Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Nyeri Pinggang (Bukan) Penyakit Biasa

Nyeri pinggang tidak bisa dianggap sepele. Sekitar 80 persen penduduk dunia pernah mengalaminya, dan bisa berakibat fatal.

18 Juni 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Urusan angkat koper di bandar udara membuat Andri V. Roesli merana. Rasa nyeri luar biasa di pinggangnya menyergap tiba-tiba. Walhasil, selama hampir sepekan, ibu dua anak ini harus beristirahat total. ”Tidur, duduk, atau berdiri, sama-sama tersiksa,” kata wanita 44 tahun itu. Ini terjadi pada 2005.

Andri mengaku, kalau hanya nyeri pinggang biasa sudah menjadi langganannya sejak ia mengandung anak kedua pada 1996. Tapi serangan terhebat terjadi pada saat di bandara itu. Menurut hasil pemindaian magnetic resonance imaging, ternyata ada bantalan sendi tulang pinggangnya yang sedikit menyembul alias bulging. Jika tak segera ditangani, kelainan kecil ini bisa mengakibatkan saraf kejepit (hernia nucleus pulposus) yang sakitnya minta ampun.

Setelah mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit dan menjalani fisioterapi, nyerinya menghilang. Tapi sakit pinggang Andri belum benar-benar tumpas. Serangan itu acap kali datang, yang diawali rasa pegal pada kaki, lalu merambat naik, dan nyeri pun menghunjam di pinggang. ”Nyeri kambuh misalnya kalau saya mengangkat barang berat atau menggeser lemari,” katanya.

Untungnya, Andri menemukan terapi baru untuk menaklukkan nyeri pinggangnya. Sejak Februari lalu, ia mengikuti latihan di Klinik Documentation Based Care (DBC) Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang, Banten. Serangkaian latihan rutin dijalani, dan hasilnya menggembirakan. Nyeri pinggangnya tak kambuh-kambuh lagi. Harapannya menghindari operasi terkabul (lihat boks Jurus Tusuk, Tekan, dan Latihan).

Memang, nyeri pinggang—orang Jawa menyebutnya loro boyok— merupakan masalah jamak dan cenderung disepelekan. Menurut statistik, sekitar 80 persen penduduk dunia pernah mengalami minimal sekali nyeri pinggang dalam hidupnya. ”Nyeri pinggang menyebabkan angka absensi kerja tinggi, sehingga menurunkan produktivitas kerja,” kata dokter Peni Kusumastuti, konsultan Klinik DBC, dalam diskusi tentang nyeri pinggang di Bintaro, dua pekan lalu.

Ada sejumlah faktor penyebab nyeri pinggang. Kegemukan di usia produktif (di bawah 45 tahun) dan jenis pekerjaan—sering mengangkat beban berat, membungkuk, atau duduk terlalu lama—ikut andil menjadi pemicu nyeri pinggang. Gangguan itu muncul akibat tidak seimbangnya kekuatan otot perut dan pinggang yang menyangga tulang pinggang. Sedangkan di kalangan usia lanjut, proses degeneratif seperti pengapuran tulang acap kali menjadi biang keladi loro boyok. ”Pada ibu rumah tangga, kegiatan bersih-bersih, memindah barang ini-itu, juga bisa menjadi pemicu,” kata Peni.

Kapan harus ke dokter? Ada cara gampang mengenalinya. Jika rasa pegal tidak terlalu menyakitkan, lalu istirahat dan pegal-pegal lenyap, berarti aman. Tapi, bila nyeri datang berulang dan intens, tidak sembuh dengan istirahat, itu berarti harus segera ke dokter.

Jika segera terdiagnosis, cepat pula penderita mendapat terapi tepat. Bisa saja penanganannya cukup dengan pem-berian obat penghilang rasa sakit dan fisioterapi. Bisa juga penderita dioperasi, tapi risikonya tinggi, seperti terancam lumpuh. Itu sebabnya, Andri berusaha keras menghindari pisau bedah. ”Jangan sampai operasilah,” katanya.

Untuk pencegahannya, sudah pasti, orang harus mempertahankan berat badan ideal, plus olahraga dan melakukan peregangan otot. Dokter Tinah Tan, pengelola tempat terapi sakit pinggang Citylife Chiropractik, Jakarta, menganjurkan agar mereka yang banyak duduk saat bekerja perlu memperhatikan posisi lengkung pinggang. Maksudnya agar orang tak duduk membungkuk atau terlalu lama dalam posisi statis. Maksimal satu jam, orang perlu berdiri sebelum duduk kembali. ”Jika berdiri, perhatikan sentral gravitasi, jangan berdiri dengan satu kaki. Berat badan harus dibebankan di kedua kaki,” katanya.

Dwi Wiyana


NYERI PINGGANG dapat terjadi karena rusaknya bantalan tulang belakang (menyembul keluar) yang mengenai syaraf tulang belakang, selain mengakibatkan nyeri pinggang juga dapat mengganggu fungsi gerakan kedua kaki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus