Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit mata katarak dapat menyerang segala usia meski umumnya terjadi pada lansia. Faktor usia dan gaya hidup kurang sehat dapat menyebabkan katarak, kondisi medis yang ditandai kekeruhan pada lensa mata, yang menyebabkan penurunan kemampuan penglihatan hingga kebutaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekeruhan biasanya disebabkan proses degeneratif, terutama akibat penuaan, di mana protein dalam lensa mata menggumpal dan mengurangi kemampuan lensa untuk memfokuskan cahaya ke retina. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah berkolaborasi dengan IDI Kabupaten Banjarnegara untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengobatan yang tepat untuk penderita katarak, apa saja faktor penyebab penyakit katarak serta jenis obat bagi penderita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
IDI Jawa Tengah dengan alamat website idijawatengah.org menjelaskan katarak merupakan kondisi medis di mana lensa mata yang seharusnya masih jernih menjadi keruh sehingga mengganggu penglihatan. Katarak berkembang secara perlahan dan dapat mempengaruhi satu atau kedua mata. Gejalanya termasuk penglihatan kabur, sulit melihat di malam hari, silau saat cahaya terang. Berikut beberapa faktor utama penyebab katarak.
Proses penuaan
Penuaan adalah penyebab paling umum katarak. Seiring bertambahnya usia, protein dalam lensa mata mulai menggumpal, menyebabkan lensa yang awalnya jernih menjadi keruh, biasanya terjadi pada yang berusia di atas 50 tahun.
Diabetes
Penderita diabetes berisiko lebih tinggi menderita katarak. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah di mata dan mempercepat proses kekeruhan pada lensa.
Kebiasaan merokok dan trauma fisik
Perokok aktif dapat meningkatkan risiko penyakit katarak karena bahan kimia dalam asap rokok merusak lensa mata dan mengurangi aliran darah ke area tersebut. Cedera pada mata, baik akibat benturan, tusukan, atau kecelakaan dapat menyebabkan katarak. Kerusakan pada kapsul lensa akibat trauma dapat mempercepat proses katarak.
Keturunan atau genetik
Faktor genetik atau keturunan juga sangat berpengaruh pada penderita katarak. Jika ada riwayat keluarga dengan katarak maka risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit ini.
Jenis obat yang bisa dikonsumsi
Penderita katarak memiliki beberapa pilihan obat untuk membantu mengelola gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Meskipun operasi adalah metode paling efektif untuk mengatasi katarak, berikut beberapa jenis obat yang sering direkomendasikan dokter.
Lanosterol
Lanosterol adalah senyawa sterol yang diyakini dapat meluruhkan gumpalan protein pada lensa mata yang menyebabkan katarak. Penelitian menunjukkan obat tetes mata lanosterol dapat membantu meningkatkan kejernihan lensa mata.
N-asetilkarnosin (NAC)
NAC adalah obat tetes mata yang mengandung protein L-karnosin dan berfungsi sebagai antioksidan. Beberapa penelitian menunjukkan NAC dapat menghentikan proses penggumpalan protein di lensa mata.
Siklopentolat dan Atropin
Kedua tetes mata ini biasanya digunakan untuk melebarkan pupil mata dan mengurangi nyeri setelah operasi katarak. Meskipun tidak secara langsung mengobati katarak, obat ini dapat membantu mengelola gejala pascaoperasi.
Cendo Catarlent
Tetes mata ini mengandung potasium iodida yang dapat membantu mengurangi kekeruhan pada lensa. Dosis penggunaan umumnya 1–2 tetes pada setiap mata, tiga kali sehari atau sesuai petunjuk dokter.
Suplemen Wellness Ocucare
Selain obat mata, Anda juga dapat mengonsumsi suplemen yang mengandung antioksidan seperti beta karoten dan vitamin C, yang diyakini dapat membantu menjaga kesehatan mata. Dosisnya satu tablet per hari. Meski ada berbagai obat dan suplemen yang diklaim dapat membantu mengatasi katarak secara tepat, untuk penanganan lebih lanjut dapat berkonsultasi dengan dokter.
Pilihan Editor: Saran Pakar Mata agar Diabetes Tak Berujung Retinopati Diabetik