Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Duka menyergap pasangan psikolog Tika Bisono dan pemusik Wachdanya Thoersina Ageswara. Putri kedua mereka, Janika Ramadhani Putri, pergi untuk selamanya, awal Juli lalu. Tubuh mungil bocah perempuan berusia 10 tahun itu tak kuasa bertahan melawan penyakit demam berdarah dengue.
Musibah itu datang seperti malam yang gelap. Tika menuturkan, cuma sehari putrinya terserang demam. Suhu tubuhnya melonjak di atas 38 derajat selsius. Obat penurun panas sudah diberikan tapi demam Janika tak kunjung turun.
Kecemasan mulai menjalar di hati Tika bahwa putrinya terjangkit demam berdarah. Pertolongan pertama berupa jus jambu biji merah, ramuan tradisional Cina angkak, dan air putih sebanyak-banyaknya sudah diberikan tapi tak cukup membantu. Dari rumahnya di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Janika dilarikan ke Rumah Sakit Jakarta Medical Center, Jakarta Selatan.
Dokter menyatakan gadis kecil itu memang positif terkena demam berdarah. Semalam menginap di rumah sakit, kondisinya makin payah. Kamis sore pukul 17.00 suhu tubuhnya kembali melonjak. ”Anak saya menggigil kedinginan dan panas tinggi sekali,” kata Tika dengan nada sedih. Ketika jarum jam menunjuk 20.45, Janika menutup mata.
Demam berdarah tak cuma merenggut nyawa Janika. Di wilayah DKI Jakarta saja, berdasarkan data Dinas Kesehatan, jumlah penderita demam berdarah mulai Januari hingga awal Juli 2007 mencapai 23.894 kasus. Dan 65 penderita akhirnya meninggal dunia.
Walaupun sejak 5 Juli Pemerintah DKI Jakarta telah menurunkan status kejadian luar biasa demam berdarah dengue menjadi waspada, jumlah korban yang masuk ke rumah sakit masih cukup banyak.
Rita Kusriastuti, pejabat Departemen Kesehatan, mengatakan secara nasional korban demam berdarah sudah lebih dari 89 ribu orang. Sampai Maret 2008, tren penderita penyakit ini diperkirakan bakal terus meningkat. Kasus terbanyak terjadi di Jakarta, yakni sepertiga hingga setengah dari seluruh kasus di Indonesia.
Tren ini melenceng dari perkiraan siklus demam berdarah yang muncul lima tahun sekali. Cuaca yang tidak menentu—kadang kering, kadang hujan— menjadi salah satu penyebabnya. Buruknya kebersihan lingkungan dan banyaknya genangan membuat nyamuk Aedes aegypti leluasa berkembang biak. ”Jentiknya bisa bertahan sampai tiga bulan,” kata Kepala Sub Direktorat Malaria ini.
Kekhawatiran makin menggumpal karena ada dugaan munculnya varian baru virus demam berdarah dengue. Soalnya, belakangan makin banyak penderita tidak menunjukkan gejala khas yang gampang dikenali seperti demam dan munculnya bintik-bintik merah.
Widayat Djoko Santoso, ahli penyakit tropik dan infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, tak menampik adanya kemungkinan itu. ”Tapi sampai sekarang di seluruh dunia belum ada bukti munculnya varian baru,” katanya.
Hingga kini cuma dikenal empat macam serotipe virus dengue penyebab demam berdarah, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Di Indonesia, virus yang banyak berjangkit adalah DENV-2 dan DENV-3.
Di luar itu, belum diketahui ada varian baru karena minimnya penelitian tentang virus ini. Sekarang pun belum jelas apakah virus yang berkembang di Indonesia masih sama atau ada virus baru di luar serotipe yang ada. Maklum, sama seperti makhluk hidup lain, virus juga memiliki naluri untuk terus bertahan. ”Dia akan terus memperkebal diri dengan bermutasi,” ujar Widayat.
Apa pun jenis virusnya, ia mengatakan sesegera mungkin memberikan cairan tetap menjadi pertolongan pertama yang ampuh. Soalnya, virus dengue merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan. Bila tak segera ditangani, bisa menimbulkan komplikasi di seluruh organ tubuh yang berujung pada kematian (lihat Mengalir di Dalam Darah). Apalagi manifestasi gejala demam berdarah berbeda-beda antara satu orang dan yang lain. Tergantung tingkat kekebalan tubuh seseorang, jenis, serta jumlah virus yang menyerang.
Di luar masalah virus, Widayat menduga tingginya kasus demam berdarah terkait dengan masalah diagnosis. ”Dari laporan yang masuk, sebagian besar ternyata bukan demam berdarah, tapi penyakit infeksi lain,” kata anggota Tim Pengendali Mutu Departemen Kesehatan ini.
Kriteria yang selama ini ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai batasan demam berdarah dengue memang sangat umum. Demam tinggi (di atas 38 derajat) selama 2-7 hari, perdarahan, jumlah trombosit kurang dari 150 ribu per milimeter kubik darah, dan merembesnya cairan plasma darah, dianggap sebagai pertanda.
Masalahnya, penyakit yang memiliki gejala seperti itu cukup banyak. Sebut saja sepsis, chikungunya, dan ensefalitis alias radang otak. ”Yang paling banyak diduga sebagai demam berdarah adalah sepsis,” katanya.
Sepsis adalah penyakit infeksi bakteri yang tergolong gawat. Di seluruh dunia, tingkat kematiannya mencapai 35-50 persen. Penyakit ini muncul ketika pertahanan tubuh anjlok. Akibatnya, bakteri yang mengendap di tubuh—entah di kulit, mulut, saluran pencernaan, atau lambung—yang semula jinak berubah ganas dan menyerang tubuh.
”Sedangkan demam berdarah biasanya punya pola khas. Panas cuma sampai hari kelima, selanjutnya kondisi tubuh mulai membaik,” ujar Widayat. Bila lebih lama dari itu, bisa jadi itu penyakit lain. Kemungkinan lain, ada virus lain yang ikut menyerang sehingga terjadi komplikasi.
Kalau sudah begini, peluang sembuh semakin kecil. ”Makanya pencegahan harus diutamakan,” kata Widayat. Caranya, dimulai dari hidup sehat, jaga kebersihan diri dan lingkungan. Dengan metode sederhana itu, demam berdarah maupun penyakit lain tak bakal mampir.
Nunuy Nurhayati
Mengalir di Dalam Darah
- Nyamuk Aedes aegypti betina bersifat intermittent feeder. Artinya, dia mengisap darah berulang kali sampai merasa kenyang. Sifat tersebut membuat dia mampu menginfeksi beberapa orang dalam satu wilayah yang berdekatan secara bersamaan.
- Nyamuk akan menjadi penular apabila darah yang disedotnya berasal dari orang yang sudah terinveksi virus dengue. Virus itu terbawa masuk ke tubuh nyamuk dan berkembang biak dalam waktu 8-12 hari. Selama itu, virus berkembang di dalam perut lalu menuju kelenjar ludah nyamuk.
- Lewat gigitan di kulit, nyamuk menularkan virus dengue. Awalnya virus cuma berkembang di tempat gigitan. Tapi kemudian menyebar ke seluruh tubuh lewat sirkulasi darah dan menyerang sel darah putih dan kelenjar getah bening. Suhu tubuh langsung meninggi karena antibodi melakukan perlawanan.
- Demam tinggi membuat penguapan jauh lebih tinggi. Tubuh kekurangan cairan. Demam berdarah dengue harus segera ditangani dengan pemberian cairan dan elektrolit. Kalau tidak, akibatnya fatal.
- Virus dengue menyerang sel trombosit sehingga jumlahnya menurun. Gampang terjadi perdarahan.
- Virus juga merusak dinding pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran. Akibatnya, cairan plasma darah merembes ke luar. Darah menjadi lebih kental dan alirannya melambat.
- Organ tubuh terutama ginjal, paru-paru, jantung, dan lambung tidak bisa berfungsi bahkan rusak sama sekali karena kekurangan oksigen dan nutrisi. Muncul gagal ginjal, gangguan fungsi jantung, lambung, dan paru-paru, yang bisa berujung pada kematian.Asupan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan sel tubuh terganggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo