Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengapa Pria Lebih Rentan Terserang Penyakit Jantung daripada Wanita?

Penyakit jantung lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita. Ini alasannya.

8 Maret 2025 | 13.59 WIB

Ilustrasi penyakit jantung/serangan jantung. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi penyakit jantung/serangan jantung. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian bagi pria dan wanita di Amerika Serikat. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pria cenderung mengalami serangan jantung pertama rata-rata 10 tahun lebih awal dibandingkan wanita. Selain itu, satu dari empat pria di AS meninggal akibat kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung.

Faktor Risiko yang Lebih Dominan pada Pria

Dilansir dari Medstar Health, faktor risiko umum seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi diperparah oleh perubahan hormonal, obesitas perut, serta tantangan emosional pada usia paruh baya yang meningkatkan risiko serangan jantung lebih awal pada pria.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wanita memiliki kadar hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi, yang membantu menjaga kesehatan pembuluh darah dan mengurangi risiko penyakit jantung. Sebaliknya, pria memiliki kadar hormon ini yang lebih rendah sehingga perlindungan terhadap penyakit jantung juga lebih sedikit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Hormon testosteron, yang lebih dominan pada pria, sebenarnya juga memiliki efek perlindungan terhadap jantung. Namun kadar testosteron pada pria mulai menurun sekitar usia 40 tahun. Selama ini terapi testosteron belum banyak direkomendasikan untuk masalah jantung karena potensi efek samping yang berbahaya. Pria yang mengonsumsi testosteron dalam dosis tinggi, seperti binaragawan, diketahui mengalami banyak masalah vaskular, stroke, dan tekanan darah tinggi.

Seiring waktu, pandangan terhadap testosteron mulai berubah. Kadar testosteron yang rendah kini dianggap dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Hormon ini memiliki peran dalam memperbesar pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah. Namun, belum ada cukup bukti bahwa terapi testosteron dapat memperbaiki masalah jantung secara signifikan.

Obesitas dan Konsumsi Alkohol

Faktor lain yang meningkatkan risiko penyakit jantung pada pria adalah distribusi lemak tubuh. Wanita cenderung menyimpan lemak di area pinggul, sedangkan pria lebih sering mengalami penumpukan lemak di perut atau dikenal sebagai lemak visceral. Lemak ini mengandung sel inflamasi yang dapat meningkatkan peradangan, memperburuk profil kolesterol, serta meningkatkan kadar gula darah, yang semuanya berkontribusi terhadap risiko penyakit jantung.

Konsumsi alkohol juga berkontribusi terhadap obesitas perut pada pria. Lemak yang disimpan akibat alkohol lebih banyak tertumpuk di area perut, yang sering disebut sebagai 'beer belly'. Tidak ada jumlah konsumsi alkohol yang benar-benar aman bagi kesehatan jantung.

Untuk mengurangi lemak perut, pembatasan kalori dan pengurangan konsumsi karbohidrat menjadi langkah utama yang disarankan. Diet Mediterania dipilih sebagai metode yang berkelanjutan untuk menjaga kesehatan jantung. Selain itu, American Heart Association merekomendasikan setidaknya 150 menit olahraga per minggu untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Stres, Isolasi Sosial, dan Penyakit Jantung

Stres tinggi juga berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit jantung, termasuk faktor seperti kesepian dan isolasi sosial. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang terisolasi secara sosial cenderung mengalami kejadian kardiovaskular lebih awal dibandingkan mereka yang memiliki hubungan sosial yang baik.

Untuk mengurangi risiko ini, tidur yang cukup, terapi psikologis, serta keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan menjadi faktor penting dalam mengelola tingkat stres.

Disfungsi Ereksi sebagai Tanda Awal Penyakit Jantung

Salah satu tanda awal penyakit jantung pada pria yang sering tidak disadari adalah disfungsi ereksi. Kondisi ini bukan hanya masalah kualitas hidup, tetapi juga bisa menjadi peringatan dini adanya gangguan kardiovaskular.

Fungsi ereksi berkaitan dengan sistem vaskular. Jika pembuluh darah kecil di penis mengalami penyumbatan, kemungkinan besar pembuluh darah yang lebih besar yang menuju jantung juga mengalami hal yang sama. Masalah pada sistem vaskular sering kali menjadi tanda awal adanya gangguan yang lebih besar dalam tubuh.

Meskipun banyak pria dengan kadar testosteron rendah mengalami disfungsi ereksi, hormon ini bukan satu-satunya penyebabnya. Fungsi seksual lebih bergantung pada kesehatan sistem vaskular secara keseluruhan.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus