Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Skrining dan deteksi dini kanker payudara serta Praktik SADARI (periksa payudara sendiri) sangat penting bagi kesehatan perempuan. Dan dalam rangka Hari Kanker Sedunia setiap 4 Februari, Yayasan Metta-Manggala bekerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) mengadakan Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktik SADARI pada 8 Februari 2025 di Pondok Pesantren Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman sebagai upaya strategis dalam mendukung pencegahan dan penanganan kanker di lingkungan generasi Z.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara diikuti 1.000 santriwati yang terdiri dari 500 mahasiswi STAI Nurul Iman dan 500 dari SMP dan SMA Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran serta edukasi pentingnya deteksi dini kanker payudara di lingkungan santriwati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami percaya pendidikan kesehatan adalah bagian penting dari pembelajaran di pesantren. Oleh karena itu, kami sangat menyambut baik kerja sama ini dan berharap di masa mendatang dapat kembali mengadakan sosialisasi serupa agar para santriwati semakin teredukasi dengan baik," kata Dr. Hj. Umi Waheeda, S.Psi., M.Si., Ketua Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman.
Perhatikan kelainan payudara
Data GLOBOCAN pada 2022 menyebut angka kejadian kanker di Indonesia mencapai 408.661 dan angka kematian sebanyak 242.988. Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan kanker payudara termasuk jenis kanker yang paling banyak dialami perempuan Indonesia. Sebanyak 66.271 orang atau 30,1 persen dari total kasus baru kanker pada perempuan di Indonesia dan 70 persen di antaranya ditemukan pada stadium lanjut. Karena itu, YPKI pun menggiatkan sosialisasi untuk mendukung upaya pencegahan dan penanganan dini kanker.
"Yayasan Kanker Payudara Indonesia yang mempunyai visi 'Indonesia Bebas Kanker Payudara Stadium Lanjut' memfokuskan program-programnya kepada upaya Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara serta Praktek SADARI dengan sasaran peserta selain kepada kelompok usia dewasa juga kami terus meningkatkan sosialisasi kami kepada usia-usia remaja atau Generasi Z (kelahiran 1995 – 2010)," ungkap Linda.
"Harapan kami tentu dengan target tersebut maka 10 tahun ke depan kita bisa bersama-sama menekan kejadian kasus baru kanker payudara stadium lanjut. Kanker payudara stadium lanjut dapat kita cegah bila ditemukan dalam stadium awal dan ingat tidak semua benjolan di payudara adalah kanker," tambahnya lewat keterangan yang diterima Senin, 10 Februari 2025.
Sementara itu, Kepala Instalasi Deteksi Dini Kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dr. Hardina Sabrida, menyebut pentingnya memperhatikan kelainan payudara dalam upaya deteksi dini kanker payudara, yang mencakup perubahan bentuk dan ukuran payudara, penebalan kulit, serta munculnya benjolan dan rasa nyeri.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah cekungan kulit seperti lesung pipit, pengerutan kulit payudara, keluar cairan dari puting, penarikan puting susu ke dalam, dan luka yang tidak kunjung sembuh pada payudara. Hardina mengatakan, pemeriksaan payudara dapat dilakukan secara mandiri setiap bulan. Praktik SADARI sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi.
"Bila sudah tidak haid lakukan di tanggal yang sama setiap bulan. Cara deteksi kanker payudara ini yang paling sederhana untuk dilakukan," pesannya.