Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Penyebab dan Jenis Gangguan Makan

Gangguan makan memiliki penyebab yang tidak pasti, namun kondisi ini melibatkan faktor seperti genetika dan perubahan biologis dalam bahan kimia otak

11 Maret 2024 | 20.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan makan merupakan kondisi serius yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang. Gangguan ini terbagi atas 6 jenis dan disebabkan oleh beberapa faktor termasuk genetik, lingkungan, dan psikologis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari Mayo Clinic, gangguan makan memiliki penyebab yang tidak pasti, namun kondisi ini melibatkan faktor seperti genetika dan perubahan biologis dalam bahan kimia otak. Gangguan makan juga disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti masalah kesehatan mental, kebiasaan diet yang tidak sehat, dan pengalaman intimidasi berat badan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko pada siapa pun, terutama pada masa remaja dan dewasa muda. Selain itu, stres dari perubahan hidup, seperti kuliah, pindah, atau masalah keluarga, juga dapat memperbesar kemungkinan munculnya gangguan makan.

Dilansir dari Healthline, berikut 6 jenis gangguan makan yang sering terjadi:

1. Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang umumnya muncul pada remaja atau dewasa muda, lebih sering dialami wanita. Orang dengan anoreksia merasa kelebihan berat badan, meskipun sebenarnya sangat kurus. Mereka sering memantau berat badan secara obsesif, dan membatasi asupan kalori. 

Gejalanya melibatkan pola makan terbatas, ketakutan menambah berat badan, dan citra tubuh yang terdistorsi. Anoreksia dapat menyebabkan dampak serius pada tubuh, termasuk penipisan tulang, infertilitas, dan risiko kematian.

2. Bulimia nervosa

Bulimia nervosa lebih umum terjadi pada wanita. Individu dengan bulimia sering mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, terus makan sampai merasa sangat penuh. Mereka berupaya mengimbangi kalori dengan perilaku pembersihan seperti muntah paksa, puasa, atau olahraga berlebihan. 

Meskipun gejalanya mirip dengan anoreksia, mereka cenderung mempertahankan berat badan yang relatif stabil. Efek sampingnya melibatkan kerusakan gigi, iritasi usus, dehidrasi parah, dan risiko ketidakseimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan masalah serius, termasuk stroke atau serangan jantung.

3. Binge eating disorder

Gangguan makan ini biasanya dimulai pada masa remaja, individu dengan gangguan ini menunjukkan gejala serupa dengan bulimia atau anoreksia. Mereka cenderung makan dalam jumlah besar dalam waktu singkat tanpa membatasi kalori atau menggunakan perilaku pembersihan. 

Gejala pada kondisi ini melibatkan makan cepat dan berlebihan, perasaan kurang terkendali, dan emosi negatif seperti malu atau bersalah. Komplikasi medis yang mungkin timbul termasuk risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

4. Pica

Pica adalah gangguan makan yang melibatkan seseorang mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan dan tidak memiliki nilai gizi. Individu dengan pica mengonsumsi berbagai benda seperti es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, kain, wol, kerikil, deterjen cucian, atau tepung jagung. 

Gangguan ini dapat terjadi pada orang dewasa, anak-anak, dan remaja dengan kondisi cacat intelektual, gangguan spektrum autisme, atau masalah kesehatan mental seperti skizofrenia. Orang dengan pica berisiko terkena keracunan, infeksi, cedera usus, dan kekurangan nutrisi, yang bisa berakibat fatal tergantung pada zat yang dikonsumsi. 

5. Gangguan ruminasi

Gangguan ruminasi adalah kondisi baru yang melibatkan tindakan memuntahkan, mengunyah, dan menelan kembali makanan yang sebelumnya dikonsumsi. Biasanya terjadi dalam 30 menit setelah makan dan dapat berkembang pada bayi, anak-anak, atau orang dewasa. 

Pada bayi, gangguan ini seringkali hilang dengan sendirinya, tetapi jika tidak diatasi, bisa menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi parah yang berpotensi fatal. Orang dewasa dengan gangguan ini mungkin membatasi jumlah makanan, terutama di depan umum, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan. 

6. Gangguan asupan makanan

Gangguan asupan makanan penghindar/pembatasan (ARFID) adalah istilah baru untuk gangguan makan lama yang sebelumnya disebut sebagai "gangguan makan pada masa bayi dan anak usia dini." 

Ini mencakup individu yang mengalami kesulitan makan karena kurang minat atau ketidaksukaan pada bau, rasa, warna, tekstur, atau suhu makanan. Gejala ARFID adalah menghindari atau membatasi asupan makanan, yang dapat mengakibatkan kekurangan kalori atau nutrisi, penurunan berat badan yang tidak wajar, dan tergantung pada suplemen atau makan tabung. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus