Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Himbauan Buat Dokter Saraf

Sri Kusumawati, gadis kecil berumur 5 1/2 th menderita kelumpuhan dan tak bisa berbicara, kemungkinan disebabkan oleh kejang yang lama dialaminya ketika masih berusia 10 bulan.

19 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDERITAAN gadis cilik ini dimulai sejak dia berusia 10 bulan. Satu hari dalam bulan Desember 1976 dia terserang penyakit panas dan kejang-kejang. Dia langsung dibawa ke dokter yang berpraktek di seberang rumahnya di Soreang, Bandung, Jawa Barat. Di ruangan praktek dokter, penyakit Kusumawati menjadijadi. Dia kejang meronta-ronta sampai-sampai ibunya dan dokter kewalahan. Tetapi dokter yang masih muda itu dengan sigap menghentikan gejala penyakit anak itu dengan satu suntikan di pantat. Setelah suntikan itu, kejang-kejang disertai bola mata yang mendelik berputar-putar menjadi hilang. Suhu badannya pun turun. Kedua orangtuanya, Soewardi dan Kusriyah jadi tenteram dibuatnya. Kusumawati memang masih kelihatan lemas begitu sampai di rumah. "Tapi itu wajar, karena baru diserang penyakit panas," pikir sang ayah. Delapan bulan kemudian, ketika Kusumawati berusia satu setengah tahun muncul kecemasan. Anak yang dulu sudah merangkak dan belajar berdiri kini mengalami kemerosotan dalam pertumbuhannya. Dia banyak diam dan lesu tak bertenaga. Makannya mulai susah. Ia malahan sudah tak bisa memasukkan makanan ke dalam mulutnya sendiri. Tangan yang biasa digerakkannya uneuk mengambil sesuatu, kini terbujur tak bertenaga. Mata si gadis mungil berambut ikal itu hanya berputar-putar kecil menangkap bayangan yang dipantulkan lensa matanya. Dia tak berdaya untuk mengikuti gerak bayangan benda yang tertangkap matanya itu. Hipoksia Kedua orang tuanya kebingungan, bencana apa yang telah menimpa anak bungsunya itu. Hendak mereka unyakan pada dokter yang menolongnya dulu, dokter muda itu sudah pindah entah ke mana. Untuk mencari pengobatan buat anaknya itu, Soewardi cukup repot. Banyak waktunya sebagai pejabat kantor pegadaian di Soreang terbuang untuk mencari dokter. Akhirnya dia minta dipindahkan ke kantor pegadaian di kota Bandung. Dengan pindah ke Bandung itu Soewardi memang agak lebih leluasa mencari pengobatan. Satu hari anaknya yang malang itu dia bawa berobat ke rumah sakit terbesar di Bandung, yaitu Rumah Sakit Hasan Sadikin. Di rumah sakit ini anaknya diperiksa dengan teliti. Dia di roentgen Contoh cairan dari punggung, tangan dan belakang kepala diambil dan diperiksa. Sedangkan untuk mengobati penyakit matanya, Kusumawati dibawa pula ke Rumah Sakit Mata Cicendo. Namun hasilnya belum kelihatan juga. Sedangkan dokter yang menanganinya tak pernah memberi penjelasan apa yang diderita anak itu. Pada tahun 1978 Kusumawati diboyong ke Yayasan Penderita Anak Cacat. Di situ dia dilatih untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Kelihatannya ada perkembangan. Dia sudah dapat meng gerak-gerakkan badannya, terutama tangan. Mulutnya yang bisu juga rnulai bersuara. Pengobatan di situ meliputi fisioterapi. Tetapi pengobatan itu hanya setahun dijalaninya. Untuk mempercepat pengobatan, ayahnya membawanya ke dokter ahli saraf Soetarto yang buka praktek di Cibinong, Bogor. Untuk memperlancar kunjungan ke dokter itu Soewardi (ayah Kusumawati) minta pindah lagi. Sekarang dia menjadi Kepala Kantor Pegadaian Cicurug, Sukabumi. Di tangan dr. Soetarto anak itu diobati dengan memberikan rangsangan pada saraf otak dan kedua kakinya. Tapi upaya ini pun tak memuaskan orangtua. Sesudah berjalan 2 tahun pengobatan di Cibinong itu dihentikan sepihak, sejak bulan Maret yang lalu. Menurut Soewardi, kecuali lumpuh dan tak bisa berbicara, anaknya ini tidak mempunyai kelemahan lain lagi. Pendengarannya bagus. Malahan lebih tajam. Bila dia mendengar percakapan yang agak keras dia akan menangis. "Karena dia menganggap kami sedang bertengkar," kata sang ayah. Kalangan dokter tidak melihat lumpuhnya anak itu sebagai akibat samping an dari obat. "Bukan disebabkan oleh suntikan dokter di Soreang itu. Karena kalau akibat suntikan maka yang lumpuh adalah kaki yang disuntik. Bukan seluruh tubuh," ulas dr. Husein Alatas di tengah kesibukannya mengikuti penataran tentang penyakit saraf anak di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Menurut ahli penyakit anak-anak yang bekerja di RSCM itu kemungkinan besar kelumpuhan atau kemunduran kepandaian Kusumawati disebabkan oleh kejang yang lama dialaminya. Dalam keadaan kejang maka terjadi gangguan aliran darah ke Jaringan otak, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen (hipoksia). Kalau keadaan ini berlangsung lama akan mengakibatkan kerusakan otak dan menimbulkan kelumpuhan sebelah atau seluruh tubuh. Husein Alatas menganjurkan agar anak itu diobat ahli saraf anak. Dokter ahli saraf nantinya akan bekerjasama dengan ahli fisioterapi untuk memberikan latihan khusus mengaktifkan otot-ototnya. Sedangkan obat-obatan akan memperbaiki saraf dan jaringan otaknya. "Tentu saj a dalam keadaan yang sudah lanjut dan lama seperti sekarang ini tak bisa diharapkan ia akan normal kembali. Tapi paling tidak dia akan dapat mengurus dirinya sendiri sehingga tidak menjadi beban untuk orang lain," kata Husein.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus