Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak yang belum tahu roti khas Pemalang ini menjadi ikonik dari kota tersebut. Meskipun roti kamir telah menjadi salah satu makanan pokok di Indonesia, rasanya masih banyak orang yang kurang begitu paham mengenai asal-usul roti kamir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamir menjadi salah satu makanan khas Pemalang yang berasal dari negara Arab. Beberapa orang menyebutnya dengan nama Samir. Kue ini berbahan dasar dari adonan terigu, mentega, dan telur, terkadang dicampur dengan bahan seperti pisang ambon atau tape. Kamir ada dua jenis, yaitu kamir beras dan kamir terigu.
Di pasaran kota Pemalang lebih banyak kamir terigu karena yang tahan lama sedangkan kamir beras menyesuaikan dengan jumlah pesanan. Hal tersebut seperti yang dikutip dari laman Indonesia Kaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu proses penting dalam pembuatan roti adalah fermentasi adonan tepung oleh khamir roti. Proses fermentasi ini bertujuan menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang membantu adonan roti jadi mengembang. Selain menghasilkan gas, khamir roti juga menghasilkan asam dan alkohol yang memberikan aroma tambahan pada roti.
Kue ini berbentuk bundar, pipih berwarna coklat di bagian bawah sehingga hampir menyerupai kue apem atau serabi tetapi sedikit lebih besar dan bantet. Untuk ukuran kue roti kamir sangat bervariasi, mulai dari yang terkecil hingga sebesar lingkaran piring makan. Sementara ukuran yang terkecil sebesar lingkaran mangkuk. Ukuran-ukuran tersebut menyesuaikan dengan permintaan dari pemesannya. Bahkan pernah dibuat ukuran raksasa tetapi gagal karena tidak matang secara merata.
Menurut cerita yang beredar, orang pertama yang membuat kue kamir adalah seorang warga Arab yang tinggal di Kelurahan Mulyoharjo, yang dikenal juga dengan sebutan Kampung Arab. Nama kamir itu sendiri tidak jelas berasal dari nama apa. Entah itu berasal dari kata khamer (bahasa Arab) yang berarti memabukan atau dari nama orang keturunan Arab itu sendiri.
Tetapi yang mendekati kemungkinan adalah nama Kamir berasal dari kata Khamir yang dalam bahasa Arab berarti ragi, dalam proses pembuatan kue kamir ini sebelum dimasak, terlebih dahulu didiamkan semalam agar bisa mengembang dengan sempurna dan terjadinya proses fermentasi.
Dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh Nur Ayu Istiqomah, roti kamir ini sebagai makanan identitas kota Pemalang yang membawa keuntungan bagi industri rumahan masyarakat kampung Arab. Makanan ini dijual langsung dalam rumah produksi, toko kecil sepanjang jalan kampung Arab dan toko roti cukup terkenal di Pemalang. Makanan ini dapat pula disajikan dalam setiap acara istimewa seperti pertunangan, selamatan, atau menyambut tamu kehormatan.
Kebiasaan masyarakat Pemalang yang suka merantau, sehingga kamir ikut menyebar ke kota-kota yang ada di Jawa Tengah. Masing-masing produksi roti kamir menghasilkan kamir dengan bentuk dan citarasa yang berbeda. Perbedaan jenis dan jumlah bahan yang digunakan menyebabkan citarasa yang berbeda terhadap roti kamir pada setiap rumah produksi.
Roti kamir yang mempunyai citarasa manis dan gurih merupakan perpaduan ciri khas yang didominasi oleh etnis Jawa. Masyarakat Jawa yang menganggap sebuah lambang perilaku sopan santun dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Sementara lambang bentuk roti kamir yang besar seolah melambangkan kamir adalah sebuah perwujudan dari orang Arab identik dengan bertubuh besar. Akulturasi yang ada dalam penyebaran kebudayaan di bidang kuliner. Roti kamir sebagai bentuk wujud dari akulturasi budaya yang membuat etnis di Kampung Arab, Pemalang mampu mempertahankan eksistensinya dalam mempertahankan keberadaannya.