Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak cara menumpas nyeri pinggang, mulai dari yang tradisional dengan mengoleskan balsem hingga operasi. Selain itu, ada alternatif terapi tanpa obat-obatan. Berikut tiga terapi di antaranya.
DBC, Rehabilitasi Aktif
Klinik Documentation Based Care (DBC) Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, memiliki beragam alat untuk melatih otot punggung, pinggang, leher, dan sebagainya. Untuk nyeri pinggang, misalnya, pasien menggunakan beberapa alat guna menguatkan otot pemutar (rotator) dan otot punggung.
”Ini merupakan terapi rehabilitasi aktif. Sebab, otot dipaksa aktif membuat stabilisasi sendiri dengan alat-alat tersebut,” kata dr. Peni Kusumastuti, pengelola DBC Clinic. Pasien tak perlu takut cedera atau kelebihan berlatihan, karena target dan arah gerakan sangat terukur. Terapi terbagi dalam 12 sesi latihan, satu jam per sesi, selama enam pekan.
Menurut penelitian di beberapa tempat yang menggunakan terapi ini, dua tahun setelah menyelesaikan program latihan, sekitar 80 persen pasien terbebas dari nyeri tulang belakang—termasuk nyeri pinggang—dan bisa aktif menjalankan kehidupan sehari-hari. Namun penderita yang nyeri karena patah tulang, kanker, dan infeksi tulang belakang (misalnya tuberkulosis tulang belakang) tidak cocok dengan terapi ini.
Akupunktur, Perbaiki Energi Vital
Ada 50-an titik akupunktur yang terkait dengan nyeri tulang belakang, termasuk nyeri pinggang. Untuk memastikan gangguan yang timbul, ada dua pendekatan yang biasa diambil. Pertama, pendekatan klasik dengan mengamati dan meraba. Kedua, pendekatan kedokteran dengan pemeriksaan fisik, foto rontgen, tekanan darah, dan wawancara. Pemeriksaan urine terkadang juga dibutuhkan. ”Sebab, nyeri pinggang bisa juga berkait dengan ginjal,” kata akupunkturis Wellness Clinic, Jakarta, Tomi Hardjatno.
Setelah diketahui permasalahannya, terapis akan menusukkan beberapa jarum akupunktur di titik-titik yang relevan. Tusukan itu bisa memperbaiki lintasan energi vital (chi) dalam tubuh. Menurut ilmu kedokteran, akupunktur bermanfaat memperbaiki sistem saraf dan memperlancar aliran darah.
Untuk setiap terapi dibutuhkan waktu sekitar setengah jam. Ada pasien yang bisa sembuh dalam sekali terapi, ada juga yang mesti berkali-kali, tergantung berat-ringannya keluhan. Tomi menyebut, rata-rata angka kesembuhan untuk penderita nyeri pinggang mencapai 70 persen.
Chiropractic, Penyembuhan Tubuh Sendiri
Terapi chiropractic berprinsip: tubuh dapat memulihkan diri sendiri, asal tubuh dan sistem sarafnya berfungsi dengan benar. Karena itu, tugas si terapis atau chiropractor adalah mengoreksi fungsi sendi, otot, dan saraf yang rusak. Koreksi dilakukan dengan tekanan lembut, baik dengan tangan kosong maupun bantuan alat activator, di bagian tubuh yang bermasalah. Sekilas, prakteknya seperti terapi pijat.
”Nyeri pinggang merupakan kasus paling banyak di sini,” kata dr. Tinah Tan, chiropractor dari Citylife Chiropractic, Kelapa Gading, Jakarta. Selain itu, keluhan yang sering ditangani adalah sakit kepala, migrain, nyeri di daerah pantat, dan lain-lain. Untuk mendeteksi kelainan yang timbul, lulusan Royal Melbourne Institute of Technology Australia ini melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk dengan alat thermal scan dan rontgen. Tak usah kaget jika saat pengoreksian tulang belakang, terdengar suara krek, krek.…
Berdasar pengalamannya berpraktek sejak 1999, tingkat kesembuhan pasien 70-80 persen. Dalam 3-4 kali terapi—sekali terapi sekitar setengah jam—umumnya kondisi kesehatan pasien menjadi lebih baik. Jika dalam 4-5 kali terapi tak ada perubahan, Tinah akan merujuk ke dokter lain yang lebih tepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo