Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Operasi Katarak Perbaiki Perilaku
Perbaikan penglihatan pada pasien alzheimer bisa memperbaiki suasana hati, pola tidur, kemampuan kognitif, dan perilaku lainnya. Penelitian di Rumah Sakit Tenon, Paris, membuktikan hal itu. Sebanyak 38 pasien alzheimer berusia rata-rata 85 tahun menjalani operasi katarak di sana. Semua pasien menderita katarak setidaknya satu mata. Setelah masalah penglihatannya ditangani, suasana hati mereka menjadi lebih positif serta tak merasa depresi. Pola tidur pun pulih karena, setelah katarak dibereskan, kadar hormon melatonin, yang mengatur tidur dan relaksasi, menjadi normal.
"Kualitas hidup pasien bisa meningkat dengan operasi ini," ujar pemimpin penelitian, dokter Brigitte Girard, dalam siaran pers American Academy of Ophthalmology, Selasa pekan lalu. Satu hingga tiga bulan setelah pasien menjalani operasi katarak, perilaku dan kemampuan beraktivitas mandirinya membaik. Kemampuan melihat, memahami, dan merespons lingkungan sekitarnya juga naik 25 persen. Tak hanya itu, depresi mereka hilang.
Alzheimer merupakan penyakit penurunan fungsi saraf otak secara progresif. Penderitanya mengalami penurunan daya ingat sampai tidak mampu mengurus diri sendiri. Penyakit ini banyak dialami kalangan usia lanjut, meski orang berusia 30-an tahun pun bisa mengalaminya. Gejala awal penyakit ini adalah gangguan daya ingat, seperti lupa nama teman dan anggota keluarga. Terkadang penderita sulit melakukan aktivitas sederhana, seperti mandi, makan, dan berpakaian sendiri.
Cuaca Panas Picu Kematian
Warga sejumlah kota di Jawa Timur, seperti Surabaya dan Bojonegoro, patut mewaspadai peningkatan suhu yang tergolong ekstrem belakangan ini. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, fenomena itu terjadi karena posisi matahari tepat di atas Surabaya pada awal Oktober, lalu bergeser ke selatan, sehingga kota di sekitarnya mengalami kenaikan suhu. Otoritas di lembaga ini memperkirakan suhu udara akan turun bulan depan ketika memasuki musim hujan.
Bojonegoro, misalnya, sejak dua pekan lalu didera panas hingga 43,8 derajat Celsius. Kepala Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Suharto menyebutkan suhu tempat teduh di bawah pohon di lingkungan kantornya bisa mencapai 39,3 derajat Celsius. "Sebaiknya warga mengurangi aktivitas di luar rumah," katanya seperti dikutip kantor berita Antara, Kamis dua pekan lalu.
Selama ini, upaya mengurangi paparan sinar matahari terhadap tubuh sering dianggap sepele. Padahal kenaikan suhu tubuh bisa mengakibatkan heat stroke. Serangan ini merupakan salah satu bentuk hyperthermia, yakni saat tubuh tidak mampu mengusir panas melalui kulit atau keringat. Pemicunya suhu dan kelembapan udara yang sangat tinggi serta terlalu lamanya tubuh terpapar sinar matahari.
Menurut dokter Melissa Conrad Stoppler, seperti dilansir Medicinenet.com, Selasa pekan lalu, heat stroke bisa memicu kematian jika tak ditangani dengan tepat. Sebelum tersambar heat stroke, pasien bisa mengalami beragam gejala, seperti kelelahan, mual, sakit kepala, kram, dehidrasi, halusinasi, dan disorientasi. Terkadang gejalanya mirip serangan jantung, yakni nyeri di dada.
Penanganan pasien heat stroke yang utama, menurut Stoppler, adalah mendinginkan suhu tubuh. "Untuk menghindari kerusakan organ permanen," katanya. Upaya paling mudah adalah membawa pasien ke area teduh. Kemudian kipasi tubuhnya atau siram dengan air dingin. Jika ia mampu meminum cairan, harus air dingin dan tidak boleh mengandung alkohol atau kafein. Terakhir, jaga suhu tubuh penderita pada kisaran 38,3-38,8 derajat Celsius.
Upaya mencegah heat stroke sebenarnya mudah. Hindari kegiatan fisik di cuaca panas dan lembap dalam waktu lama. Jika harus melakukan kegiatan tersebut, sebaiknya banyak meminum air putih atau cairan penambah elektrolit. Cara lain, kenakan topi dan pakaian berwarna terang untuk memantulkan sinar matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo