Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Pertarungan di pantai cirebon

Kontes burung tingkat nasional di taman ade irma, cirebon. pengikutnya dari jawa & medan. burung yang berhak masuk ke babak final adalah 22 ekor cucakrawa & 12 ekor dari masing-masing jenis burung.(sd)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA ratus ekor cucak rawa, dua ratus lima puluh ekor poksay, murai batu, hwabie serta 50 ekor burung pameran berkumpul di Taman Ade Irma, Cirebon. Pantai berlumpur itu sejak pukul 7 pagi jadi meriah. Sementara hotel dan penginapan di kota mencatat tamu secara luar biasa dari Surabaya, Madiun, Semarang, Solo, Yogya, Temanggung, Pekalongan, Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Medan dan Jakarta. Ini terjadi menjelang hari Natal tahun lalu. Untuk pertama kalinya kota udang itu menyelenggarakan kontes burung tingkat nasional meskipun pengikutnya hanya Jawa dan Medan saja. Lebih dari itu, inilah rupanya juga untuk pertama kalinya kontes diselenggarakan di tepi pantai, melawan deru ombak, suara angin dan sengatan matahari. Entah merupakan eksperimen, atau karena kegoblokan panitlanya. Tidak kurang dari satu juta rupiah disediakan panitia untuk melicinkan pertarungan burun itu. Dua belas orang juri asal Surabaya, Madiun, Semarang, Yogya, Solo, Tegal, Pekalongan, Bogor dan Tasikmalaya, sibuk memasang kupingnya. Panas yang muncrat dari sang surya tidak saja menyenangat burung-burung, juga agaknya sedikit mengganggu konsentrasi para juri. Apalagi kadang-kadang mereka lupa pada kupingnya lalu saling pasang omong sesamanya. Itu bung Effendi dari Surabaya segera menyatakan bahwa tempat pertarungan sebenarnya tidak memenuhi syarat. Perlombaan nyaris saja berantakan. "Seharusnya untuk perlombaan semacam ini di tempat yang banyak pepohonan, bukan di pantai yang panas," ujarnya Panitia kelihatannya memang kurang persiapan. Tetapi untunglah para juri akhirnya berhasil juga menetapkan 22 ekor cucak rawa, 12 ekor dari masing-masing jenis burung berhak masuk ke babak final. Adapun burung-burung pameran semua dinyatakan sebagai finalis, karena pesertanya terlalu sedikit. Anak Bini & Asisten Tidak kurang dari 2 ribu penonton berada di pantai hari itu. Mereka membayar karcis masuk seharga Rp 50 dan parkiran mobil dua kali harga biasanya. Dari tampang mereka lebih jelas lagi kelihatan bahwa pemilik burung umumnya orang-orang berada. Lihatlah para pemilik burung dari luar kota. Selain membawa burung, mereka juga membawa anak bini dan asisten-asistennya buat mengawasi burung-burung. Rakyat setempat yang jarang mendengar kicau cucak rawa -- karena ia hampir merupakan identitas golongan kaya -- berbondong-bondong datang. Mereka berdiri dan mondar-mandir sambil memasang telinga -- karena tidak disediakan tempat duduk. Adapun para pemilik burung rupa-rupanya sudah tidak sabaran lagi, tidak biasa dengan matahari yang tak ramah itu. Mereka cepat jengkel dan tegang, apalagi babak final lama baru dimulai. Untung muncul Arsyad dari Bogo itu, menghibur penonton dengan memamerkan kemahirannya menirukan cucak rawa. Awod -- seorang peranakan Arab dari Cirebon tak mau kalah. Ia ikut nimbrung menyuarakan suara perkutut. Pukul 3 sore kemudian baru para finalis dipertarungkan. Burung-burung itu dipajang di arena sementara juri yang berseragam batik menunjukkan kepinterannya menilai. Menjelang magrib diputuskan para pemenang. Medali emas, trophy dan sebuah tv jatuh pada "Palapa" burung milik Engky dari Surabaya. Hadiah kedua dan ketiga jatuh pada "Ancal" dan "Bintang" juga milik Engky. Hadiah harapan pada "Bintang" milik Dede Sunaryo dan "Kilat" milik Buntaran. Keduanya dari Bandung. Ini jenis cucak rawa. Jenis poksay, hwabie dan burung pameran juga diberikan hadiah, tapi tampaknya pertarungan itu tidak terlalu spektakuler, karena hadiahnya hanya radio kaset, piala dan piagam. Yang paling mengesankan panitia tentunya bukan siapa pemenangnya. Tetapi biaya penyelenggaraan tertutup, karena uang masuk dari berbagai lubang ternyata Rp 1.337.500.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus