Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika anak bergejala demam, orang tua perlu memeriksakan suhu tubuhnya dengan menggunakan alat ukur pasti atau termometer jenis apapun. Spesialis anak Jennie Dianita Sutantio menjelaskan sejumlah tindakan awal yang dapat dilakukan secara mandiri selama di rumah ketika anak demam. Saat memeriksa suhu tubuh anak, ia mengimbau orang tua tak mengukurnya dengan menggunakan tangan karena tidak akurat dan dipengaruhi lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Yang kita sebut demam kalau suhu tubuhnya di atas 38 derajat Celcius, 38 derajat ke atas itu demam dan demam paling sering karena infeksi entah itu virus, bakteri, atau jamur,” kata lulusan Universitas Indonesia itu. “Beberapa kali saya pernah ditanya, kalau tumbuh gigi bisa demam? Tidak. Kalau misalnya tumbuh gigi, itu memang suhunya bisa naik tapi tidak bisa sampai 38 derajat.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika anak demam, Jennie menyarankan orang tua memastikan kecukupan kebutuhan cairan pada tubuhnya. Menurutnya, biasanya anak yang demam cenderung dehidrasi dan penguapan berlebih sehingga dapat diberikan minum lebih banyak. Kemudian, kompres dengan air hangat.
Usahakan kompres di daerah yang seluas mungkin, mulai dari dada, ketiak, perut, hingga paha. Dia menjelaskan kompres hangat dapat membantu penanganan pertama karena otak akan bekerja atau menerima sinyal untuk berusaha menurunkan suhu tubuh.
“Bukan kompres dingin sebetulnya kalau untuk anak yang demam karena tujuan kita adalah ingin mengeluarkan panasnya, otomatis suhu lingkungan kita buat supaya lebih panas dibandingkan suhu anaknya,” jelas Jennie.
Tak selalu perlu obat demam
Dia menegaskan obat demam tidak selalu diperlukan atau hanya untuk kondisi di mana anak memang sangat tidak nyaman. Menurutnya, sebetulnya demam merupakan respons alami untuk menghambat infeksi yang terjadi.
“Tapi kalau misalnya demamnya sudah ada tanda bahaya seperti kejang, pendarahan, atau lebih dari dua hari, atau kalau misalnya anak di bawah 6 bulan, suhu berapa pun, 38,1 atau 38,2 derajat Celcius, tetap harus segera berobat ke dokter,” ujarnya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan pada bayi baru lahir di bawah usia 28 hari justru sebetulnya jarang ditemui kasus demam. Yang paling sering adalah masalah infeksi yang ditandai dengan hipotermia atau suhu tubuh kurang dari 36,5 derajat Celcius.
“Kita mesti waspada karena sebetulnya hipotermia ini justru penyebab kematian nomor satu pada bayi baru lahir. Jadi, ketika anak hipotermia, kita tidak boleh main-main karena cepat sekali perburukannya,” katanya.
Jennie mengingatkan ketika kulit bayi menunjukkan pola seperti marmer (cutis marmorata), hal tersebut juga merupakan tanda suhu tubuh rendah atau bayi kedinginan. Ketika hipotermia terjadi, anak harus dikondisikan dalam suhu yang hangat dengan mengenakan topi atau selimut. Jika bertubuh kecil, bayi juga bisa dipeluk lebih dekat, sama seperti kanguru memeluk anaknya dalam kantung.
“Sebetulnya dengan dia dipeluk dan dekat dengan kulit ibu, itu transfer panasnya ada. Jadi ini bisa membantu kalau bayi-bayi butuh panas tambahan,” tegasnya.