Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan menyatakan seorang warga Indonesia kembali terkonfirmasi menderita Monkeypox atau cacar monyet. Temuan kasus cacar monyet itu pertama kali dilaporkan pada 14 Oktober 2023. Pasien tersebut terkonfirmasi setelah melalui serangkaian tes dan dipastikan merupakan warga DKI Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr. Iwan Ariawan menilai kasus cacar monyet atau Monkeypox hanya berpotensi menjadi epidemi lokal di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Potensi penyakit menjadi pandemi kecil. Endemi dan epidemi luas juga kecil. Epidemi lokal bisa terjadi," kata Iwan.
Tak jadi pandemi
Ia menjelaskan cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan virus jenis Orthipox yang disebut mirip virus penyebab cacar (variola) tetapi bukan cacar air. Penyakit tersebut menurutnya kerap ditandai sejumlah gejala pada tubuh seperti demam disertai bercak berair pada kulit, bahkan pada kelompok rentan bisa menyebabkan kematian.
"Penularan penyakit ini melalui kontak erat kulit," ujarnya.
Mengenai potensi terjadinya pandemi dari kasus cacar monyet, ia meyakini potensi tersebut relatif kecil dan hanya akan menjadi epidemi lokal. Namun demikian, mitigasi terhadap penyakit tersebut harus tetap dilakukan melalui pengawasan penyakit infeksi emerging.
"Jika ada kecurigaan kasus harus dilaporkan oleh fasilitas kesehatan dan segera di-follow
up oleh Dinas Kesehatan setempat untuk memastikan diagnosisnya, memberikan pengobatan dan melakukan penyelidikan epidemiologi dan contact tracing," jelasnya.