Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Perlunya Edukasi untuk Cegah Pesta Seks

Psikolog menjelaskan pendidikan seks agar terhindar dari kecanduan pesta seks atau orgy seperti yang terjadi di sebuah hotel di Jakarta Selatan.

16 September 2023 | 09.46 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah tersangka dihadirkan dalam konferensi pers kasus pesta seks sesama jenis, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu, 2 September 2020. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika mengatakan pentingnya pendidikan seks agar terhindar dari kecanduan pesta seks atau orgy, terkait Polres Jakarta Selatan yang mengungkap kasus penyelenggaraan pesta seks di sebuah hotel di kawasan Semanggi, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pendidikan seks mengajarkan untuk memahami diri sendiri, memahami dorongan-dorongan itu dan bagaimana akhirnya mereka bisa menyalurkan dorongan-dorongan itu secara lebih sehat," ujar lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, kurangnya pendidikan atau pemahaman seks bisa menjadi salah satu faktor orang melakukan eksplorasi aktivitas seksual yang tidak sehat. Sayangnya, sebagian orang masih ketakutan atau tertutup terhadap pendidikan seks. Banyak yang menganggap paparan terhadap seks pada usia dini akan merusak moral atau etika individu. Padahal, seks adalah bagian alamiah kehidupan dan tidak bisa dihindari.

Nirmala mengatakan pendidikan seks bukan mengajarkan pornografi melainkan berfokus pada pemahaman diri dan dorongan seksual. Melalui pendidikan seks yang tepat, orang dapat memahami dorongan-dorongan tersebut dan belajar cara mengekspresikannya dengan lebih sehat. Ketika pemahaman yang benar tentang seksual tidak diberikan, orang mungkin mencari pemahaman secara keliru atau eksplorasi yang tidak sesuai.

"Ketika dorongan itu muncul tapi tidak mendapat pemahaman yang jelas, orang akan mengeksplorasi, akan mencari-cari. Akhirnya dia paham bahwa hal-hal seperti itu berisiko. Risikonya bisa ke mana-mana, bisa kehamilan dini, termasuk ke pornografi, mungkin juga masuk ke pesta seks," paparnya.

Pengaruh pergaulan
Nirmala juga mengungkapkan ada berbagai alasan yang mungkin mendorong orang terlibat dalam pesta seks. Beberapa mungkin tergoda untuk mencoba karena pengaruh lingkungan atau pergaulan. Namun, ada pula yang terlibat dalam kegiatan tersebut karena didorong rasa ingin tahu. 

Ia menekankan tidak semua orang yang terlibat dalam aktivitas semacam ini mengalami gangguan atau masalah psikologis serius. Terkadang, orang mungkin hanya ikut-ikutan karena situasi atau keingintahuan semata.

"Mungkin karena jenuh ingin sesuatu yang lain saja. Apa yang kita anggap tidak normal, tidak wajar itu kita harus cek dulu, jangan menghakimi orang kecuali pesta seks sudah menjadi kebiasaan, dia akan lebih wow ketika beramai-ramai, kita baru bisa bilang itu sebagai gangguan, misalnya menjadi fetish atau sebagainya. Ketika dia berkali-kali melakukan berarti ada sesuatu," ucapnya.

Ia menambahkan kegiatan kontroversial seperti pesta seks bisa berdampak terhadap sejumlah hal, mulai dari risiko kesehatan seperti terkena penyakit menular hingga mempengaruhi hubungan dengan pasangan.

"Mungkin kalau dia punya pasangan juga di rumah itu akan mempengaruhi relasi karena kan ini hampir sama ketika dia berselingkuh, cuma dia akan menjadi lebih blur konsep monogaminya. Dia akan lebih melihat segala hal mungkin saja dilakukan," paparnya.

Terkait upaya yang bisa dilakukan terhadap yang terlibat dalam kegiatan kontroversial seperti pesta seks, Nirmala mengatakan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Salah satunya memberikan dukungan sosial, terutama dari orang-orang terdekat. Hal ini melibatkan pendekatan empati dan pemahaman terhadap situasi orang tersebut.

Nirmala menegaskan pentingnya memahami alasan di balik partisipasi mereka dalam aktivitas seksual yang kontroversial. Terkadang, orang dapat terlibat karena tekanan teman atau kurangnya pemahaman tentang risiko. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah bertanya langsung kepadanya tentang apa yang mereka rasakan dan bagaimana cara untuk membantunya. Pendekatan ini menciptakan ruang untuk dialog terbuka dan pemahaman lebih lanjut.

"Mungkin mereka sendiri kalau ada yang mau merangkul, mau menanyakan mereka, mau menyapa, apa yang kamu rasakan, apa yang bisa aku bantu, mungkin mereka juga tidak ingin ada di situ. Jadi, dibantu untuk keluar dari situ, mengatasi itu," katanya.

Upaya lain yang bisa dilakukan adalah pendampingan oleh psikolog. Nirmala menyebut pendampingan oleh ahli dapat membantu individu mengeksplorasi penyebab di balik partisipasi mereka dalam aktivitas seksual yang kontroversial dan membantu mengatasi dorongan atau ketidaknyamanan yang mungkin dialami.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus