Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Panjat Tebing di Dinding Mal  

Fasilitas panjat tebing bermunculan di sejumlah mal pada masa pandemi Covid-19. Mendekatkan olahraga ekstrem itu pada masyarakat.

 

12 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Panjat tebing di dalam mal bermunculan di masa pandemi Covid-19.

  • Olahraga ekstrem itu bermanfaat untuk menjaga berat badan.

  • Popularitas panjat tebing mulai naik sejak Aries Susanti Rahayu menyabet medali emas di Asian Games 2018.

STACYANA Christie, 30 tahun, meregangkan tangan dan kakinya. Ia melakukan pemanasan kecil sebelum memanjat papan setinggi 17 meter di Manjat Climbing Gym di dalam mal Click Square, Kota Bandung. Ia terlebih dulu mengenakan harness atau alat keamanan panjat tebing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Stacy—sapaan akrabnya—mulai memanjat dari jalur papan tegak datar 90 derajat. Setelah berhasil sampai puncak, ia turun dan rehat sejenak. Perempuan yang tinggal di Leuwipanjang, Kota Bandung, itu lalu beralih mendaki papan yang agak berkontur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat Stacy kesulitan meraih point atau titik pegangan dan pijakan kaki di jalur putih, pelatihnya, Ridow Agus Kantana, memberi petunjuk dari bawah. Ia pun bergerak lebih cepat dari rekan di sebelahnya yang kesulitan menapaki jalur point merah.

Sejak Mei lalu, Stacy berlatih panjat tebing di tempat itu. Ia biasa berlatih dua-tiga hari dalam sepekan. “Seru, memanjat itu melatih kekuatan dan fleksibilitas tubuh,” katanya kepada Anwar Siswadi dari Tempo, Ahad, 27 Februari lalu.

Menurut Stacy, kehadiran climbing wall di mal memudahkannya menekuni olahraga ekstrem tersebut. Ia pun sudah merasakan manfaat memanjat, seperti tangan menjadi lebih kuat, badan lebih segar, dan tubuh lebih kencang.

Stacy tidak khawatir tertular Covid-19 meski kerap berlatih panjat tebing karena ia menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak dan membersihkan tangan. Pengelola tempat panjat tebing itu juga rutin menyemprotkan disinfektan.

Manjat Climbing Gym yang berada di lantai 2 mal Click Square mulai beroperasi pada 15 Januari 2021. Tempat seluas 200 meter persegi itu sebelumnya merupakan restoran. 

Ridow menuturkan pengelola menyiapkan deretan papan panjat setinggi 8-17 meter dan lima pelatih. Salah seorang instruktur ialah mantan atlet panjat tebing Kota Bandung. Ridow sendiri adalah atlet panjat tebing Banten.

Wahana panjat tebing di Boulder Climbing Gym di Boxies 123 Mall, Bogor, Jawa Barat, 27 Februari 2022. TEMPO/M.A. Murthado

Menurut dia, pengunjung tempat panjat tebing itu berasal dari berbagai kalangan, dari siswa sekolah dasar, mahasiswa, hingga pekerja yang penasaran mencoba olahraga tersrbut. Jumlah pengunjungnya setiap bulan naik-turun, bergantung pada penerapan pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah. Adapun kapasitas tempat panjat tebing tersebut dibatasi hanya 25 persen.

Tarif untuk berlatih panjat tebing di Manjat Climbing ialah Rp 150 ribu per hari. Pengunjung bisa memanjat sepuasnya. Jika menjadi anggota, tarifnya Rp 750 ribu per bulan. Kini ada 40 anggota di sana. “Pada September-Oktober 2021, member-nya sampai 70 orang,” tutur Ridow.

Setiap pengunjung akan didampingi seorang pelatih. Instruktur juga mengajarkan teknik dasar memanjat dan keamanan bagi para pemula. Jalur memanjat diatur dari yang paling mudah hingga dengan tingkat kesulitan sedang.

Anggota memiliki privilese dibanding pengunjung biasa. Selain bebas berlatih kapan pun tanpa batas waktu, anggota mendapat fasilitas latihan di tebing daerah Citatah, Bandung Barat, setiap Sabtu di akhir bulan. Stacy pernah dua kali mencoba panjat tebing di Citatah itu.

Ridow menuturkan panjat tebing bagus untuk melatih kekuatan otot, koordinasi gerak tubuh, hingga membangun rasa percaya diri. Olahraga itu juga bagus untuk melatih motorik anak. “Ada juga anak yang berlatih untuk terapi kesehatan sesuai dengan anjuran dokternya,” ujarnya.

Salah seorang pendiri Manjat Climbing Gym, Sofyan Arief, mengatakan tempat berlatih panjat tebing itu juga memiliki program kursus privat. Terdapat dua jenis privat, yaitu untuk pemula dengan biaya Rp 1,5 juta per bulan dan intermediate yang bertarif Rp 2,5 juta per dua bulan. Para peserta kursus bebas datang kapan pun tanpa batas waktu. Namun dalam sebulan peserta hanya bisa didampingi pelatih maksimal sebanyak delapan kali pertemuan. “Selebihnya peserta kursus bisa berlatih sendiri di sini atau mengerjakan tugas latihan yang diberikan pelatih,” tuturnya.

Fasilitas panjat tebing di dalam ruangan juga tersedia di lantai 5 Boxies 123 Mall di Tajur, Kota Bogor. Tempat panjat tebing bernama Boulder Climbing Gym itu memiliki luas 600 meter persegi dan beroperasi sejak Maret 2021.

Tempat itu menyediakan jalur memanjat dengan ketinggian bervariasi, dari 4 meter hingga 18 meter. Climbing wall yang ada di sana antara lain lead wall, speed wall, hingga fun wall yang didesain khusus untuk anak-anak.

Salah seorang instruktur, Ruli Syamsuri, mengatakan tempat panjat tebing itu juga menyediakan peralatan memanjat seperti harness dan tali. Pengelola juga menyewakan sepatu dengan tarif Rp 15 ribu per dua jam bagi para pengunjung. Tarif untuk berlatih di tempat tersebut saat akhir pekan Rp 125 ribu dan pada hari kerja Rp 100 ribu.

Wirda Wirdiyana, salah seorang pengunjung, mengatakan baru pertama kali mencoba memanjat di tempat itu pada Ahad, 27 Februari lalu. Namun alumnus Universitas Indonesia itu berlatih panjat tebing di kampusnya sejak 2015.

Menurut Wirda, tarif memanjat di Boulder Climbing Gym ramah di kantongnya. “Tempatnya asyik dan sepertinya bakal sering ke sini,” ujarnya kekepada M.A. Murtadho dari Tempo. Hari itu, Wirda memanjat didampingi kekasihnya, Fathia Ramadina. Keduanya bertemu pertama kali di sebuah climbing wall.

Di Jakarta, Dian Tri Anggraeni bersama suaminya, Bondan Kartiko, mengubah ruang seluas 400 meter persegi di lantai 1 Plaza Semanggi menjadi climbing gym Climb On. Pasangan tersebut merogoh kocek sekitar Rp 1 miliar untuk membangun climbing wall yang mulai beroperasi sejak 15 Maret 2020 tersebut.

Mereka membangun tempat panjat tebing di pusat belanja itu agar mudah diakses masyarakat. Selama ini panjat tebing identik dengan olahraga khusus yang hanya dilakukan oleh atlet dan mahasiswa pencinta alam. Orang awam yang ingin mencoba olahraga itu terpaksa datang ke kampus yang memiliki fasilitas panjat tebing. “Kalau di mal, berbagai kalangan bisa mencoba,” ujar Dian kepada Gangsar Parikesit dari Tempo.

Pengunjung memanjat di Manjat Climbing Gym di mal Click Square, Kota Bandung, 2 Maret 2022. TEMPO/Anwar Siswadi

Tujuan lain Dian dan Bondan mendirikan Cilmb On adalah mengedukasi masyarakat. Sebab, masih banyak orang, termasuk komunitas pencinta alam, yang minim pengetahuan perihal keselamatan olahraga ekstrem itu.

Menurut Dian, jumlah peminat panjat tebing meningkat dalam tiga tahun terakhir setelah Aries Susanti Rahayu menyabet medali emas nomor kecepatan putri di Asian Games 2018. Pandemi Covid-19 membuat orang yang jenuh di rumah mau mencoba olahraga itu. Panjat tebing menjadi alternatif dari bersepeda dan joging yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban.

Pengunjung Climb On bisa mencapai 40-50 orang pada akhir pekan. Adapun pada Senin sampai Jumat jumlahnya pengunjungnya sekitar 10 orang per hari. Jumlah anggotanya sudah lebih dari 20 orang. Dian dan Bondan juga membuka program bagi pengunjung yang ingin mendapatkan lisensi.

Biaya untuk berlatih di tempat ini Rp 150 ribu per orang selama dua jam. Biaya itu sudah termasuk perlengkapan seperti harness dan pendampingan instruktur. Adapun untuk program privat biayanya dimulai dari Rp 25 ribu per jam untuk dua peserta dan Rp 30 ribu untuk satu orang. Climb On memiliki tiga instruktur berlisensi yang siap mendampingi para pengunjung.

Salah seorang pengunjung, Annisa Utami, mengatakan pertama kali berlatih di Climb On pada Agustus 2020. Mulanya, perempuan 27 tahun itu berlatih seminggu sekali. “Lama-lama jadi seminggu dua kali,” tuturnya.

Menurut Annisa, panjat tebing memiliki tantangan. Ia puas setelah bisa meniti point demi point hingga mencapai puncak. Manfaat yang ia rasakan adalah berat badannya stabil dan tidur lebih teratur.

Wall climbing dalam mal juga ada di Mal FX Sudirman. Komunitas Panjat Tebing Indoclimb mengoperasikannya sejak April 2019. Mereka memanfaatkan area seluas 200 meter persegi untuk membangun sarana memanjat itu.

Pendiri Indoclimb, Fedi Fianto, menuturkan pihaknya memiliki fasilitas berupa speed climbing wall setinggi 15 meter, lead climbing wall 18 meter, dan boulder climbing wall. Lokasinya dipilih di dalam Mal FX Sudirman lantaran pusat belanja itu berada di kawasan perkantoran.

Biaya berlatih di tempat itu Rp 175 ribu pada akhir pekan dan Rp 155 ribu pada Senin-Jumat. Biaya tersebut belum termasuk tarif sewa peralatan memanjat.

Sekretaris Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Florenciano Hendricus Mutter bersyukur dengan makin populernya panjat tebing. Federasi jadi lebih mudah memantau calon atlet potensial. “Kalau orang dewasa kan paling (memanjat) untuk gaya hidup saja,” tuturnya kepada Irsyan Hasyim dari Tempo.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gangsar Parikesit

Gangsar Parikesit

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014. Liputannya tentang kekerasan seksual online meraih penghargaan dari Uni Eropa pada 2021. Alumnus Universitas Jember ini mendapatkan beasiswa dari PT MRT Jakarta untuk belajar sistem transpotasi di Jepang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus