Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kejamnya Alzheimer

Penyakit alzheimer merusakkan sel saraf pada otak. penderita bisa lumpuh, pikun, kemudian meninggal. penyebab dan obatnya belum ada. william k. summer mengobati dengan tha (tetrahydroaminoacridine).

30 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RITA Hayworth telah pergi. Dewi cinta dari Hollywood -- yang pernah mendebarkan dunia di tahun 1940-an itu meninggal pada usia 68 tahun di apartemen anaknya, Yasmin Khan, di New York. Tapi sebelum kematiannya, Kamis, dua pekan lalu, Rita melewati masa tua yang suram menyedihkan. Rita si rambut merah, bom seks pada zamannya, bertahun-tahun dirongrong penyakit alzheimer yang tak bisa disembuhkan. Pada dasarnya, alzheimer merusakkan susunan sel-sel saraf pada otak manusia. Gejala awal mirip seperti gejala pikun yang biasa hinggap pada orang-orang usia lanjut. Penderita alzheimer mula-mula terlihat seperti orang yang mudah lupa. Banyak pekerjaan remeh sehari-hari, seperti menaruh kunci, mandi, dan berdandan, menjadi terhambat karena linglung. Keadaan yang menjengkelkan ini kemudian berkepanjangan. Mental penderita menjadi tertekan (depresi) dan sering merasa bingung. Tingkah lakunya pun berubah, cenderung suka bermusuhan. Dalam proses yang tidak bisa dicegah itu, penderita sekonyong-konyong tak mampu lagi mengingat hari dan tanggal. Fungsi memori dan kognisi pada otak tak lagi bekerja. Perbendaharaan kata yang dimiliki semakin berkurang, sampai akhirnya penderita tak mampu lagi berbicara. Keadaan yang parah belum berhenti sampai di sini. Pada tahap lanjut, penderita tak bisa mengenali orang lain dan juga dirinya sendiri. Ia kehilangan orientasi berpikir. Akibatnya, penderita mengalami kemunduran mental. Berjalan pun bahkan tak mampu lagi. Otak sebagai pusat saraf tak lagi bisa mengendalikan tubuh. Kondisi terburuk: ia seperti kehilangan naluri untuk mempertahankan hidup, sesuatu yang sebenarnya Inheren dalam diri manusia. Dari tahap ini ke atas - secara perlahan tapi pasti - penderita akan menemui ajalnya. Penyakit ini sering juga disebut Dementia senilis, yakni penyakit yang melumpuhkan kemampuan otak sehingga orang tua bertingkah laku kekanak-kanakan. Penderita penyakit ini biasanya orang lanjut, rata-rata di atas 60 tahun. Sebelum korban menemui ajalnya, ia akan menderita terlebih dahulu, biasanya lima sampai delapan tahun dalam keadaan pikun berat. Tapi, alzheimer bisa juga hinggap pada orang muda. Di Jepang, pernah dijumpai seorang penderita yang baru berusia 28 tahun - dan lima tahun kemudian menemui ajalnya. Inilah yang kemudian menjadi tanda tanya besar dalam dunia kedokteran. Ternyata, alzheimer banyak ditemukan pada orang-orang yang belum lagi berusia 60 tahun. Penyakit ini pertama kali diteliti pada 1906 oleh Alois Alzheimer -- seorang ahli saraf berkebangsaan Jerman. Baru sekitar 70 tahun kemudian, menjelang akhir 1970-an, penelitian terhadap alzheimer mulai menemukan arah perkembangan yang cukup menggembirakan. Beberapa peneliti medis ahli saraf melihat bahwa rusaknya sel-sel saraf disebabkan adanya penyimpangan proses biokimia pada otak. Akibatnya, pembentukan zat kimia Acetylcholine mengalami gangguan --- produksinya terhalang. Padahal, zat inilah yang memainkan peranan penting dalam menggerakkan kerja otak. Fungsinya sebagai transmiter: menghubungkan sinyal-sinyal antara sel-sel pembuluh saraf yang ada pada otak. Lewat proses itulah, antara lain, otak bekerja menyimpan memori. Seiring dengan itu, kemampuan otak penderita menyusut -- sampai 25% dalam menkonsumsi glucose yang merupakan "makanan pokok" sel-sel saraf di otak. Juga kemampuan otak untuk menyerap oksigen yang dibawa oleh darah, merosot. Akibat itu semua, otak penderita pasti mengalami perubahan patologis. Jalan pintas untuk menahan serangan penyakit ini sudah dicoba sejak akhir tahun lalu. William K. Summer, seorang dokter jiwa dari University of California di Los Angeles, berhasil merangsang produksi zat acetylcholine di otak, dengan menggunakan THA (tetrahydroaminoacridine). Serangkaian tes terbatas telah dilakukan terhadap 17 penderita alzheimer. Hasilnya. 12 penderita mengalami kemajuan yang cukup dramatis. Misalnya, ada seorang penderita yang bisa mengenali kembali suaminya yang dulu pernah "dilupakannya" itu. Ahmed K. Soeriawidjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus