Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Human papillomavirus (HPV) selama ini diasosiasikan sebagai penyebab kanker serviks. Penyakit pembunuh nomor satu perempuan di Indonesia itu memang disebabkan oleh virus tersebut. Namun penelitian menemukan HPV tak hanya berkaitan dengan kanker leher rahim, tapi juga dengan kanker vagina, penis, usus, anus, paru, dan orofaring. “Juga kanker payudara,” kata guru besar Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Andrijono, Rabu pekan lalu.
HPV, yang awalnya disebut hanya menyebabkan infeksi lokal pada serviks, ternyata menyebar ke seluruh tubuh. Penelitian yang dilakukan Andrijono di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang dimulai tahun lalu, menemukan HPV terdeteksi lewat urine. “Itu artinya infeksinya terjadi secara sistemik,” ujarnya.
Andrijono melakukan penelitian atas anjuran International Papillomavirus Society,- perkumpulan dunia yang ia ikuti. Dalam pertemuan di Sidney, Australia, Oktober tahun lalu, banyak negara mempresentasikan adanya hubungan HPV dengan banyak kanker lain. Peneliti dari Brasil, misalnya, menemukan jejak HPV pada kanker payudara. Adapun peneliti dari Amerika Serikat menyebutkan HPV ditemukan pada banyak kasus kanker mulut.
Angka kejadian kanker mulut di Amerika meningkat tajam, padahal jumlah perokok menurun. Rokok sebelumnya disebut sebagai penyebab utama kanker mulut. Menurut data The Oral Cancer Foundation, tiap hari di Amerika sekitar 12 ribu orang berusia 15-24 tahun terinfeksi HPV.
Penemuan ini membuat mereka curiga bahwa HPV tak hanya menyebabkan infeksi lokal yang ditularkan melalui hubungan seksual, seperti yang selama ini dipahami.- Virus tersebut juga masuk ke peredaran darah dan menjadi biang keladi kanker lain. “Karena itu, mereka menganjurkan untuk memeriksa apakah ada HPV dalam semua kanker,” tutur Andrijono.
Ia belum memeriksa keberadaan HPV pada kanker lain. Andrijono baru mencoba melihat apakah infeksi HPV yang awalnya hanya terjadi secara lokal ternyata betul menyebar ke peredaran darah. Ia kemudian memeriksa air seni para perempuan yang terbukti terinfeksi HPV di serviks-nya. Mereka belum menunjukkan gejala kanker. Dari sepuluh perempuan yang diperiksa, empat orang terdeteksi memiliki HPV di urinenya. “Ada kemungkinan pada enam perempuan lain infeksinya masih lokal, belum menyebar,” ucapnya.
HPV adalah virus yang paling umum menginfeksi saluran reproduksi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan delapan dari sepuluh orang berpotensi terjangkit virus ini. Ada yang terinfeksi sekali dan ada yang berkali-kali.
Virus tersebut umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Tak perlu sampai penetrasi, HPV bisa ditularkan melalui kontak genitalia dari kulit ke kulit. Meski kebanyakan ditularkan melalui hubungan badan, kata Andrijono, tidak berarti HPV tak bisa ditularkan lewat medium lain, misalnya dari toilet. “Penelitian di Inggris juga menemukan HPV di pegangan pintu,” ujar Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia itu.
HPV memiliki lebih dari 140 tipe. Sebanyak 19 di antaranya merupakan tipe ganas yang menyebabkan kanker. Yang paling sering menjadi biang keladi kanker adalah tipe 16 dan 18. Sebanyak 70 persen kanker serviks disebabkan oleh dua tipe tersebut. Tipe lain yang memicu kanker adalah 31, 33, 45, 52, dan 58.
Jejak Si Biang Kanker
Tipe lainnya tak ganas. Efeknya tak menyebabkan kematian. Tipe lain ini umumnya menyebabkan kutil. Meski tak berakibat fatal, tipe tersebut cukup mengganggu. Di antaranya HPV tipe 6 dan 11, yang menjadi penyebab kutil kelamin. “Di poliklinik kulit dan kelamin mana pun, pasien kutil kelamin banjir,” ucap guru besar tetap ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Samsuridjal Djauzi.
HPV juga menyebabkan kutil tumbuh di kaki dan tangan Dede Koswara—yang kemudian dijuluki “Manusia Akar”—asal Bandung, beberapa tahun lalu.
Tapi bukan berarti semua orang yang tertular HPV akan terjangkit kanker ataupun kutil. Delapan dari sepuluh orang yang terjangkit HPV tak menunjukkan gejala karena virus tersebut kalah oleh daya tahan tubuh. “Dua orang lainnya yang daya tahan tubuhnya lebih rendah tak kuat. Mereka yang berisiko menderita kanker serviks,” kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Primandono Perbowo.
Virus tersebut bisa bertahan tahunan di dalam tubuh. Jika daya tahan tubuh rendah, HPV hanya memerlukan waktu tiga-lima tahun untuk menjadi kanker. “Apalagi kalau sering keputihan, infeksi menyebabkan virus lebih mudah masuk ke dalam,” tutur dokter yang berpraktik di Adi Husada Cancer Center, Surabaya, itu.
Cara yang sudah terbukti ampuh menangkal virus tersebut adalah meningkatkan kekebalan tubuh lewat vaksin. Ada beberapa macam vaksin yang sudah tersedia di dunia, yaitu bivalent (yang bisa melindungi diri dari HPV tipe 16 dan 18), quadrivalent (HPV tipe 6, 11, 16, dan 18), serta 9vHPV (HPV 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58).
Tipe 16 dan 18 merupakan 70 persen penyebab kanker serviks. Adapun tipe 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58 adalah penyumbang 94 persen masalah kanker serviks. “Tapi di Indonesia baru ada yang quadrivalent,” ujar Samsuridjal. Dari sekitar 120 negara anggota WHO, dia menambahkan, hanya 20 yang belum menggelar vaksinasi HPV secara nasional, termasuk Indonesia.
Karena masalah yang gawat ini, sejak dua tahun lalu Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia berkali-kali meminta pemerintah mengadakan vaksinasi nasional HPV. Namun, sampai sekarang, permintaan tersebut belum bisa dikabulkan Kementerian Kesehatan. “Pemerintah berkeinginan melaksanakan secara nasional, tapi tetap harus mempertimbangkan beban penyakit serta kesinambungan program ke depan, baik dari aspek teknis, pembiayaan, maupun aspek lainnya,” ucap Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang.
Saat ini program nasional pencegahan kanker serviks yang sudah dilakukan pemerintah adalah deteksi dini kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat. Untuk pemberian imunisasi, pemerintah baru melakukannya pada anak perempuan kelas V dan VI di daerah yang angka prevalensi kanker serviksnya tinggi, yakni Jakarta; Gunungkidul dan Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta; Surabaya; Makassar; dan Manado.
Karena temuan baru yang membuktikan HPV merupakan infeksi sistemik dan menghubungkannya dengan banyak kanker, Andrijono berharap pemerintah segera menggelar vaksinasi nasional. Terlebih WHO sudah memprogramkan eliminasi kanker sejak September tahun lalu. “HPV itu masalah serius, tak main-main,” katanya.
NUR ALFIYAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo