Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tanggal 8 Mei selalu diperingati sebagai Hari Thalassemia Sedunia. Tema peringatan Hari Thalassemia Sedunia tahun ini adalah “Bersama untuk masa depan yang lebih baik”. Tema ini menegaskan bahwa jika semua pihak mau berkontribusi untuk pencegahan dan pengendalian Thalassemia, maka akan memberikan masa depan yang lebih baik bagi penyandang Thalassemia”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak dan keturunannya. Penyakit ini disebabkan karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia. Hal ini menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah. Baca: Gaun Pengantin Meghan Markle Dibuat Tangan, Harganya Rp 1,8 M
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit Thalassemia terdapat di seluruh dunia, terutama negara yang termasuk Thalassemia belt. Yaitu Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika sub-sahara dan Mediterania, juga Indonesia. Ada sebanyak 7-8 persen penduduk dunia yang memiliki kelainan hemoglobin. Di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 20 juta penduduk yang membawa kelainan gen ini. Pada 2016, terdapat 9121 pasien Thalassemia mayor di Indonesia. "Pasti masih banyak yang belum terdeteksi dan mendapat pengobatan optimal," kata dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Pustika Amalia Wahidiyat di Kementerian Kesehatan 7 Mei 2018.
Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan ada 8 provinsi dengan prevalensi lebih tinggi kasus Thalassemia dari prevalensi nasional. Kedelapan provinsi itu antara lain Provinsi Aceh (13,4 persen), DKI Jakara (12,3 persen), Sumatera Selatan (5,4 persen), Gorontalo (3,1 persen), Kepulauan Riau (3,0 persen), Nusa Tenggara Barat (2,6 persen), Maluku (1,9 persen), dan Papua Barat (2,2 persen).
Berdasarkan data Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) dan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI) pada 2014, dari hasil skrining pada masyarakat umum dari tahun 2008 – 2017, terdapat masyarakat yang berstatus pembawa sifat Thalassemia sebanyak 699 orang atau 5,8 persen dari 12.038 orang yang diperiksa. Baca: Vespa Antik Semakin Diburu, Harganya Nyaris Rp 200 Juta
Karena ini adalah penyakit genetik, maka penderita Thalassemia biasanya mendapatkan penyakit ini dari riwayat keluarga. Gejalanya bervariasi. Gejala paling umumnya adalah pucat atau lemas akibat anemia.
Ada 3 jenis penyakit Thalassemia. Mereka adalah Thalassemia minor atau trait alias pembawa sifat. Biasanya para pembawa sifat ini tidak bergejala. Secara umum mereka terlihat normal. Walau begitu, dalam pemeriksaan darah, ditemukan bahwa kadar HB yang sedikit di bawah normal.
Lalu ada jenis penderita Thalassemia intermedia. Mereka biasanya baru terdiagnosis pada anak yang lebih besar. Para penderita Thalassemia golongan ini biasanya tidak membutuhkan transfusi darah secara rutin. Baca: Besok SBMPTN Digelar, Sudah Cek Lokasinya?
Tipe ketiga adalah jenis penderita Thalassemia mayor. Para penderita Thalassemia jenis ini biasanya sudah mulai merasakan gejalanya sejak bayi. Mereka akan tampak pucat, lemah, lesu, sering sakit, kadang disertai perut yang membuncit. Pasien ini membutuhkan transfusi darah terus menerus seumur hidupnya selama 2 hingga 4 pekan sekali.