai gejala depresi, tidak bersemangat, gampang lelah, dan susah berkonsentrasi. "Gairah seksualnya juga turun. Dia jadi payah," kata Alexandra, pacar Spurlock.
Benar, si edan Spurlock adalah sutradara dan sekaligus aktor Supersize Me. Sejak resmi diluncurkan pada 4 September lalu di Amerika Serikat, film dokumenter berdurasi 100 menit ini terus menjadi perbincangan dunia. Bersamaan dengan pemutaran filmnya, Spurlock menggelar tur ke semua negara bagian Amerika, Belanda, London, sampai Jepang, dan Korea. Di kota-kota inilah globesity?obesitas yang mendunia?menjadi pokok perbincangan hangat di antara Spurlock dan penggemarnya.
Pesan yang diusung Supersize Me memang relevan dengan kondisi dunia mutakhir. Orang-orang dengan gelambir lemak di dada-perut-leher-pinggul-kaki dapat kita jumpai di mana saja. Amerika tentu adalah jawaranya. Di negeri ini, dua dari tiga penduduknya tergolong obese?mengalami penumpukan lemak berlebihan di tubuhnya. Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 1,7 miliar (1 dari 5) penduduk dunia yang tergolong overweight (kelebihan berat badan) dan obese.
Asia tak luput dari derap epidemi obesitas. Kawasan ini dulu dikenal dengan problem nutrisi dan kelaparan. Pada 1979, PBB mencatat 40 persen penduduk Asia mengalami kekurangan nutrisi kronis. Seiring dengan perkembangan ekonomi, angka kekurangan nutrisi di Asia kini tinggal 16 persen.
Selagi ekonomi berkembang, problem obesitas tentu juga turut melambung. Pada 1992-2002, angka obesitas di Cina naik dobel hingga jadi 60 juta. India, Jepang, Korea juga terbelalak dengan kenyataan bahwa obesitas kian menggembung di negeri mereka. Tahun 2030 nanti, diperkirakan pengidap diabetes di Asia mencapai 190 juta jiwa jika laju obesitas tak segera direm.
Indonesia tentu tidak terkecuali. Survei AC Nielsen, pertengahan 2004, menunjukkan bahwa separuh konsumen di Indonesia menyatakan diri mereka kelebihan berat badan. Berbagai riset pun mendeteksi obesitas kian luas melanda anak-anak. Awal 2004, Himpunan Obesitas Indonesia (Hisobi) menggelar penelitian yang menunjukkan adanya 20 persen prevalensi obesitas di kalangan murid-murid SD favorit di kawasan Jakarta Selatan.
Teori klasik menjelaskan fenomena kegemukan yang kian menggila: terlalu banyak asupan kalori dan terlalu sedikit gerak yang dilakukan. Supersize Me dengan atraktif menunjukkan hal ini. Saban hari, dalam eksperimen, Spurlock menyantap burger, kentang goreng, dan coke sampai lebih dari 6.000 kalori?padahal kebutuhan Spurlock per hari cuma 2.500 kalori. Total jenderal, selama sebulan penuh, Spurlock menghabiskan 13,5 kilogram gula dan 5,5 kilogram lemak.
Dengan asupan kalori yang melimpah jauh dari kebutuhan, metabolisme Spurlock pun jadi terganggu. Dia tidak lagi gesit, ceria, dan energetik. Lelaki ini berubah menjadi lamban, depresif, dan tidak bahagia. "Melihat kondisi saya, tidak heran kalau anak-anak zaman sekarang yang juga gila fast food cenderung hiperaktif, bandel, dan susah konsentrasi," kata Spurlock.
Mesti kita catat, eksperimen Spurlock sangat tidak natural. "Tak seorang pun di dunia ini yang tiga kali sehari terus-menerus makan di McDonald's. Itu eksperimen bodoh," kata Guy Russo. Petinggi McDonald's di Australia ini menyatakan bahwa McDonald's, dengan kualitas bahan dan higienitas penyajian, amat layak disantap sebagai bagian dari menu yang seimbang. Apa yang dilakukan Spurlock, makan berlebihan dan tanpa cukup olahraga, adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Keteledoran seperti ini, menurut Rus-so, tak bisa dilimpahkan begitu saja kepada McDonald's.
Spurlock pun tidak mengelak dari kritik Russo. Tidak ada orang gila yang hidup ala eksperimen 30 harinya. "Yang saya lakukan memang kelewat ekstrem," katanya seperti dilaporkan koran The Age. "Tapi, saya tahu pasti ada banyak orang yang sarapan di McDonald's, makan siang di Taco Bell, dan makan malam di Domino's," katanya. Tidak sedikit orang, dengan alasan kepraktisan dan ekonomis, yang hidupnya bergerak dari satu restoran cepat saji ke restoran cepat saji yang lain. Gaya hidup semacam ini juga akan berdampak sama. Perlahan-lahan lemak yang berlebihan menumpuk dan menumpuk membentuk gelambir yang berkibar-kibar.
Akhirnya, sebagian mungkin karena kekuatan Supersize Me, McDonald's melakukan sejumlah perubahan. Raksasa makanan cepat saji ini memproduksi McChicken Nugget yang berkadar garam lebih rendah 30 persen. Perusahaan ini juga dilaporkan telah menandatangani kontrak kerja sama dengan produsen makanan vegan Quorn. Di seluruh dunia, termasuk Indonesia, restoran McDonald's juga menyediakan daftar kandungan nutrisi (nutrition fact) supaya konsumen punya panduan memilih makanan dengan bijak.
Dan, yang paling mutakhir, enam minggu setelah Supersize Me dirilis, McDonald's menarik opsi makanan berukuran super dari semua gerainya di Amerika. Tak ada lagi burger supergendut dan kentang goreng yang satu porsinya membikin kenyang tiga orang dewasa. No more supersize me!
Mardiyah Chamim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo