Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Tamu di malam buta

Roh seorang aktifis yang mendatangi seseorang, sehingga terjaga dr tidurnya. menurut roh, wewenang terhadap orang mati sepenuhnya wewenang tuhan. orang kurang percaya diri, demi kekuasaannya mengungkit orang mati.

18 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI tengah malam buta, seseorang terjaga dari tidurnya. Ia mendengar jendelanya diketuk dan bahunya ditepuk orang. Antara sadar dan tidak disingkapkan kain gorden, dan seorang tamu melangkah masuk menembus kaca. Sesosok tubuh yang kabur makin lama makin kentara. Ia gemetar karena takut, tapi sang tamu nampak biasa saja. Lama-lama sadar juga ia bahwa rupanya roh yang ramah telah mampir ke rumahnya. Ia tak takut lagi, karena tak ada yang dirasakan asing. Tamu itu seperti setiap orang yang ia jumpai setiap hari. - Bung siapa'? - Roh orang mati. - Waduh. Iya, Bung siapa, tadinya? - Aktifis. - Politik? - Ya. - Wah, susah! - Kenapa. - Berdasarkan pengalaman pribadi, saya harus berterus terang, supaya jelas bagi Bung. Bahwasanya saya bukan medium. Saya tidak mau dititipi pesan politik macam apapun. Lagipula saya bukan penganut ideologi politik dalam bentuk apapun. Saya orang bebas, tak punya lawan politik dan tak punya ideologi. Pancasila juga tidak'? Niat Bung apa? Jangan berseloroh di malam buta. Bung jangan memojokkan saya. Saya masih setengah ngantuk, saya tak mau jawaban saya mencelakakan keluarga. Kamu memang jenis pengecut. Kita 'kan cuma berdua. - Bung sendiri masuk jenis apa? Pejuang, perintis, pahlawan, penggali, penyambung lidah atau apa? Bung masuk orde apa? -- Saya tidak masuk bilangan apa-apa. Waktu yang diberikan kepada saya untuk berjenis-jenis sudah habis. Tak perlu lagi saya katakan saya jenis apa. Dalam dunia saya tak ada lagi kategori. Tak ada hiruk pikuk mengenai fungsi dan status, semuanya sudah dibukakan dan sudah dipahamkan. Tanggungjawab saya untuk bertanyajawab sudah lewat. Di alam saya tidak ada orde, tak ada slagorde. - Iya, maksud saya, Tuhan memasukkan Bung dalam kategori mana? - Itu pertanyaan khas alam wadag. Di alam saya pertanyaan semacam itu tak ada. Keinginan tahu sudah terpenuhi dan kepentingan apapun tak ada lagi. Tapi pertanyaan yang dapat kamu jawab sendiri ialah: Tuhan sudah memberikan apa kepadakamu lewat riwayat hidup saya. Dan Tuhan memberi kebebasan penuh kepada kamu untuk menjawab. - Saya tak mengerti. - Saya tahu kamu bohong. Kamu bersembunyi dalam kedok. Tapi roh saya dapat berjumpa dengan roh kamu. Apa yang tersembunyi di depan orang, tak tersembunyi di hadapanku. Nyalimu kecil tapi alasanmu segudang. Pengecut menggadaikan nyawanya berulang-ulang. - Saya tak suka permusuhan. - Setan juga tak kamu lawan? - Yang terang Bung tidak saya musuhi. Saya ngeri melihat permusuhan yang berlarut-larut. Bahkan orang yang sudah mati masih dibenci. Rohnya dihidupkan untuk dibantai lagi. Dalam dunia politik orang terhun berulang kali. Apa Bung juga begitu dulu? - Yang masih hidup yang berhak menjawab. Silakan menimbang-nimbang. - Bung mau membela diri atau memuntahkan geram? - Tak ada yang perlu saya bela. Wewenang terhadap orang mati sepenuhnya adalah wewenang Tuhan. Kekuasaan politik macam apapun tak akan dapat mengganggu-gugat kedaulatan Tuhan atas mereka yang sudah mati. Mereka yang tak percaya kepada diri sendiri suka mengungkit-ungkit orang yang sudah mati. Untuk meneguhkan kekuasaan sering dilakukan dengan cara membunuh orang mati. - Syukurlah Tuhan begitu, tak membiarkan mereka terlantar berkali-kali. - Dendam terhadap orang mati adalah gugatan terhadap kedaulatan Tuhan. Seolah-olah Tuhan tak mampu mengadili orang mati. Kekuasaan cenderung meluas, bahkan sampai ke alam roh. - Mungkin karena kita belum terlalu biasa pegang kuasa. Sebab itu meskipun mungkin maksudnya baik, hasilnya toh cenderung membuat keruh. - Itu tugas kamu yang masih hidup. Agar bisa dicegah bersama pemakaian kuasa yang semena-mena. - Bagaimana kalau Bung datangi mereka. Ingatkan mereka satu persatu. - Itu sudah saya lakukan. Dan seperti kamu, penerimaan mereka pcrsis sama dengan penerimaan kamu. Itu tugas orang lain, kata mereka. Sosok sang tamu makin lama makin pudar, dan menghilang menembus kaca jendela. Yang ditinggalkan tercenung-cenung tak bisa tidur sampai pagi. - Ah, roh sialan, ninggalin beban! Lalu iapun bergegas melangkah ke kamar mandi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus