Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Remaja sering terpengaruh anggapan vape lebih aman dari rokok konvensional. Padahal, data menunjukkan vape juga berdampak serius. Karena itulah Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia memberi edukasi kelompok remaja di SMAN 14 Jakarta tentang risiko mengisap rokok elektrik atau vape yang kian populer di kalangan remaja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Edukasi ini untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan yang ditimbulkan vape, khususnya terkait masalah paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury (EVALI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Penggunaan vape dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, meningkatkan risiko penyakit jantung, kecanduan nikotin, dan yang paling mengkhawatirkan meningkatkan risiko terkena pneumonia yang bisa merusak paru-paru secara permanen,” kata mahasiswa Program Residen Ners Spesialis Keperawatan Onkologi FIK UI dan juga pemateri utama, Ns. Ai Aminah di Depok, Rabu, 23 Oktober 2024.
Ai juga memaparkan data terbaru National Young Tobacco Survey 2020 tentang peningkatan prevalensi penggunaan vape pada remaja usia 13-15 tahun dari 18 persen pada 2016 menjadi 19,2 persen pada 2019. Selain itu, penelitian Johns Hopkins Medicine 2021 menyebut adanya bahan kimia berbahaya seperti diasetil dalam vape yang bisa menyebabkan penyakit paru serius serta nikotin yang mengganggu perkembangan otak remaja.
Duta Berhenti Merokok Vape
Dalam upaya mendorong pemahaman yang lebih baik, acara ini juga melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas interaktif, termasuk permainan dan sesi diskusi yang membahas dampak kesehatan vape. Para siswa juga berkesempatan menjadi Duta Berhenti Merokok Vape dengan menunjukkan komitmen berhenti mengisap vape atau membantu teman-teman melakukannya.
“Salah satu inisiatif yang paling menarik dari kegiatan ini adalah pemilihan duta berhenti merokok vape. Para siswa yang berhasil menunjukkan komitmen kuat untuk berhenti menggunakan vape atau membantu teman-temannya untuk berhenti akan dinobatkan sebagai duta, menjadi contoh positif bagi lingkungan sekolah mereka,” ujarnya.
Kampanye edukasi ini mendapatkan dukungan dari Puskesmas Kramat Jati yang turut mengapresiasi relevansi program ini dengan kondisi kesehatan remaja saat ini. Koordinator program dari Puskesmas Kramat Jati, Julita Sibarani, menegaskan vape dan rokok adalah ancaman nyata bagi generasi muda.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan semakin banyak remaja yang memahami pentingnya berhenti mengisap vape dan memilih gaya hidup sehat. Dekan FIK UI, Agus Setiawan, menyampaikan harapannya agar generasi muda terhindar dari dampak buruk vape.
"Generasi muda adalah pilar bangsa di masa depan. Jika tidak segera bertindak dalam memberikan edukasi mengenai bahaya vape, kita akan menghadapi krisis kesehatan yang lebih besar di tahun-tahun mendatang," ujarnya.
Melalui kegiatan ini para siswa bisa memahami dan menyadari risiko kesehatan yang sangat nyata dari penggunaan vape sehingga bisa mengambil keputusan yang lebih bijaksana untuk masa depan mereka, ujarnya.
Pilihan Editor: Berapa Lama Efek Nikotin Bertahan di Dalam Tubuh?