Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan makan adalah kondisi serius yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Ini melibatkan masalah dalam pemikiran tentang makanan, perilaku makan, serta perhatian berlebihan terhadap berat badan dan bentuk tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejala ini dapat berdampak negatif pada kesehatan secara menyeluruh, emosional, dan fungsi kehidupan sehari-hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Mayo Clinic, tanpa pengobatan yang efektif, gangguan makan dapat menjadi masalah jangka panjang, bahkan mengakibatkan kematian. Anoreksia, bulimia, dan kebiasaan makan berlebihan adalah jenis gangguan makan yang umum terjafi.
Mayoritas kasus melibatkan fokus berlebihan pada berat badan, bentuk tubuh, dan makanan, yang dapat mengakibatkan perilaku makan yang berbahaya. Perilaku tersebut dapat serius memengaruhi asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, berpotensi merugikan organ-organ seperti jantung, sistem pencernaan, tulang, gigi, dan mulut.
Gangguan makan juga dapat berhubungan dengan masalah kesehatan lainnya, seperti depresi, kecemasan, cenderung melukai diri sendiri, dan pemikiran serta perilaku bunuh diri.
Mengobati gangguan makan, terutama ketika berhubungan dengan kondisi komorbid seperti depresi, kecemasan, Post traumatic stress disorder (PTSD), dan penyalahgunaan zat, dapat menjadi tantangan yang rumit.
Dilansir dari Psychology Today, anoreksia nervosa, sebagai salah satu gangguan makan paling sulit, menyandang tingkat kematian tertinggi di antara kondisi kesehatan mental. Meskipun banyak obat yang ditujukan untuk mengatasi gejala kondisi komorbid, namun belum ada pengobatan langsung yang disetujui, khususnya anoreksia.
Dalam ketiadaan pilihan pengobatan yang sesuai, Psychedelic-Assisted Therapy (PAT) mulai menarik perhatian sebagai alternatif yang menjanjikan. Meskipun dasar biologis gangguan makan semakin dipahami, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai bagaimana dan mengapa PAT dapat efektif.
Natalie Gukasyan, Direktur Medis di Pusat John Hopkins untuk Penelitian Psikedelik dan Kesadaran, menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut dalam hal ini. Dengan persetujuan Food and Drug Administration (FDA) untuk penggunaan psilocybin dan Metilendioksimetamfetamina (MDMA) dalam kasus depresi dan PTSD, konsep PAT untuk gangguan makan menjadi semakin menarik.
Peningkatan klinis yang berlangsung lama pada gangguan sulit diobati lainnya memberikan harapan bahwa PAT dapat memiliki dampak serupa pada gangguan makan. Namun, kendala dalam memahami patofisiologi gangguan makan dan bagaimana PAT secara efektif membantu tetap menjadi tantangan.
Gukasyan menyoroti faktor-faktor tertentu yang menghambat kemampuan peneliti untuk menyimpulkan secara pasti. Meskipun penelitian tentang penggunaan psikedelik klasik dan non-klasik seperti psilocybin, LSD, mescaline, ketamin, dan MDMA menunjukkan potensi, metode penelitian yang seringkali memiliki masalah metodologis dan ukuran sampel kecil membuat kesimpulan yang konkret sulit dicapai.
Meskipun penelitian masih terbatas, kisah sukses dalam penggunaan terapi bantuan psikedelik terus muncul. Sabina Pillai, Direktur Layanan Psikoterapi di Field Trip Health untuk AS & Kanada, menekankan bahwa obat-obatan psikedelik dapat berperan sebagai katalisator untuk proses penyembuhan, perubahan, dan pertumbuhan.
Menilai apakah terapi bantuan psikedelik bermanfaat untuk gangguan makan seseorang melibatkan faktor seperti motivasi intrinsik dan kesiapan untuk melakukan perjalanan pahlawan. Meskipun tantangan menghadapi trauma masa lalu dan kompleksitas hubungan interpersonal sulit, terapi ini dapat memberikan kedalaman dan makna yang lebih besar pada pengalaman pasien, menguatkan ikatan terapeutik dan menciptakan perubahan emosional yang mendalam.
Hal ini membuktikan bahwa meski masih memerlukan penelitian lebih lanjut, terapi bantuan psikedelik menjanjikan sebagai pendekatan inovatif dalam mengatasi gangguan makan dan kondisi terkait.
Pilihan editor: Penyebab dan Jenis Gangguan Makan