Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengecek AIDS Di Walter Reed

Rs angkatan darat as, walter reed, didirikan ahli patologi dr. walter reed. terkenal dengan pendidikan & penelitiannya terhadap sejumlah penyakit. misalnya, wrair dijadikan pusat rujukan tes serologi aids. (ksh)

19 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI atas, gedungnya yang bercat putih dengan arsitektur bergaya kuno itu terlihat mirip trapesium. Menempati blok-blok bangunan bertingkat yang tingginya sekitar 37 meter, kompleks itu berada di areal yang luasnya kira-kira 50 hektar. Lebih luas 15 hektar dari seluruh areal kompleks Pameran Produksi Indonesia di lapangan Monas, Jakarta, tahun lalu. Terletak di tengah Kota Washington DC, dikelilingi empat jalan besar, itulah Rumah Sakit Walter Reed. Dua pekan terakhir ini namanya menjadi populer sehubungan dengan heboh AIDS di Indonesia. Bahkan Rabu pekan lalu, nama rumah sakit milik angkatan darat AS yang sudah berusia 91 tahun ini beberapa kali disebut Prof. A.A. Loedin, Ketua Tim Peneliti AIDS di Indonesia, ketika ia menjelaskan soal virus AIDS. Wajar, karena ke salah satu bagian di rumah sakit inilah - Walter Reed Army Institute of Research (WRAIR) - Departemen Kesehatan beberapa bulan lalu mengirimkan contoh serum darah seorang pasien wanita yang dilaporkan dokter di Rumah Sakit Islam Jakarta meninggal dunia karena virus AIDS. "Semula, kami ingin mengirim ke Atlanta. Tapi, karena kemudian ada berita bahwa Walter Reed sudah dijadikan reference center (pusat rujukan) tes serologi AIDS, maka kami kirim ke sana," kata Loedin. Pejabat ini mengakui memang karena ragu pada kesimpulan tes serologi di RSCM, Jakarta - yang menggunakan metode ELISA (Enzymme Linked Immuno Sorbent Assay) dan sudah memastikan bahwa darah pasien wanita itu positif terkena virus AIDS - maka upaya pengecekan ke Walter Reed dilaksanakan. Hasil tes lima contoh serum yang diperiksa di rumah sakit ini sudah diumumkan Loedin. Yakni, dengan metode ELISA, hasil itu tetap positif dan dengan metode Western blot hasilnya, negatif. Berdasarkan hasil dengan metode yang terakhir inilah, Loedin kemudian menyatakan bahwa pasien wanita yang meninggal 7 Januari lalu di Rumah Sakit Islam Jakarta itu "belum bisa dipastikan kena virus AIDS". Rumah sakit ini memang layak dipilih karena, menurut sejarah, cukup punya pengalaman mengenai virus. Adalah Dokter Walter Reed, ahli patologi dan bakteri angkatan darat AS - namanya kemudian diabadikan di rumah sakit ini - misalnya, salah seorang yang memastikan bahwa demam kuning (yellow fever), penyakit yang merajalela pada awal tahun 1900, disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk. Reed lahir di Belroi, Gloucester County, Virginia. Dokter lulusan Universitas Virginia ini memang mengabdikan hampir seluruh hidupnya di AD AS. Dia memang bisa dianggap pendiri pusat kesehatan yang juga memiliki institut riset itu. Sekarang pusat kesehatan itu sudah memiliki ahli dan peralatan yang lengkap. Kini tercatat sekitar 9.000 orang bekerja di RS ini, sebagian besar berstatus militer. Di antaranya 600 dokter, 60 dokter gigi, dan 450 juru rawat. Dengan pelbagai peralatan yang canggih, RS ini terkenal, misalnya, karena merekalah pelopor teknik bedah cryosurgery (semacam teknik pembedahan dengan mendinginkan secara ekstrem bagian yang mau dibedah) dalam operasi glaukoma mata. Juga rumah sakit ini pula yang pertama menerapkan nuclear medicine service. Maka, tak heran, berkapasitas 962 tempat tidur dan 200 tempat tidur di ruang perawatan intensif, rumah sakit ini tahun lalu tercatat merawat sekitar 23.000 pasien. Sebagian besar adalah anggota AD AS dan keluarga mereka. Tapi, sebagian lagi adalah tamu-tamu penting. Di antaranya Sri Sultan Hamengkubuwono IX (mengobati glaukoma mata) dan Raja Hussein dari Yordania. Tak hanya dalam pengobatan, RS ini juga dikenal karena penelitian dan pendidikannya. Dalam penelitian, RS ini cukup dikenal dengan hasil penelitian mengenai demam kuning, tifus, dan malaria. Belum lama ini, dari hasil penelitian mengenai malaria, misalnya, mereka berhasil membuat obat baru melawan parasit malaria yang telah kebal melawan obat-obat biasa. WRAIR, salah satu institut riset di RS ini, sudah diperintahkan memusatkan perhatian pada penyelidikan penyakit-penyakit infeksi, penyakit tropis, dan AIDS. Yang terakhir ini agak serius dilakukan dalam tiga tahun terakhir ini, karena meledaknya perhatian masyarakat AS terhadap sindrom ini. Sejak 1983 sudah 200 yang bisa dideteksi kena virus AIDS, dan kemudian dirawat WRAIR. Tapi mereka apa boleh buat masih harus berjuang keras, karena sudah 50 orang di antara pasien itu akhirnya meninggal dunia. "AIDS memang belum ada obatnya," kata Peter Esker, Pejabat Humas RS Walter Reed kepada P. Nasution dari TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus