Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mencegah AIDS Dengan Elavia

Penyakit AIDS semakin mencemaskan masyarakat dunia di AS penderita semakin bertambah, biaya pengobatan semakin tinggi. Di Prancis melakukan pencegahan dengan sistem elavia. (ksh)

17 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ACQUIRED Immune Deficiency Syndrome, penyakit yang lebih dikenal lewat akronimnya AIDS, kembali merenggut publikasi luas dan muncul di halaman-halaman muka surat kabar di seluruh dunia, setelah Yannou Callart, humas pribadi aktor terkenal Rock Hudson, mengumumkan, bosnya kejangkitan penyakit itu. Bersama meletusnya berita, rasa cemas terhadap penyakit itu kembali muncul. The Center for Disease Control di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa sampai kini sudah US$ 1,5 milyar dibelanjakan untuk mereka yang sakit AIDS, terhitung sejak penyakit itu ditemukan pada tahun 70-an. Jumlah itu masih belum seluruhnya. ABC dalam siarannya akhir Juli lalu mencoba menghitung-hitung pula. Menurut perkiraan mereka, pada akhir tahun ini dana yang akan keluar untuk penderita AIDS di AS mencapai jumlah US$ 10 milyar atau Rp 10 trilyun lebih. Semua itu berpangkal pada dugaan, di tahun ini saja jumlah penderita AIDS di AS akan mencapai 20.000. Tahun depan jumlahnya akan berlipat dua. Total jenderal jumlah penderita AIDS sejak penyakit itu ditemukan akan berkisar 100.000 di AS - separuhnya akan mati paling lama dua tahun setelah gejala pertama ditemukan. Namun, seluruh publikasi itu memang bukan omong kosong, atau sekadar membuat berita besar. Masyarakat dunia, di Amerika Serikat, Eropa, Australia, Jepang, bahkan Singapura misalnya, sudah terbilang panik menghadapi penyakit baru ini - entah mengapa belum sepotong kasus ditemukan di Indonesia. Kecemasan berlebihan membuat pemberitaan tentang AIDS serba simpang-siur. Yang terakhir, sejumlah peneliti sesumbar sudah menemukan obat ampuh untuk menaklukkan AIDS. Paling tidak, kata mereka, obat itu sudah bisa dipergunakan dalam beberapa waktu mendatang. Penemuan obat itu hasilnya ternyata masih belum terbukti. Sebuah pertemuan internasional tentang penularan penyakit melalui hubungan kelamin di Inggris menyangkal keras kemungkinan itu. Konperensi yang dihadiri para ahli dari seluruh dunia, 2 Agustus lalu dan berlangsung tiga hari itu, mengemukakan kesimpulan, sangat salah untuk memberikan kesan seolah-olah penyembuhan AIDS sudah berada di depan pintu. "Hasil konperensi menunjukkan, memang sudah ada sejumlah kemajuan dalam mendeteksi AIDS, tapi penemuan cara penyembuhan masih sangat jauh," ujar Thomas Quinn, seorang peneliti AIDS terkemuka dari AS. "Memang virus penyebab AIDS sudah bisa dikenali," ujar ketua konperensi, John Harris. "Tapi bila Anda kena AIDS sekarang, nasib Anda sama saja dengan penderita penyakit itu beberapa tahun lalu." Virus AIDS memang sudah bisa dikenali sejak 1983. Pada tahun itu, Lembaga Kanker Bethesda, Maryland, AS, mulai bisa mengenali bentuk virus itu. Tahun 1984, Lembaga Pasteur, Paris, Prancis, memastikan bisa mengisolasinya dan menamakannya virus LAV. Berdasarkan penemuan itu, Prancis sejak 1 Agustus lalu memerangi AIDS dengan jalan pintas, yaitu mencegah penyebarannya melalul transfusi darah. AIDS, selain berjangkit lewat hubungan kelamin, dikenal pula menular melalui transfusi darah. Untuk pencegahan penularan melalui darah itu, Prancis menurunkan biaya 200 juta franc. Dana itu diperlukan untuk menempatkan sebuah peralatan otomatis yang dikenal sebagai "Elavia" di semua pusat transfusi darah di Prancis. Semua darah yang akan ditransfusikan, tak pandang bulu, diperiksa dengan sistem Elavia ini. Yang diperiksa bukan virus LAV pada darah - pemeriksaan ini sulit, lama, dan mahal. Yang dideteksi Elavia, antibodi khas yang terdapat dalam darah. Antibodi ini muncul pada si pemilik darah karena ia kejangkitan AIDS. Maka, bila serum darah, melalui Elavia, diketahui mengandung antibodi itu, darah bersangkutan dianggap berbahaya dan bisa menularkan AIDS. Elavia dengan begitu mencegah penularan penyakit itu lewat transfusi darah. J.S., Laporan Gamma & Reuter

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus