Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Atlet lari gunung Fandhi Achmad membangun climbing wall di rumahnya untuk kedua anaknya.
Novelis Ayu Utami memiliki wall climbing di rumahnya sejak 2006.
Panjat tebing bermanfaat untuk menjaga berat badan.
TUTUPNYA sarana olahraga di Universitas Indonesia dan Boulder Climbing Gym di Boxies 123 Mall, Kota Bogor, Jawa Barat, karena pandemi Covid-19 membuat Fandhi Achmad bingung. Sebab, kedua anaknya, Putra Fandira Alhafidzi dan Andra Alfarizi, tak bisa lagi berlatih panjat tebing. “Waktu itu anak-anak bosan dan tetap ingin manjat,” tutur pelari gunung itu kepada Irsyan Hasyim dari Tempo, Rabu, 9 Maret lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbekal point atau pijakan kaki di toko outdoor miliknya, pria yang akrab disapa Agi itu lalu mengubah tembok belakang rumahnya menjadi tempat panjat tebing bagi kedua anaknya pada awal masa pagebluk. Tinggi dinding yang diubah menjadi tempat memanjat itu mencapai 8 meter, sedangkan lebarnya 6 meter. “Saya bor sendiri point-nya,” tutur Agi, 38 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agi melatih sendiri kedua anaknya. Namun, saat berlatih olahraga ekstrem di luar rumah, buah hatinya akan didampingi instruktur dari climbing gym.
Kini Andra yang kerap berlatih memanjat di tembok rumah. Adapun kakaknya, Putra, 10 tahun, jarang memanfaatkan dinding tersebut untuk berlatih karena tidak menantang. Putra adalah atlet panjat tebing junior dan pernah menjadi juara Piala Wali Kota Depok pada 2019.
Mengubah dinding rumah menjadi tempat latihan panjat tebing juga dilakukan novelis Ayu Utami. Ia memiliki climbing wall di rumahnya sejak 2006. Climbing wall setinggi 10 meter dengan lebar 3 meter itu dibuat di ruang terbuka di tengah rumah saat ia membangun griya tersebut. “Saya rancang sendiri dan (biaya pembuatannya) habis sekitar Rp 30-40 juta,” kata penulis novel Bilangan Fu itu kepada Gangsar Parikesit dari Tempo, Selasa, 8 Maret lalu.
Ayu Utami memanjat climbing wall yang ia bangun di rumahnya di Jakarta. Dok. Pribadi
Tempat memanjat itu tampak lebih indah karena akar beringin menjuntai di dinding tersebut. Beringin itu tumbuh dari biji yang dibawa burung-burung yang singgah di rumah Ayu.
Ayu membuat climbing wall di rumahnya karena ia menyukai panjat tebing sejak 2003. Apalagi tokoh utama dalam Bilangan Fu adalah pemanjat tebing. “Akhirnya, untuk mendalami tokoh ini, saya ikut panjat tebing,” ujarnya.
Ayu berlatih panjat tebing di rumahnya tiga-empat kali per pekan. Sekali berlatih ia menghabiskan waktu 10-15 menit. Ia juga berolahraga lain seperti pull up.
Menurut Ayu, panjat tebing bagus untuk kesehatan karena menggabungkan kekuatan dan kelenturan tubuh. Ia sudah merasakan manfaatnya, antara lain membantunya menjaga berat badan dan membuat fleksibilitas tubuhnya terjaga.
Fauzan Mukrim juga membangun boulder di tembok rumahnya. Sama seperti Agi, jurnalis televisi itu membuat boulder untuk dua anaknya, River Ifham Asfari Mukrim dan Rain Lathifa Alma Mukrim, pada 2016.
Penulis buku Mencari Tepi Langit itu membuat sendiri boulder tersebut. Fauzan hanya membeli point di toko perlengkapan olahraga luar ruang. Ia memasang 20-an point di tembok seluas 6 meter persegi. “Tembok itu semacam ruang berekspresi karena River dan Rain bebas memanjat dan mencoret,” tutur pria yang tinggal di Ciledug, Kota Tangerang, Banten, tersebut.
Alasan lain Fauzan mengubah dinding rumahnya menjadi arena panjat tebing ialah agar dua buah hatinya tidak mengalami obesitas. Ia pernah menderita obesitas saat masih kecil. Ia mendapatkan informasi tubuh anak didesain bisa menahan berat badannya sendiri. Artinya, bocah masih aman dari obesitas selama masih kuat bergelantungan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo