Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum Menteri Keuangan Sri Mulyani menjenguk David di Rumah Sakit Mayapada, ayah David, korban penganiayaan yang mengalami cedera kepala, sempat menceritakan kondisi putranya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan Glasgow Coma Scale (GCS) pada tubuh David sudah membaik. Sejak kemarin, naik dari level 3 ke level 6. “Kata dokter ini belum pernah terjadi,” ucap Jonathan, Ahad 26 Februari 2023. “Biasanya, untuk naik satu tingkat butuh proses yang cukup lama.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jonathan menambahkan hari ini (Ahad) GCS pada tubuh David sudah naik dua tingkat lagi. “Proses penyembuhan David penuh keajaiban,” ujar Jonathan lagi. “Saya bersyukur karena banyak yang ikut mendoakan.”
Di dunia medis dikenal Glasgow Coma Scale disingkat GCS. GCS adalah suatu skala untuk mengukur tingkat kesadaran pasien yang mengalami koma dan digunakan secara luas di rumah sakit.
Seperti pernah diulas WebMD, skala ini menggunakan tiga parameter yaitu respon mata, respon verbal, dan respon motorik pasien untuk menentukan skor kesadaran total. Setiap parameter diberikan skor tertentu dan skor totalnya berkisar dari 3 (terendah) hingga 15 (tertinggi). Semakin tinggi skor total, semakin baik tingkat kesadaran pasien.
Jika hasil pengukuran skala GCS berada di angka 8 atau kurang menunjukkan pasien menderita cedera kepala berat. Skala terendah dari pengukuran GCS berada di angka 3.
Lalu bagaimana penjelasan cedera kepala berat ketika nilai skala hanya mencapai angka 3?
Cedera kepala berat dengan skala terendah 3 terjadi ketika seseorang mengalami hilangnya kesadaran yang berkepanjangan atau disebut koma. Pasien mungkin tidak mampu mengikuti perintah sederhana karena penurunan kesadaran, dan hal ini dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Dilansir dari artikel di Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, pada kasus cedera
kepala berat, pasien dapat mengalami status vegetatif persisten. Pada beberapa kasus, pasien yang menderita cedera kepala berat dapat memiliki pupil tak equal, pemeriksaan motor tak equal, cedera kepala terbuka dengan bocornya cairan serebrospinal atau adanya jaringan otak yang terbuka, pemburukan neurologis, dan fraktur tengkorak depressed.
Penanganan awal pasien dengan cedera kepala...
Penanganan awal pasien dengan cedera kepala bertujuan untuk memantau dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki keadaan umum pasien seoptimal mungkin agar dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang terkena.
Penanganan cedera kepala tergantung pada tingkat keparahannya, seperti cedera kepala ringan, sedang, atau berat.
Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder. Pada survei primer, hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.
Pada pasien dengan cedera kepala berat, survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah homeostasis otak.
Tidak semua pasien dengan cedera kepala perlu dirawat inap di rumah sakit. Indikasi rawat yaitu amnesia post traumatika jelas (lebih dari 1 jam), riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit), penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala sedang hingga berat, intoksikasi alkohol atau obat, fraktur tengkorak, kebocoran cairan cerebrospinalis, otorrhea atau rhinorrhea, cedera penyerta yang jelas, dan hasil CT scan yang abnormal.
Pilihan editor: Apa Saja Gejala Gegar Otak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.
Catatan :
Artikel ini mengalami perubahan judul dan beberapa alinea di badan tulisan sebagai perbaikan. Juga ada penambahan-penambahan, pada Rabu, 21 Maret 2023, pukul 09.45 WIB.
Redaksi