Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Menajer Yang Cerdas

Menurut seorang manager, ketenangan adalah prasyarat tumbuhnya kegairahan. Kegairahan tumbuh dari rasa tenang, cencerung konstruktif. Dan ada kegairahan timbul karena kecewa, cenderung destruktif.

18 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AWAL bulan yang baru lalu. sekelompok karyawan dengan wajah cerah meninggalkan kantornya. Yang pakai vespa atau honda segera menghilang. Yang punya mobil masih menawarkan kepada rekan-rekan mungkin ada yang ingin menumpang. Paling akhir keluarlah kenalan saya, seorang yang masih muda, beberapa tahun di atas 30. Berperawakan pendek, pandangannya selalu lurus ke depan dan membayangkan kepastian. Di belakangnya pesuruh kantor menjinjing tas, yang kemudian dimuatkan ke mobil. Tak pelak lagi: dia seorang manajer di kantor ini. Karena sudah tutup kantor, saya permisi hendak pulang saja. Tetapi kenalan ini rupanya baik hati atau barangkali juga ingin dapat teman bicara. Mobil jalan dan pembicaraan pun dimulai. Hari gajian begini, karyawan anda semuanya nampak gembira. - Begini bung! Cerita ini hanya buat anda. Aku baru putuskan kenaikan gaji mereka, berhubung kenaikan harga barang. Sejak dua minggu terakhir ini aku didesak terus-menerus. Utusan mereka berulangkali datang. Kepala-kepala bahagian beruntun sampaikan memo. Memang bisa capek sekali. - Harga naik atau tetap, kenaikan gaji selalu ada manfaat psikologisnya. - Betul. Tetap manfaat itu baru terbatas pada diri karyawan. belum pasti membawa efek kemajuan bagi perusahaan. - Oh ya! Dengan menaikkan gaji, mereka paling-paling terbebas dari tekanan belanja. Menjadi tenang. Namun, seorang yang tenang belum pasti akan berprestasi lebih baik. Untuk menggalakkan prestasi, yang dibutuhkan bukan ketenangan tapi gairah. Memang sulit bahwa seorang yang kepepet dalam keuangan, akan menjadi lebih bergairah dalam kerja. Tetapi seorang yang tenang dalam keuangan tidak dengan sendirinya juga akan bergairah. Di sinilah. saya kira, peranan manajer menjadi menentukan. Pendekatam instruksi dan keputusan-keputusan yang diambilnya, akan lebih langsung menggalakkan atau mematikan semangat kerja. - Berarti tugas anda tetap berat, juga setelah kenaikan gaji ini? Manajer ini rupanya faham akan pertanyaan saya yang sebenarnya merupakan penghargaan secara tak langsung. Mobilnya meluncur terus. Jalanan bising, sementara berdua termenung sepi, asyik dengan pikirannya masing-masing. *** Belakangan saya pikir, hebat juga teman itu. Meyakinkan seperti psikolog, padahal dia sebenarnya kuliah di Fakultas Ekonomi, lalu berhehti karena kegiatan sosial politik. Penjelasannya amat mengesankan saya. Betapa tidak. Saya kira seorang ibu rumah juga faham. Kalau anaknya kelewat bersemangat, meloncat di sana-sini, memanjat apa saja, mencobakan semua alat-alat dapur, sang ibu bisa kesal. Tetapi sekali anak-anaknya cuma diam, alim dan serba menurut, ibu yang sama akan bingung juga. Ada apa dengan anaknya? Mengapa amat kurang bicara? umah seperti kehilangan gairah. Nampaknya seorang ibu juga tahu bahwa ketenangan dibutuhkan sama seperti kegairahan dalam hal anak-anaknya sang ibu tentulah tak mengharapkan anak-anaknya berprestasi tinggi di rumah. Sebab, kalau sebuah rumah adalah kehidupan, maka seperti juga tanaman halaman, kehidupan di rumah membutuhkan pertumbuhan dan pertumbuhan berpangkal pada kegairahan. Ketenangan niscaya dibutuhkan. Tetapi ketenangan semisal tanah tempat menanam. Gairah mungkin ibarat sinar matahari atau sumber air. *** Ketika memikirkan hal ini, ingatan saya tak dapat menghindari pengalaman Pemilu yang baru lewat. Ada masanya rakyat diminta bergauah. Ada masanya rakyat diminta tenang. Kampanye dan minggu tenang jelas menunjukkan hal itu. Dan saya teringat lagi kepada penjelasan manajer muda itu: rasa tenang merupakan prasyarat bagi tumbuhnya kegairahan. Seorang yang tidak tenang susah bergairah dalam kerja. Sebenarnya apa yang berlaku dalam dunia perusahaan atau bisnis tidak selalu sama dengan kenyataan di bidang sosial politik. Kegairahan Angkatan 66 menumbangkan Orde Lama kiranya bukan tumbull dari rasa tenang, tetapi justru dari rasa terganggu oleh berbagai distorsi dalam pemerintahan pada waktu itu. Lalu apa persoalannya? *** Sederhana saja. Kegairahan dan kegairahan mungkin merupakan dua hal yang berbeda. Yang satu tumbuh dari rasa tenang dan cenderung berkembang menjadi kreatif atau konstruktif. Kegairahan yang lain merupakan pelampiasan suatu perasaan kecewa atau tertekan, yang cenderung berkembang ke arah destruktif. Sebaliknya ketenangan dan ketenangan pun ada dua. Dalam hal pertama ia merupakan akibat terbebasnya seseorang dari rasa tertekan, seperti perasaan orang yang berhasil melunaskan utang. Dalam hal kedua ketenangan justru dipaksakan oleh rasa tertekan. seperti ketenangan anak gadis terhadap ibu tirinya yang galak. Kalau seorang manajer berbicara tentang ketenangan dan gairah. maka kita mungkin cepat faham. Cukup jelas kegairahan dan ketenangan apa yang dimaksudkannya. Akan tetapi dalam banyak hal lain masih dibubuhkan suatu identifikasi yang cermat dan lapang dada. *** Ketenangan adalah prasyarat untuk tumbuhnya kegairahan, kata teman manajer saya. Sekarang saya menyesal karena tidak terpikir ketika itu untuk memperingatkannya bahwa di luar bidang bisnis ketenangan tak selalu berarti bebas dari keadaan tertekan tapi dapat berupa "tenang yang menghanyutkan".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus