Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pekerjaan rumah atau PR adalah salah satu aktivitas yang diberikan guru kepada murid. Umumnya, ini berbentuk Lembar Kerja Siswa yang terdiri dari soal-soal seputar materi baru. Namun dari sisi pendidikan, perlukah PR itu diberikan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam acara seminar Memulihkan Sekolah, Memulihkan Manusia, praktisi pendidikan Haidar Bagir mengatakan bahwa guru tetap wajib memberikan PR pada murid sebab PR memiliki banyak manfaat, salah satunya mengasah daya ingat tentang pelajaran baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Anak-anak juga diajarkan tentang rasa tanggung jawab, dilatih mandiri, dan lebih disiplin,” katanya di Jakarta pada 28 September 2019.
Meski demikian, pemberian PR harus didasari oleh kriteria tertentu. Pertama, Haidar menjelaskan tentang tujuan dari pemberian PR itu sendiri. Misalnya, PR diberikan setiap minggu pada suatu materi.
“Apa yang ingin anak dapatkan dari materi itu? Pentingnya di mana dan ilmu apa yang bisa diserap untuk masa depannya kelak?” katanya.
Ilustrasi anak belajar. Shutterstock
Selanjutnya, memperhatikan jumlah soal yang diberikan juga tak kalah penting. Menurut Haidar, tidak semua anak memiliki kemampuan yang sama sehingga memukul rata pembagian soal akan memberatkan atau memudahkan salah satu murid.
Tak heran, Haidar mengatakan bahwa PR pun sering tidak disukai para murid. “Karena guru harus memahami soal 20 untuk mereka yang kemampuannya 20. Kalau anak bisanya 10 tapi dipaksa 20 tidak akan efektif. Begitu juga sebaiknya,” katanya.
Terakhir, mematok PR dalam bentuk soal-soal juga tidak sepenuhnya dianjurkan. Menurut Haidar, PR yang sering diberikan dalam bentuk menulis di kertas hanya akan berdampak bagi perkembangan kognitif murid sedangkan ia lebih menyarankan untuk sesekali memberi PR dengan bentuk kerja kelompok atau proyek yang terlepas dari buku. Ia mengatakan bahwa ini sangat efektif untuk mengantarkan ke dunia nyata alias pekerjaan.
“Pemberian PR yang problem solving harus digalakkan karena ini bisa membantu anak masuk ke aksi nyata dan bukan sekedar pembelajaran pasif,” katanya.