Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan jantung terjadi akibat aliran darah di arteri koroner terganggu sehingga otot jantung mengalami infark miokard atau kematian otot jantung yang menyebabkan organ vital ini tidak dapat bekerja dan memompa darah sebagaimana mestinya. Serangan jantung bersifat mendadak dan dapat berakibat fatal bila tidak didiagnosis dan ditangani dalam waktu singkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejala khas serangan jantung seperti nyeri dada yang bisa menjalar sampai ke punggung, rahang, dan lengan, sesak napas, rasa tidak nyaman seperti tertekan, keringat dingin, muntah, bahkan pingsan. Pasien dan keluarga harus segera datang ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas kateterisasi jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gejala serangan jantung yang tidak khas sering membuat pasien mengira itu hanya gangguan asam lambung. Hal ini perlu diwaspadai mengingat penanganan serangan jantung harus dilakukan sedini dan secepat mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien.
“Serangan jantung merupakan kasus emergensi yang harus segera ditangani oleh tim medis dan dokter spesialis jantung. Fasilitas diagnostik dan cath lab yang lengkap, cepat, dan akurat akan sangat mempengaruhi prognosis atau harapan hidup pasien,” jelas spesialis jantung dan pembuluh darah di Heartology Cardiovascular Hospital jakarta, Jajang Sinardja.
RS khusus ini memiliki layanan Heart Attack Center yang siap 24 jam setiap hari untuk penanganan kasus kegawadaruratan kardiovaskular yang langsung terintegrasi dengan cath lab (ruang kateterisasi) dengan door to balloon time mengikuti standar internasional, yakni penanganan segera dalam kurun waktu maksimal 90 menit.
Intervensi nonbedah
Jajang menambahkan door to balloon time merupakan istilah untuk mengukur waktu yang paling optimal dalam penanganan serangan jantung, mulai dari pasien masuk IGD hingga dilakukan pemasangan balon untuk membuka arteri koroner yang tersumbat dalam waktu 90 menit. Tindakan kateterisasi emergensi pada kasus serangan jantung sering disebut Primary Percutaneous Coronary Intervention (Primary PCI) dalam istilah kedokteran. Prosedur ini dilakukan dengan tujuan utama menyelamatkan pasien serangan jantung dengan membuka kembali arteri koroner sehingga aliran darah ke otot jantung kembali normal.
“Primary PCI merupakan prosedur intervensi nonbedah, cukup dengan memasukkan selang kecil yang fleksibel (kateter) melalui pembuluh pergelangan tangan ataupun pangkal paha menuju arteri koroner yang tersumbat, dan membuka sumbatan tersebut dengan balon maupun stent,” papar Jajang lewat keterangan yang diterima Tempo.
Di Heartology, PCI dapat dioptimalkan dengan teknologi canggih yang tersedia seperti Intravascular Ultrasound (IVUS) dan Fractional Flow Reserve (FFR) sebagai standard emas untuk pengambilan keputusan terbaik dalam menilai kondisi dan fungsi pembuluh darah pasien selama tindakan berlangsung.
“Heart Attack Center merupakan solusi untuk penanganan serangan jantung yang optimal. Tim dokter kardiologi intervensi yang berpengalaman memberikan kepercayaan diri bagi para pasien, hasil klinis yang baik dan memuaskan. Kami percaya, setiap detik sangat berarti untuk setiap detak jantung pasien," kata Dr. Harmeni Wijaya, direktur pemasaran Heartology Cardiovascular Hospital.