Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 1,5 persen. Artinya, 15 dari 1.000 orang Indonesia memiliki masalah jantung. Salah satu penyakit jantung yang diderita adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah. Kekurangan darah disebabkan oleh penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kekurangan pasokan darah akibat penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang kerap disebut angina. Kondisi ini biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stres. Bila darah tidak dapat mengalir sama sekali, penderita dapat mengalami serangan jantung yang dapat berakibat fatal.
Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, tingkat kolesterol yang tinggi dalam tubuh. Lemak jenuh (low-density lipoprotein) yang mengendap pada dinding arteri dapat menyumbat aliran darah. Kolesterol sebagian diproduksi oleh liver dan sebagian lainnya diperoleh dari makanan.
Kedua, tekanan darah tinggi atau hipertensi. Menurut laman Dinas Kesehatan Kulon Progo, tekanan darah yang tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal.
Ketiga, trombosis atau gumpalan darah pada arteri atau vena. Jika trombosis terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, penderitanya berisiko terkena penyakit jantung koroner. Merokok dapat meningkatkan risiko berkembangnya trombosis. Penyebab selain ketiga faktor ini meliputi diabetes mellitus, penuaan, obesitas, hingga keturunan.
Selain angina, gejala yang lazim terjadi terhadap penderita penyakit jantung koroner antara lain rasa lemas, mual, keringat dingin, nyeri pada lengan atau pundak, dan nafas pendek. Seiring berjalannya waktu, arteri yang tersumbat dapat melemahkan otot jantung dan mengakibatkan gagal jantung akibat gagal memompa darah dengan baik.
Dikutip dari laman Primaya Hospital, terapi atau cara mengatasi penyakit yang dapat dilakukan oleh pasien jantung koroner adalah dengan cara SEHAT: Seimbangkan diet, Enyahkan rokok, Hadapi stres, Atasi hipertensi, dan Teratur berolahraga.
Konsumsi obat-obatan dan prosedur lain akan direkomendasikan oleh dokter jika kondisinya tidak kunjung membaik. Contoh prosedur yang dapat dilakukan adalah angioplasti, operasi bypass, dan enhanced external counterpulsation.
Namun, program terpenting yang dapat dijalani pasien penyakit jantung adalah rehabilitasi jantung. Program ini dapat mencegah terjadinya masalah jantung lain dan dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis. "Rehabilitasi ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien," tulis Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Primaya Hospital Makassar, dr. Darwin Maulana, dikutip Tempo dari laman Primaya Hospital.
DINA OKTAFERIA
Baca juga: Gejala Serangan Jantung Selain Nyeri Dada