Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Profil Alfira Oktaviani, Pendiri Semilir Ecoprint Kenalkan Produk Fesyen dari Kulit Kayu Lantung

Alfira Oktaviani buat usaha ecoprint lain usai meraih penghargaan SATU Indonesia Awards. Tokoh inspiratif ini mengembangkan fesyen ramah lingkungan.

1 Juli 2024 | 09.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Alfira Oktaviani pemenang SATU Indonesia Awards 2022 dan pendiri Semilir Ecoprint. Foto: Instagram @semilir_ecoprint

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Alfira Oktaviani merupakan penerima penghargaan SATU Indonesia Awards dalam bidang kewirausahaan pada 2022. Pendiri Semilir Ecoprint ini berhasil mendapatkan penghargaan tersebut berkat karya kulit kayu lantung Bengkulu yang diinovasikan dengan ecoprint

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tidak menyangka berhasil mendapatkan penghargaan ini,” kata Alfira Oktaviani kepada Tempo.co, pada 19 Juni 2024, di Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 2020 akhir, Alfira menemukan inovasi baru untuk menciptakan karya atau projek dari kulit kayu lantung Bengkulu dengan keindahan ecoprint. Lembaran kayu berwarna coklat ini diolah oleh Alfira untuk diberikan motif pewarnaan alam dari daun-daun. Ia lebih dahulu menggunakan projek ini di Kementerian Kebudayaan. 

Setelah itu, pada 2021, Alfira mendapatkan informasi tentang SATU Indonesia Awards. Ia melihat, visi misi program ini sama dengan projek kulit kayu lantung Bengkulu. “Akhirnya, saya mencoba daftar dan memasukkan proposalnya di SATU Indonesia Awards,” kata tokoh inspiratif ini.

Adapun, visi misi yang dibawa Alfira adalah keinginan untuk memperkenalkan kulit kayu lantung Bengkulu ke masyarakat Indonesia. Pasalnya, tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang kulit kayu ini, termasuk penduduk Bengkulu. 

“Perjuangan untuk mendapatkan kulit kayu lantung ini sampai ke pedalaman, jika saya enggak bertanya kepada Kementerian Perindustrian dan mengulik sosial media, saya enggak akan mendapatkannya,” kata dia.

Setelah mendaftarkan dalam SATU Indonesia Awards, Alfira tidak mendapatkan kabar lebih lanjut. Barulah, pada 2022, ia mendapatkan informasi tentang jumlah peserta yang mengikuti SATU Indonesia Awards. Dari ribuan peserta, hanya ada dua finalis tersisa yang bergerak di bidang kewirausahaan, termasuk dirinya. 

Saat tersisa dua peserta, Alfira bersama finalis lain melakukan presentasi produk di depan dewan juri secara online melalui Zoom. Setelah itu, ia diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan SATU Indonesia Awards. 

Produk fesyen ramah lingkungan dari kulit kayu lantung karya Akfira Oktaviani penggagas Semilir Ecoprint. Foto: Instagram @semilir_ecoprint

Saat ini, Alfira masih akan selalu memberikan inovasi baru melalui ecoprint. Bersama Semilir Ecoprint, ia sudah melebarkan ranah bidangnya tidak hanya terbatas pada ecoprint, tetapi pewarnaan alam dan batik. 

“Saat ini, kesibukannya fokus pada seni kriya tekstil yang masih berhubungan dengan pemakaian zat-zat pewarnaan alam atau masuk ke konsep sustainable (berkelanjutan). Jadi, kita lebih luas lagi, enggak hanya ecoprint,” kata Alfira.

Pembuatan produk seni kriya tekstil yang dilakukan Alfira juga masih akan menggunakan kulit kayu lantung Bengkulu sebagai wujud pelestarian budaya kampung halamannya. “Tetap masih ingin mengenalkan kulit kayu lantung ini,” ujarnya.

Selain itu, Alfira bersama Semilir Ecoprint juga sedang melakukan kolaborasi membuat produk pewarnaan alam dengan beberapa brand lokal. Produk hasil kolaborasi peraih SATU Indonesia Awards ini sudah dipasarkan di beberapa daerah seperti di Prawirotaman, Yogyakarta. 

Semilir Ecoprint, menurut Alfira sangat dibantu oleh ibu-ibu di sekitar kompleks tempat tinggalnya yang menjadi binaannya. Ibu-ibu yang awalnya hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja, sejak 2019 dibina keterampilan ecoprint sehingga dapat membantu perekonomian keluarganya dan menciptakan kondisi guyup rukun di kompleks rumah Alfira.

Pada Juli 2021, Semilir Ecoprint juga sedang melakukan program pemberdayaan pemuda pemudi di Desa Banaran Gunungkidul Yogyakarta dalam kegiatan keterampilan ecoprint dan bekerjasama dengan hutan wanagama UGM. Namun dalam program kegiatan “mengusung lantung Bengkulu dengan keindahan ecoprint” fokus Semilir adalah kesejahteraan sosial dan ekonomi petani dan pengrajin kulit kayu lantung yang berada di desa Papahan, Kaur, Bengkulu.

Produk fesyen ramah lingkungan dari kulit kayu lantung karya Akfira Oktaviani penggagas Semilir Ecoprint. Foto: Instagram @semilir_ecoprint

Fakta di lapangan membuktikan bahwa rendahnya nilai kulit kayu lantung dan kurangnya minat masyarakat terhadap kulit kayu lantung menjadikan profesi petani dan perajin kulit kayu lantung semakin langka. Banyak dari mereka beralih profesi dan meninggalkan desanya untuk merantau. Jika hal ini terus dibiarkan,kulit kayu lantung hanya akan menjadi bagian dari sejarah dan tinggal cerita.

Program “mengusung lantung Bengkulu dengan keindahan ecoprint” memberikan harapan baru kepada petani dan pengrajin kulit kayu lantung di Desa Papahan, Kaur, Bengkulu. Di Desa Papahan, ketika tim Semilir berkunjung pada bulan November 2020 petani dan pengrajin kulit kayu lantung semakin langka hanya ada satu orang yang mengerjakan profesi ini. Padahal sebelumnya terdapat 20 Kepala Keluarga yang mengerjakan profesi ini.

Semilir Ecoprint telah memproduksi hampir 100 buah produk ini dan terdapat peningkatan omzet penjualan dari produk ecoprint kulit kayu lantung di setiap bulannya (sebelum pandemi). Omzet yang diperoleh dari penjualan untuk produk dari program ini senilai Rp76 juta hingga saat ini. Selain itu, target pasar Semilir adalah Wanita berusia 20 sampai 60 tahun yang tinggal di kota-kota besar.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus