Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEGAWAI Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali, tampak sibuk memasang pemindai panas (thermal scanner), Senin pekan lalu. Alat pendeteksi suhu tubuh manusia ini terdiri atas kamera kecil, alarm, dan layar pemindai. Siap-siap menangkal teroris?
Bukan. Alat yang dilengkapi body cleaner dan rontgen ini berfungsi menangkal penyakit yang kini sedang merebak di Depok serta pinggiran Jakarta: flu singapura. Pemindai itu bekerja mengobservasi suhu tubuh penumpang yang baru tiba di Bandara Ngurah Rai. Jika suhunya lebih dari 38 derajat Celsius, alarm berbunyi. ”Penyakit ini sudah masuk Jakarta. Kami langsung mengantisipasi lebih awal agar tidak masuk dan menyebar di sini,” kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar, dokter Nyoman Murtiyasa.
Harap maklum, penghasilan terbesar Pulau Dewata berasal dari bidang turisme. Apalagi jadwal penerbangan dari Singapura tergolong padat, dan sarat penumpang dari mancanegara. ”Jika ada indikasi penyakit, penumpang itu langsung dibawa ke rumah sakit, bukan ditolak masuk Bali,” ujarnya.
Flu singapura sebenarnya sekadar istilah yang tak jelas asal-muasalnya. Penyakit ini bukan hanya berkembang di Singapura, tapi juga di Malaysia, Taiwan, Vietnam, Mongolia, dan Brunei. Di Singapura tahun lalu dilaporkan ada 2.600 kasus anak terjangkit penyakit ini. Masih pada 2008, justru korban tewas 42 orang terjadi di Fuyang, Anhui, Cina.
Di dunia kedokteran, gangguan kesehatan ini dikenal sebagai penyakit kaki, tangan, dan mulut. Penderita mengalami beberapa gejala seperti demam, batuk, pilek, pegal-pegal, capek, dan timbul bercak merah di telapak tangan, lengan, kadang juga ditemukan di bagian kaki.
Mula-mula penderita terserang demam moderat (37-38 derajat Celsius) selama dua sampai tiga hari, diikuti sakit leher (faringitis) dan kehilangan nafsu makan. Lalu timbul luka seperti sariawan di lidah, gusi, pipi sebelah dalam. Penderita merasa nyeri tenggorokan dan sukar menelan. Bersamaan dengan itu, muncul ruam kemerahan kecil dan rata yang tidak gatal di telapak tangan dan kaki.
Penyakit ini menyerang anak-anak usia dua minggu sampai lima tahun, bahkan ada yang 10 tahun. Sifatnya sangat menular dan sering terjadi pada musim panas. Namun orang dewasa biasanya kebal terhadap penyakit yang disebabkan enterovirus ini.
Penularan terjadi melalui kontak langsung dari orang ke orang, melalui ingus, air liur, tinja, dan cairan dari bintil merah pada kulit. Penularan kontak tidak langsung juga bisa terjadi melalui barang seperti handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi cairan itu.
Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan, misalnya cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang kemungkinan terkontaminasi.
Bila perlu, anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul ruam di kulit, sampai panas hilang. Pasien tak perlu diasingkan karena penderita bisa membaik sendiri dalam 7 sampai 10 hari, asal istirahat cukup dan banyak mengkonsumsi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Namun, bila ada beberapa komplikasi seperti muntah, diare, dehidrasi, napas dan jantung berdetak sangat cepat, panas 39 derajat Celsius yang tak juga turun dalam tiga hari, penderita harus dibawa ke rumah sakit.
Saat ini, baru belasan bayi di Depok yang dilaporkan terinfeksi flu singapura ini, yaitu warga Sukmajaya dan sekitarnya. Namun Jakarta sudah waspada, mengingat banyak warga Depok yang bekerja di Ibu Kota. Apalagi pada 2004 di Jakarta Selatan pernah merebak penyakit tersebut. Untuk berjaga-jaga, jika ada yang baru datang dari luar negeri, sebaiknya membuka pakaian dan membersihkan badan sebelum kontak langsung dengan orang lain, terutama bayi dan anak-anak.
Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo