REVOLUSI Hijau di negara-negara sedang berkembang seolah-olah
tak ada kaitan dengan penyakit kanker. Tetapi kenyataannya bukan
begitu. 90% dari semua jenis kanker diakibatkan oleh kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan yang jelek tidak hanya menyangkut
negeri industri. Sekarang ini sudah cukup alasan untuk khawatir
bahwa Revolusi Hijau bisa memperbanyak penderita tumor hati
satu bentuk kanker yang banyak menyerang Afrika. Asia Tenggara.
India dan Jepang". Demikian Anil Agarwal penyusun tulisan
tersebut membuka tulisan.
Kanker hati. demikian urai penulis berkebangsaan India itu.
disebabkan oleh aflatoxil sejenis racun amat berbahaya, berasal
dari jamur Aspergillus flavus. Lumut ini bisa mengotori makanan.
seperti jagung, singkong, padi dan kacang-tanah. Asperginus
tumbuh amat cepat pada biji-bijian yang pengeringannya kurang
sempurna atau disimpan dalam penyimpanan yang lembab.
Para petani di seluruh dunia sedang mencoba untuk mencari jenis
tanaman yang masa-matangnya lebih cepat daripada pematangan
alam. "Dari sudut pertanian kebijaksanaan ini memang pantas
disanjung. Sebab pematangan yang lebih cepat akan membantu Dunia
Ketiga dalam usaha mereka untuk membuat tanah mereka yang
terbatas lebih produktif", kata Dr MS Swaminathan. Direktur
Jenderal Lembaga Riset Pertanian India. "Tetapi malamnya hasil
kebijaksanaan ini tidak dapat mengatasi masalah musim",
sambungnya pula. Dia mengakibatkan banyaknya hasil panen yang
tertinggal dalam keadaan masih basah-lembab. Dengan sistim
penyimpanan yang sangat sederhana di negara-negara sedang
berkembang, hasil panen yang tak sempat kering ini menjadi
tempat berkecamuknya jamur yang jadi biangkerok racun
aflatoksin.
Ayam Belanda
Kanker hati untuk pertama kali dilaporkan sejak awal abad ini.
Tetapi baru setelah tahlm 1960 diketahui bahwa penyakit ini
disebabkan oleh aflatoksin. Kesimpulan ini diambil setelah
ratusan ribu bebek dan ayam Belanda mati ketika diberi makan kue
kacang yang sudah kapangan.
Hipotese tentang aflatoksin ini tampaknya cocok sekali dengan
penyebaran penyakit kanker hati di Afrika. Penyakit ini
sebenarnya tidak terdapat merata di seluruh benua itu.
Negara-negara yang paling banyak terserang adalah yang terletak
di bagian selatan Sahara. Negarabercuaca-panas seperti Mesir,
Tunisia dan Marokko misalnya, amat jarang ditemukan penderita
kanker hati. Tetapi negara-lembab seperti Mozambik, Republik
Konggo, Senegal, Jambia, Guinea-Bissau, Mali, Niger, Togo,
Uganda, Swaziland dan Afrika Selatan memang jadi bulan-bulanan
penyakit ini. Sepertiga dari penyakit kanker yang ditemukan di
sini adalah kanker hati.
KH boleh dibilang tak ditemukan pada suku bangsa Uganda yang
makanan utamanya terdiri dari tanaman segar. Begitu juga tak
ditemukan pada penduduk kaya bangsa India dan kulit-putih yang
berdiam di Afrika Selatan. Dalam sebuah penelitian yang
dilaksanakan pada suku bangsa Kikuyu di Kenya tercatat nol
sampai 12,9 kasus penderita per 100.000 penduduk. Penyakit ini
erat hubungannya dengan jumlah aflatoksin dalam makanan
sehari-hari.
Yang paling banyak terserang penyakit KH justeru para petani
kecil, yang kalau sekali panen tak cukup untuk menutup
kebutuhannya sepanjang musim. Mengenai hal ini karangan yang
ditulis wartawan Indian Express itu lebih lanjut menulis begini:
Ramalan Cuaca
Lembaga Riset Pertanian dan Kedokteran India pada akhir 1975
secara bersama-sama menyelenggarakan survei untuk mengetahui
apakah KH itu merupakan penyakit yang menyerang secara
berulang-ulang dari tahun ke tahun. Penelitian yang disiarkan
pada kecemasan itu akhirnya menemukan kebenaran. Daerah yang
diteliti terdiri dari para petani kecil yang hanya memiliki
sejengkal tanah yang hasil panennya tak cukup untuk menghidupi
sampai musim panen berikutnya. Para pedagang menampung hasil
panenan mereka yang kurang sempurna keringnya. Hasil tanaman itu
kemudian dijual kembali kepada petani semula dalam keadaan sudah
jamuran. Pedagang-pedagang barang busuk itu banyak ditemukan
oleh para sarjana India tadi. Dalam penelitian itu mereka juga
menemukan tuan tanah yang membayar kuli mereka dengan makanan
beracun seperti itu.
Untuk menghindarkan penduduk dari serangan KH para sarjana India
beranggapan, sekarang ini sudah saatnya diselenggarakan
pengamatan dan sistim peringatan untuk para petani. Menurut
mereka daerah-daerah gawat supaya segera dicatat dengan
mempelajari pola panen dan kebiasaan makan penduduk. Kemudian
dengan program pendidikan massal kebiasaan memasak dan menyimpan
makanan dapat diperbaiki. Kalau mungkin dengan bantuan ramalan
cuaca para petani dapat diperingatkan dengan satu sistim alarm
tertentu. Misalnya untuk memberitahu mereka apakah akan ada
hujan selingan selama masa panen. Atau kalau tidak, bisa juga
diadakan pemilihan terhadap varitas tanaman yang kuat terhadap
serangan jamur racun aflatoksin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini