Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jangan sepelekan alergi yang menimpa anak Anda. Penyakit yang membuat si bocah susah tidur, tak bisa belajar, dan gelisah ini memang mungkin tak sampai mematikan. Tapi, jika berlarut-larut, alergi bisa meluas dan mengundang infeksi kuman penyakit yang serius. Jadi, "Alergi harus ditangani sejak dini," kata Sandra Widaty, dokter spesialis kulit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Namun, alergi adalah soal misterius bagi awam, bahkan bagi sebagian dokter. Untuk itulah para dokter yang tergabung dalam Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) giat menyebarkan pengetahuan mengenai alergi. Pekan lalu, misalnya, KSDAI menggelar diskusi kecil bertopik alergi di RSCM.
Alergi sebetulnya adalah reaksi tubuh yang berlebihan terhadap zat asing (alergen) semisal makanan, debu, hawa dingin, atau obat tertentu. Kontak dengan alergen segera memicu reaksi berupa gatal, bentol-bentol, bercak merah-hitam, demam, batuk, atau pilek. Reaksi ini tidak mencolok hingga kerap disangka sebagai penyakit infeksi lain.
Jadi, harus bagaimana? Sandra yang anggota KSDAI itu mengakui, tak ada kiat jitu guna mengenali alergi. Para dokter mesti melacak riwayat pasien dan melakukan serangkaian tes sebelum menegakkan diagnosis alergi. Dengan demikian, orang tua perlu mengetahui pola dan irama hidup anak-anaknya. Keluhan gatal, misalnya, mungkin berkaitan dengan makanan atau datangnya hawa dingin.
Layak pula dicatat bahwa alergi tak bisa sembuh tuntas. "Obat hanyalah meredakan keluhan yang timbul," kata Sandra. Biarpun sudah diobati, alergi bisa timbul kembali setiap terjadi kontak dengan zat alergen. Jadi, sebisa mungkin anak-anak harus dihindarkan dari benda pemicu alergi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo