PENDERITAAN gadis cilik ini dimulai sejak dia berusia 10 bulan.
Satu hari dalam bulan Desember 1976 dia terserang penyakit panas
dan kejang-kejang. Dia langsung dibawa ke dokter yang berpraktek
di seberang rumahnya di Soreang, Bandung, Jawa Barat. Di ruangan
praktek dokter, penyakit Kusumawati menjadijadi. Dia kejang
meronta-ronta sampai-sampai ibunya dan dokter kewalahan. Tetapi
dokter yang masih muda itu dengan sigap menghentikan gejala
penyakit anak itu dengan satu suntikan di pantat.
Setelah suntikan itu, kejang-kejang disertai bola mata yang
mendelik berputar-putar menjadi hilang. Suhu badannya pun turun.
Kedua orangtuanya, Soewardi dan Kusriyah jadi tenteram
dibuatnya. Kusumawati memang masih kelihatan lemas begitu sampai
di rumah. "Tapi itu wajar, karena baru diserang penyakit panas,"
pikir sang ayah.
Delapan bulan kemudian, ketika Kusumawati berusia satu setengah
tahun muncul kecemasan. Anak yang dulu sudah merangkak dan
belajar berdiri kini mengalami kemerosotan dalam pertumbuhannya.
Dia banyak diam dan lesu tak bertenaga. Makannya mulai susah. Ia
malahan sudah tak bisa memasukkan makanan ke dalam mulutnya
sendiri. Tangan yang biasa digerakkannya uneuk mengambil
sesuatu, kini terbujur tak bertenaga. Mata si gadis mungil
berambut ikal itu hanya berputar-putar kecil menangkap bayangan
yang dipantulkan lensa matanya. Dia tak berdaya untuk mengikuti
gerak bayangan benda yang tertangkap matanya itu.
Hipoksia
Kedua orang tuanya kebingungan, bencana apa yang telah menimpa
anak bungsunya itu. Hendak mereka unyakan pada dokter yang
menolongnya dulu, dokter muda itu sudah pindah entah ke mana.
Untuk mencari pengobatan buat anaknya itu, Soewardi cukup repot.
Banyak waktunya sebagai pejabat kantor pegadaian di Soreang
terbuang untuk mencari dokter. Akhirnya dia minta dipindahkan ke
kantor pegadaian di kota Bandung.
Dengan pindah ke Bandung itu Soewardi memang agak lebih leluasa
mencari pengobatan. Satu hari anaknya yang malang itu dia bawa
berobat ke rumah sakit terbesar di Bandung, yaitu Rumah Sakit
Hasan Sadikin. Di rumah sakit ini anaknya diperiksa dengan
teliti. Dia di roentgen Contoh cairan dari punggung, tangan dan
belakang kepala diambil dan diperiksa. Sedangkan untuk mengobati
penyakit matanya, Kusumawati dibawa pula ke Rumah Sakit Mata
Cicendo. Namun hasilnya belum kelihatan juga. Sedangkan dokter
yang menanganinya tak pernah memberi penjelasan apa yang
diderita anak itu.
Pada tahun 1978 Kusumawati diboyong ke Yayasan Penderita Anak
Cacat. Di situ dia dilatih untuk menggerakkan anggota tubuhnya.
Kelihatannya ada perkembangan. Dia sudah dapat meng
gerak-gerakkan badannya, terutama tangan. Mulutnya yang bisu
juga rnulai bersuara. Pengobatan di situ meliputi fisioterapi.
Tetapi pengobatan itu hanya setahun dijalaninya.
Untuk mempercepat pengobatan, ayahnya membawanya ke dokter ahli
saraf Soetarto yang buka praktek di Cibinong, Bogor. Untuk
memperlancar kunjungan ke dokter itu Soewardi (ayah Kusumawati)
minta pindah lagi. Sekarang dia menjadi Kepala Kantor Pegadaian
Cicurug, Sukabumi.
Di tangan dr. Soetarto anak itu diobati dengan memberikan
rangsangan pada saraf otak dan kedua kakinya. Tapi upaya ini pun
tak memuaskan orangtua.
Sesudah berjalan 2 tahun pengobatan di Cibinong itu dihentikan
sepihak, sejak bulan Maret yang lalu.
Menurut Soewardi, kecuali lumpuh dan tak bisa berbicara, anaknya
ini tidak mempunyai kelemahan lain lagi. Pendengarannya bagus.
Malahan lebih tajam. Bila dia mendengar percakapan yang agak
keras dia akan menangis. "Karena dia menganggap kami sedang
bertengkar," kata sang ayah.
Kalangan dokter tidak melihat lumpuhnya anak itu sebagai akibat
samping an dari obat. "Bukan disebabkan oleh suntikan dokter di
Soreang itu. Karena kalau akibat suntikan maka yang lumpuh
adalah kaki yang disuntik. Bukan seluruh tubuh," ulas dr. Husein
Alatas di tengah kesibukannya mengikuti penataran tentang
penyakit saraf anak di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Menurut ahli penyakit anak-anak yang bekerja di RSCM itu
kemungkinan besar kelumpuhan atau kemunduran kepandaian
Kusumawati disebabkan oleh kejang yang lama dialaminya. Dalam
keadaan kejang maka terjadi gangguan aliran darah ke Jaringan
otak, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen (hipoksia).
Kalau keadaan ini berlangsung lama akan mengakibatkan kerusakan
otak dan menimbulkan kelumpuhan sebelah atau seluruh tubuh.
Husein Alatas menganjurkan agar anak itu diobat ahli saraf anak.
Dokter ahli saraf nantinya akan bekerjasama dengan ahli
fisioterapi untuk memberikan latihan khusus mengaktifkan
otot-ototnya. Sedangkan obat-obatan akan memperbaiki saraf dan
jaringan otaknya. "Tentu saj a dalam keadaan yang sudah lanjut
dan lama seperti sekarang ini tak bisa diharapkan ia akan normal
kembali. Tapi paling tidak dia akan dapat mengurus dirinya
sendiri sehingga tidak menjadi beban untuk orang lain," kata
Husein.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini