Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah survei kesehatan baru-baru ini mengungkapkan sikap skeptis terhadap vaksin, termasuk COVID-19 dan influenza, semakin meningkat belakangan ini. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, semakin sedikit warga negeri itu yang divaksin,misalnya hanya satu dari 10 anak dan satu dari lima orang dewasa yang disuntik vaksin booster COVID-19 terbaru sejak diluncurkan pada Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Virus dan bakteri tak ada kaitan dengan politik, mereka menyerang siapa saja," kata Dr. Sarah Sams, dokter dan anggota dewan American Academy of Family Physicians, kepada HuffPost.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut fakta tentang vaksin dan alasan rutin vaksinasi tak hanya penting bagi kesehatan diri sendiri tapi juga orang-orang di sekitar.
Lebih dari 150 juta jiwa di dunia diselamatkan oleh vaksin
Menurut studi yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2024, sekitar 154 juta jiwa diselamatkan upaya imunisasi global selama lebih dari 50 tahun, kebanyakan balita dan anak-anak.
Vaksin sudah melalui uji coba sebelum disuntikkan pada masyarakat
Jangan berpikir meluluskan suatu vaksin itu mudah. Para peneliti dan dokter harus bekerja keras untuk memastikan vaksin aman. Sams menjelaskan vaksin melalui serangkaian tes sebelum diterima masyarakat.
Efek samping vaksin cenderung ringan dan jarang terjadi komplikasi serius
Seperti kebanyakan obat-obatan, prosedur dan intervensi medis, efek samping vaksin juga ringan. "Efek samping vaksin secara umum sangat ringan dan kebanyakan karena efek suntikan, seperti nyeri di lengan setelah disuntik tapi bukan masalah serius," tutur epidemiolog Dr. Lisa M. Lee.
Efek samping bukan berarti Anda terinfeksi virus
Mengalami efek samping setelah vaksinasi tak berarti Anda terpapar virus. Selain itu, mayoritas vaksin tak mengandung virus hidup. Jika setelah vaksinasi mengalami rasa lesu, demam, atau nyeri selama beberapa hari, itu bukan berarti karena terpapar jenis virus yang dilawan degan vaksin.
Vaksin tak menyebabkan anak mengalami gangguan spektrum autisme
Ada mitos vaksin seperti cacar dan rubela (MMR) serta cacar air menyebabkan autisme. Banyak penelitian selama 20 tahun terakhir yang menyatakan tak ada kaitan vaksinasi dengan gangguan spektrum autisme.
Vaksinasi tak hanya untuk kesehatan diri sendiri tapi juga orang sekitar
Vaksinasi adalah strategi kesehatan penting untuk mencapai kekebalan kelompok, memberi proteksi berlapis pada anggota masyarakat yang tak bisa divaksin karena masalah kesehatan dan juga pada kelompok rentan.