Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Tahun Baru Imlek yang tahun ini akan dirayakan pada akhir Januari 2025, identik dengan berbagai tradisi. Salah satu tradisi imlek yang sangat dinanti adalah tersedianya makanan manis yang melimpah. Beberapa makanan manis yang biasanya hadir di pesta imlek adalah kue keranjang, dodol, dan permen. "Meskipun kelezatan makanan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kebahagiaan perayaan, konsumsi berlebihan makanan manis dapat meningkatkan risiko kesehatan, terutama terkait dengan diabetes," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes RS Pondok Indah – Pondok Indah Imam Subekti dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 23 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Imam Subekti mengingatkan dalam suasana yang penuh kegembiraan ini, penting untuk tetap waspada terhadap pola makan yang sehat. "Hal ini mengingat semakin tingginya angka penyandang diabetes di Indonesia," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menambahkan konsumsi makanan manis yang berlebihan, terutama dalam periode perayaan, dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Tubuh obesitas tidak hanya mengurangi estetika penampilan dan menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga menyebabkan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin.
Awalnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mengatasi hal tersebut. Namun, jika kondisi ini berlanjut, pankreas akan mengalami kelelahan dan berujung pada terjadinya diabetes. "Oleh karena itu, menjaga berat badan tetap ideal sangat penting untuk mengurangi risiko diabetes, terutama di tengah godaan makanan manis saat perayaan," katanya.
Obesitas adalah kondisi tubuh dengan penumpukan lemak yang berlebih. Cara pengukuran kadar lemak yang akurat adalah dengan CT-scan atau MRI. Namun, mengingat pemeriksaan dengan alat ini tidaklah murah dan hanya tersedia di tempat tertentu seperti rumah sakit saja, maka cara lain yang digunakan adalah dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Cara perhitungan IMT adalah berat badan kuadrat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter). "IMT disebut normal jika hasilnya berada di rentang 18 – 22,9, disebut berlebih pada rentang 23– 25, obesitas 1 pada rentang 25 – 30, dan obesitas 2 jika berada di atas 30 dalam satuan kilogram per meter. Untuk mengukur komposisi massa tubuh juga dapat dilakukan dengan alat khusus seperti densitometer tubuh," katanya.
Pilihan Editor: Menjelang Imlek, Jejak Sejarah Tradisi Imlek di Indonesia