Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahaya Kurang Tidur
Banyak perkara bakal muncul bila remaja kurang tidur. Bukan hanya kelelahan dan susah berkonsentrasi, tapi juga keinginan bunuh diri. Riset terbaru yang digelar Dr. Xianchen Liu dari Shandong University School of Public Health, di Republik Rakyat Cina, membuktikan hal ini.
Liu melakukan survei terhadap 1.363 murid SMP dan SMA di wilayah timur Cina. Pertanyaan yang diajukan seputar pola tidur dan ada-tidaknya perilaku yang mengarah pada percobaan bunuh diri.
Seusai survei, Liu mendapati fakta menarik. Sekitar 20 persen siswa kerap berpikir tentang bunuh diri dan 10,5 persen mengaku pernah mencoba bunuh diri setidaknya setengah tahun sekali. Tercatat pula ada 17 persen responden yang mengaku susah tidur dan 2,3 persen di antara mereka terbiasa menenggak pil agar bisa tertidur.
Secara keseluruhan, rata-rata waktu tidur para responden hanya 7,6 jam sehari. Ini angka yang memprihatinkan. Orang dewasa memang butuh tidur malam 8 jam. Namun, remaja yang sedang tumbuh dengan hormon yang bergejolak membutuhkan tidur malam lebih panjang. "Minimal 9 jam sehari," demikian ditulis Liu dalam jurnal Sleep edisi terbaru. Kurang dari itu, remaja akan mengalami problem cara berpikir, konsentrasi, dan prestasi sekolah.
Liu menambahkan, bila dibandingkan dengan remaja yang tidur malam 9 jam, remaja yang tidur malam kurang dari 8 jam ternyata tiga kali lebih sering berpikir tentang bunuh diri. Jadi, kata Liu, "Sekarang saatnya para orang tua lebih memperhatikan pola tidur remaja."
Pentingnya Tubuh Ideal
Kaum pria, waspadalah jika Anda terlalu kurus atau kelewat gendut. Riset terbaru membuktikan kualitas sper-ma berkaitan erat dengan ukuran tubuh. "Untuk soal sperma, size does matter," kata Dr. Anthony J. Thomas, ahli urologi dari Klinik Cleveland, Amerika Serikat.
Penelitian dilakukan oleh sekelompok dokter di Kota Copenhagen dan Aalborg, Den-mark. Para ahli ini mengamati sampel semen?cairan berisi sperma?milik 1.558 pria muda yang rata-rata berumur 19 ta-hun. Bentuk, ukuran, jumlah, konsentrasi, kecepatan, dan kekuatan bertahan sperma termasuk aspek yang diamati dan dibandingkan dengan angka indeks massa tubuh (IMT).
Hasilnya, seperti dimuat dalam jurnal Fertility & Sterility, tim peneliti mendapati kualitas sperma terbaik dimiliki para pria dengan indeks massa tubuh ideal, yakni 20-25. Relawan dengan angka IMT kurang dari 20 memiliki kualitas sperma yang 28-36 persen lebih rendah. Sementara itu, pria berbadan subur dengan IMT di atas 25 juga memiliki kualitas sperma 22-24 persen lebih rendah dibandingkan dengan pria bertubuh ideal.
Dr. Anthony J. Thomas menduga hal ini berkaitan dengan masalah hormonal. Demi memproduksi sperma berkualitas, pria membutuhkan estrogen atau hormon kewanitaan dalam jumlah sangat kecil. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel lemak di dalam tubuh. Mereka yang terlalu kurus dan terlalu gendut, tentu saja, akan menghasilkan estrogen dalam ukuran yang kurang proporsional bagi pembentukan sperma berkualitas.
Skizofrenia dan Usia Ayah
Umur orang tua ternyata mempengaruhi kualitas kejiwaan sang anak. Setidaknya hal ini dibuktikan oleh riset yang digelar Profesor Finn Rasmussen, dari Institut Karolinska, Stockholm. Semakin tua usia ayah saat anak dilahirkan, kian besar kemungkinan si anak menyandang kelainan jiwa berat skizofrenia.
Tidak tanggung-tanggung. Profesor Rasmussen mengamati rekaman medis 700 ribu orang yang lahir antara tahun 1973 dan 1980 di Swedia. Tim peneliti juga menganalisis kasus skizofrenia dan kelainan jiwa lain yang dirawat di rumah sakit Swedia antara 1989 dan 2001. "Riset terbesar yang pernah ada untuk soal skizofrenia," kata Rasmussen kepada Reuters Health.
Pada ujung riset, Rasmussen mendapati adanya 15,5 persen pengidap skizofrenia yang lahir ketika ayah mereka berusia di atas 30 tahun. "Hal ini berkaitan dengan kemungkinan mutasi sperma yang meningkat dan terakumulasi seiring pertambahan umur," kata Rasmussen. Kendati demikian, belum jelas diketahui bagaimana persisnya mutasi sperma ayah ini mempengaruhi terjadinya skizofrenia pada anak.
Sebagai catatan, skizofrenia saat ini menimpa 24 juta orang di seluruh dunia, terutama di kalangan usia 15-35 tahun. Penyakit ini ditandai dengan halusinasi, delusi, dan gangguan suara-suara yang tak jelas.
Reuters/AP/BBC News
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo