Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Merokok kontra kanker paru

Berdasarkan penelitian para ahli, merokok bisa menghindari kanker paru. di tubuh perokok mengan- dung gen super. nikotin bisa mencegah penyakit alzheimer.

20 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam tubuh perokok terkandung gen super. Nikotin melindungi seseorang dari kepikunan dan parkinson. INILAH berita menjemukan bagi mereka -- mungkin berlebihan -- yang paling antirokok. Dari beberapa hasil penelitian, terbukti: kebiasaan merokok itu membawa berkah. Menurut ahli dari Amerika Serikat, merokok menghindarkan kanker paru. Sementara itu, peneliti di Belanda menduga, nikotin dalam rokok dapat menghalau alzheimer dan parkinson. Tubuh seorang perokok kini diketahui mengandung gen super yang membuat ia terhindar dari kemungkinan terserang kanker paru. Ini, antara lain, pernyataan yang dibacakan oleh Dr. Carlo Croce dari Fels Institute for Cancer Research and Molecular Biology dalam pertemuan tahunan American Association for Cancer di Houston, Texas, AS, akhir Juni lalu. Gen super yang diberi nama PTP Gamma ditemukan ketika Croce melihat perokok bergumul dengan asap tembakau bertahun-tahun, tetapi tidak terkena kanker paru. Lantas ia mengamati pasien yang diserang kanker paru. Dari sini terungkap bahwa dalam tubuh penderita kanker itu tak ditemukan PTP Gamma, seperti yang ada dalam tubuh si pecandu rokok. Menurut Croce, gen super tadi dapat menghasilkan enzim yang disebut phosphatase. Enzim inilah yang melindungi sel tubuh dari berkembang dan terbentuknya kanker. Enzim phosphatase, menurut Croce, berfungsi memindahkan unsur fosfat dari sel-sel tubuh yang terserang kanker, sehingga sel yang sakit tadi tidak berkembang dan bahkan mati. Dengan temuan baru ini, tabir yang menutupi usaha pencarian gen penyebab kanker ganas mulai terbuka. Di samping itu, juga akan mempermudah pendeteksian dan mengetahui apakah seseorang gampang terserang kanker paru atau tidak. Kini para dokter bakal mudah memusatkan perhatian mencari alternatif untuk menyembuhkan kanker, yakni melalui terapi gen. Misalnya, dengan penyuntikan gen super, kekurangan enzim phosphatase dalam tubuh pasien bisa diatasi. Di tempat yang berbeda, dua peneliti asal Belanda, Albert Hofman dan Cornelia M. van Duijn, berhasil pula mengungkapkan fungsi nikotin mencegah seseorang dari penyakit alzheimer. Penelitian ini didukung oleh Steering Committee for Research on Aging, The Netherlands Organisation, dan European Community Concerted Action on Epidemiology of Dimentia (Eurodem). Alzheimer adalah penyakit kemunduran daya ingat (pikun) akibat kerusakan sel saraf di otak. Seseorang yang terkena penyakit ini bisa menjadi tidak kenal lingkungan, lupa tanggal, dan lupa tempat tinggalnya. Bahkan orang terdekatnya pun tidak ia kenal. Menurut data yang dikumpulkan National Institute of Aging, AS, di dunia ada empat juta penderita alzheimer. Hofman dan Van Duijn, dalam penelitian mereka, "Hubungan Antara Kandungan Nikotin yang Masuk (nicotine intake) dan Penyakit Alzheimer", menemukan bukti baru bahwa kandungan nikotin dalam rokok bisa melindungi seseorang dari gejala kepikunan. Penelitian tersebut melibatkan 198 pasien (yang kena serangan awal penyakit alzheimer) di Kota Rotterdam dan empat provinsi lain di utara Belanda. Di antara mereka, 17 pasien berasal dari keluarga yang menderita alzheimer secara turun-temurun. Usianya rata-rata di bawah 70 tahun. Sebagai pembandingnya Hofman dan Van Duijn menggunakan 198 sukarelawan yang dikelompokkan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Dari kedua kelompok ini kemudian dipelajari sejarah kehidupan dirinya dan keluarganya. Mereka diamati sejak tahun 1980 sampai 1987, atau enam tahun terus-menerus. Dari kelompok penderita alzheimer tingkat awal, kemudian diketahui 89 dari mereka mempunyai latar belakang merokok. Sedangkan dalam kelompok kontrol, 102 dari mereka pernah atau masih merokok. Dari perbandingan sejarah merokok dan sejarah keturunan penderita alzheimer antara penderita awal alzheimer dan kelompok kontrol inilah kemudian disimpulkan: yang bukan perokok justru lebih cepat terkena alzheimer. Van Duijn dan Hofman bahkan menemukan dalam enam keluarga yang punya sejarah alzheimer, pada pasien yang merokok, lebih lambat 4 sampai 17 tahun terkena serangan alzheimer dibanding mereka yang tidak merokok. Keduanya menduga: nikotin yang masuk dalam peredaran darah sampai ke sebuah reseptor, dan mengikatnya di otak, berpengaruh terhadap lambatnya alzheimer berkem- bang. "Risiko menderita alzheimer makin berkurang atau menurun dengan meningkatnya jumlah rokok yang diisap tiap hari sebelum adanya serangan," kata Van Duijn dan Hofman. Penelitian tadi menunjukkan adanya perbandingan terbalik antara merokok dan kemungkinan terkena penyakit alzheimer. Penelitian tersebut melanjutkan kesimpulan bahwa nikotin yang masuk bisa menghindarkan kemungkinan terkena parkinson. Penyakit ini membuat penderitanya kehilangan kontrol terhadap beberapa gerakan anggota tubuhnya, misalnya getaran tangan. Contohnya, seperti dialami bekas petinju kelas berat Muhammad Ali di AS. Hampir sama dengan alzheimer, parkinson juga bisa menyebabkan kemunduran fungsi intelektual. Kedua peneliti tadi memperkirakan, nikotin yang masuk ke dalam tubuh perokok punya pengaruh dalam meningkatkan kadar dopamine pada otak orang tadi. "Nikotin dan dopamine mempunyai jalur yang sama dalam otak," ujar Hofman. Selama ini diketahui bahwa kadar dopamine dalam otak penderita parkinson biasanya menyusut drastis. "Meskipun demikian, saya tak menganjurkan agar orang merokok. Apabila Anda tidak merokok, tetaplah tidak merokok. Tapi kalau Anda merokok, sebaiknya berhenti merokok," Hofman berpetuah. Rustam F. Mandayun (Jakarta), Asbari N. Krisna (Hilversum), Rudy Novrianto (London)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus