Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Rasi, Nasi Singkong yang jadi Makanan Pokok Masyarakat Kampung Adat Cireundeu di Cimahi

Masyarakat Kampung Adat Cireundeu mulai mencari pengganti nasi sebagai makanan pokok sejak 1918, bentuk perlawanan terhadap pemerintahan kolonial.

24 Maret 2025 | 12.00 WIB

Rasi, makanan pokok masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis, 20 Maret 2025. Makanan ini  terbuat dari singkong. Tempo/Nia Nur Fadillah.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Rasi, makanan pokok masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis, 20 Maret 2025. Makanan ini terbuat dari singkong. Tempo/Nia Nur Fadillah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Singkong tidak akan bisa lepas dari kehidupan masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat. Tumbuhan umbi akar ini memainkan peran penting dalam sektor ekonomi, wisata, hingga pangan di kampung tersebut. Singkong membantu menambah pendapatan warga lewat tepung kanji yang dijual di pasar. Olahan singkong membuat kampung adat ini populer dikunjungi wisatawan pecinta kuliner dan budaya. Sedangkan dalam urusan pangan, mereka mengubah ketela ubi tersebut menjadi makanan pokok yang disebut sebagai rasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi masyarakat Kampung Adat Cireundeu, rasi merupakan makanan utama seperti nasi. Rasi terbuat dari singkong yang diolah menjadi granul. Tampilannya ketika matang hampir mirip dengan nasi dari beras padi, butiran dan pulen, hanya rasi berwarna agak kecokelatan. Makanan ini bisa dinikmati hangat atau dingin dan bertahan selama tiga hari tanpa dihangatkan. Selain dimasak biasa, rasi juga dibuat menjadi nasi goreng dan nasi tumpeng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut salah satu pemandu wisata sekaligus masyarakat adat, Tri, rasi membuat masyarakat adat tidak bergantung terhadap padi yang persediaannya terbatas serta harganya tidak menentu . "Ironis ya, negara agraris tapi kenapa untuk makan saja harus bergantung ke orang lain. Itulah kenapa sampai hari ini kami makannya itu nasi singkong," kata dia kepada Tempo, Kamis, 20 Maret 2025.

Dia mengatakan, makanan ini berasal dari singkong yang dibudidayakan sendiri, diolah, lalu dimakan. "Sudah tidak tergantung kepada orang lain," ujar Tri.

Awal Mula Makan Rasi

Masyarakat Kampung Adat Cireundeu dahulu kala juga makan nasi. Namun, pada 1918, Masyarakat Kampung Adat Cireundeu mulai mencari alternatif nasi padi sebagai makanan pokok. Pencarian tersebut dipelopori oleh Omah Asmanah, putri dari Haji Ali, sesepuh di kampung tersebut. Para sesepuh memutuskan untuk tidak menggunakan padi pemberian Dewi Pohaci atau Dewi Sri. Oleh orang Sunda, hal itu disebut nenden kersa nyai. Nenden kersa nyai juga sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Belanda agar merdeka secara lahir maupun batin.

Selain itu, peralihan dari nasi ke rasi juga disebabkan faktor masyarakat adat memiliki kebiasaan mengonsumsi singkong. "Para tetua memiliki ingatan seperti ini, 'Kita sengaja dibuat miskin, kelaparan, bodoh oleh para penjajah. Padahal kita yang tanam, kita yang panen, tapi dirampas padinya. Milarian alternatif, tidak mau lagi padi'," kata Tri dalam bahasa Sunda.

Berbagai alternatif dicari, mulai dari umbi, jagung, hanjeli, hingga sorgum, namun semua belum sesuai. Lalu, pada 1924 baru ditemukan teknologi pengolahan beras singkong.

Cara Membuat dan Menanak Rasi

Dalam proses pembuatannya, terdapat tujuh tahapan mengolah singkong menjadi rasi, yakni dikupas, dicuci, diparut, diperas, dijemur, ditumbuk, dan diayak. Singkong yang sudah dipanen dikupas kemudian dicuci sampai bersih dan diparut menggunakan mesin atau manual. Lalu, diperas dan diambil ampasnya. Setelah itu, dijemur sampai kering biasanya membutuhkan waktu tiga hari. Proses dilanjut ke penumbukan, dan terakhir diayak menggunakan saringan khusus.

Adapun jika ingin menanak nasi, beras singkong disimpan dalam wadah kemudian disiram perlahan menggunakan air. Antara air dan beras menggunakan takaran satu banding satu. Setelah itu, beras singkong dikukus dalam panci atau tungku.

Rasi Bawa Peluang Industri Pariwisata

Pada 2009-2010 Indonesia menghadapi El Nino yang membuat lahan persawahan kering. Masyarakat Kampung Adat Cireundeu sebagai masyarakat yang mengonsumsi makanan selain nasi padi menjadi salah satu percontohan pangan alternatif dari program diversifikasi pangan Badan Ketahanan Pangan Nasional.

Setelah itu, Badan Ketahanan tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten berdatangan ke Kampung Adat Cireundeu. Dari hal tersebut, ditambah  keunikan pada kebiasaan makannya, beberapa orang masyarakat adat menggagas agar kampungnya menjadi objek wisata. Pada 2007, tempat tersebut mulai beroperasi menjadi tempat wisata berbasis edu-ekowisata.

NIA NUR FADILLAH

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus