Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua perlu memberi contoh yang baik pada anak serta menjadi menjadi panutan dalam pengasuhan yang konsisten. Psikolog klinis A. Kasandra Putranto mengatakan keseimbangan peran orang tua dalam memberikan bimbingan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak remaja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Menurut saya, kata yang tepat bukan dominan melainkan berperan. Dalam hal ini kedua orang tua, baik ayah maupun ibu, berperan aktif dan positif dalam proses tumbuh kembang anak,” kata Kasandra, Senin, 2 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan dalam sisi emosional, ibu berperan amat besar dalam menjaga psikologis anak. Pada usia remaja, anak cenderung lebih terbuka untuk berbicara dengan orang yang dianggapnya lebih empatik dan lebih memahami perasaan mereka. Banyak penelitian menunjukkan anak perempuan dan laki-laki pada usia remaja sering merasa lebih nyaman membuka diri kepada ibu, terutama ketika berhubungan dengan masalah emosional dan sosial.
Ibu juga sering dianggap sebagai figur pengasuh utama yang menyediakan rasa aman dan dukungan emosional yang lebih kuat. Dalam situasi penuh tekanan, di mana remaja mungkin merasa terisolasi atau bingung, ibu dapat menjadi sosok yang memberikan empati dan penerimaan yang dibutuhkan untuk membuka komunikasi.
“Ibu sering kali memainkan peran kunci dalam mengajarkan nilai-nilai emosional, seperti empati, kasih sayang, dan pengelolaan konflik. Dalam kasus remaja yang terlibat kekerasan, penting bagi ibu untuk menggali alasan di balik perilaku anak dan memberikan pemahaman tentang konsekuensi dari tindakannya,” ujar Kasandra.
Peran figur ayah
Dari sisi ayah, Kasandra mengatakan anak remaja sering mencari peran panutan yang bisa memberikan identitas diri. Ayah atau figur laki-laki yang ada di keluarga bisa memberikan model bagaimana menjadi pribadi yang bertanggung jawab, menjaga kontrol diri, dan menyelesaikan konflik secara sehat.
“Ayah bisa menekankan pentingnya rasa hormat terhadap orang lain, kontrol diri, serta pentingnya pengelolaan kekuatan dan emosi,” paparnya.
Sosok ayah juga dapat hadir sebagai figur yang lebih menekankan pentingnya struktur, disiplin, dan konsekuensi. Ketika anak remaja terlibat dalam perilaku ekstrem atau destruktif, ayah bisa lebih berfokus pada memberi batasan yang jelas dan tegas terhadap perilaku serta mengajarkan pentingnya konsekuensi dari tindakan tersebut.
Di sisi lain, ayah juga berperan dalam membentuk sisi maskulin dalam diri anak. Remaja laki-laki kerap terlibat dalam kekerasan atau tindakan ekstrem berhubungan dengan konsep identitas maskulin yang salah, seperti kekuatan fisik yang dominan atau dominasi atas orang lain. Dalam hal ini, sosok ayah dapat berperan dalam mendekonstruksi konsep maskulinitas yang tidak sehat dan mengajarkan nilai-nilai kekuatan yang lebih positif, seperti keberanian untuk berbicara tentang perasaan atau menunjukkan kebaikan.
Kasandra juga menekankan pentingnya orang tua membangun rumah yang dapat dianggap anak sebagai tempat yang nyaman untuk bercerita. Terkait hal ini, orang tua dapat menerapkan pola asuh yang mengedepankan komunikasi terbuka dan empatik, memberikan dukungan secara emosional saat anak menghadapi masalah, memberikan perhatian dan menyediakan waktu yang berkualitas dan menghargai privasi dan kebebasan anak.