Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Rumah sumber penyakit

Semakin lama orang dirawat di rumah sakit, semakin besar kemungkinan ia ditimpa infeksi nosokomial (in). pasien, dokter, perawat & alat-alat bisa menjadi penyebab ini. termasuk 10 penyebab kematian di as.

25 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM rubrik "Surat Pembaca" di sebuah media massa, pernah dilontar. kan usul agar istilah rumah sakit diubah menjadi rumah sehat. Alasannya: rumah itu adalah tempat orang dirawat menjadi sehat, bukan sebaliknya. Alasan yang masuk akal, memang, tapi mengubah istilah sama sulitnya dengan mengganti hobi atau kebiasaan orang. Apalagi kenyataan kini menunjukkan bahwa rumah sakit justru menjadi sumber penyakit. Anda tentu tidak percaya, tapi para ahli membenarkan bahwa semakin lama orang dirawat di rumah sakit (RS) semakin besar kemungkinan ia ditimpa infeksi. Ini namanya Infeksi Nosokomial (IN), sejenis infeksi yang muncul di RS. Aneh kedengarannya, tapi beitulah kenyataannya. Sejak puluhan tahun lalu, para ahli sudah mencurigai adanya banyak kuman, yang menyebabkan pasien tidak bisa sembuh lebih cepat. Di banyak rumah sakit di Amerika Serikat misalnya, kejangkitan infeksi kuman Staphylococcus (penyebab infeksi tenggorokan dsb.) sudah terjadi sejak tahun 50-an. Sekarang - 30 tahun kemudian - Infeksi Nosokomial di AS masih tetap tinggi. "Sekitar 6 persen dari semua pasien di seluruh RS Amerika terkena infeksi nosokomial," ujar dr. Karjadi Wirjoatmodjo, Direktur RS dr. Sutomo, Surabaya. Ini dikatakannya di depan Simposium dan Lokakarya Nasional Pengendalian Infeksi Nosokomial, dua pekan lalu. Karjadi menyatakan bahwa akibat adanya IN, pasien Amerika itu harus tinggal rata-rata 4 hari lebih lama di RS. "Akibatnya, ada tambahan biaya sekitar 1.800 dolar per orang," kata Karjadi lebih lanjut. Tidak hanya itu. Jumlah kematian yang disebabkan IN juga memprihatinkan. Tak kurang dari 20 ribu orang setahun. Infeksi nosokomial termasuk sepuluh penyebab utama kematian di Amerika. Kalau di negeri semaju Amerika saja angkanya sudah setinggi itu, maka orang bisa membayangkan tingginya infeksi nosokomial ini di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sayang, tak ada data dari RS-RS di sini. "Walaupun angka pastinya belum ada saya menduga tingkat infeksi nosokomial di Indonesia cukuptinggi," ujar Dirjen Pelayanan Medik Depkes, dr. Mohamad Isa. Dikatakannya, dimensi IN di negeri kita jauh lebih menonjol, mengingat faktor penyebab yang lebih banyak dan kompleks sifatnya. Faktor penyebab itu, misalnya, adalah lamanya opname pasien, penyakit yang menyebabkan pasien dirawat, umur pasien, lama dan teknik operasi. Pengaruh operasi jelas: semakin luas pembedahan dilakukan. semakin besar kemungkinan terjadinya IN--karena media yang terekspose lebih besar. Di samping itu, umur tua, menurut dr. Ahmad Dioiosugito dari RS Hasan Sadikin, Bandung, ikutjuga berperan "Makin tua umur pasien, semakin tinggi risiko Infeksi nosokomialnya," katanya. Sebaliknya pada anak, IN menyerang mereka yang di bawah satu tahun. Semua faktor itu berkaitan dengan lamanya perawatan. Tahun lalu, sebuah penelitian di 10 RS Pendidikan di Indonesia menunjukkan hasil yang menunjang pendapat ini. Infeksi pada mereka yang dirawat lebih dari 15 hari, misalnya, dua setengah kali lebih banyak ketimbang infeksi pada mereka yang hanya dirawat 4-7 hari. Hal ini dikemukakan oleh Ramah Soerbakti, Kepala Seksi Isola Penderita Penyakit menular, Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Permukiman,: Depkes. Adapun kuman penyeliab infeksi itu datang dari berbagai tempat. "Bisa eksogen, dari luar tubuh penderita, bisa pula dari tubuhnya sendiri alias endogen," kata dr. Djoko Roeshadi, F.I.C.S., Kepala Seksi Medik Pengendalian Infeksi RS Dr. Sutomo. Yang endogen berasal dari kuman di tangan, kuht, dan saluran napas. Atau dari lingkungan sekitar pasien, seperti pakaian, kateter (selang untuk membantu mengeluarkan air seni dari alat kelamin), dan instrumen bedah yang tercemar (terkontaminasi). Sementara itu, sumber kontaminasi eksogen bisa datang dari tangan dokter, perawat, atau keluarga yang besuk. IN paling banyak berlokasi pada saluran kemih. Setelah itu, infeksi pada luka (setelah) operasi, di saluran napas dan - terjarang infeksi dalam darah secara menyeluruh (bakeriemi). Kuman penyebabnya adalah E.coli, Staphyilococcus, Proteus, Pseudomonas, Clebsiella, dan Enterococci. Menurut Dr. Sam Soeharto, Wakil Kepala Laboratorium Mikrobiologi FK Unair/RS Dr. Sutomo, kuman-kuman itu semakin merajalela disebabkan banyaknya penggunaan antibiotik secara sembarangan, terutama dari jenis yang berspektrum luas. Tindakan membabi buta itu akan menghantam semua jenis kuman -- termasuk pula flora normal dalam tubuh. Flora normal, yang terdiri atas kuman yang "bekerja sama" dengan tubuh kita (misalnya untuk pembusukan tinja di usus), akan turut terbasmi oleh antibiotik tadi. Akibatnya, banyak kuman jadi resisten, alias tahan banting. Repotnya, ketahanan ini diturunkan pada anak cucu kuman. Banyak kuman berhasil membuat semacam "senjata" enzim, yang bisa merusakkan struktur kimia antibiotik. "Tak lama lagi kita bisa menghadapi serentetan kuman yang kebal terhadap antibiotik. Dan kita tunggu saja ledakannya beberapa tahun mendatang," kata Sam. Kekhawatiran Sam sudah terbukti sekarang. Di Bandung, misalnya, Dr. Imam Supardi menemukan bahwa 50/O dari 554 kuman yang diisolasinya telah kebal terhadap antibiotik ampisilin, kotrimoksasol, kloramfenikol, eritromisin, dan tetrasiklin. Dunia memang berevolusi rupanya. Dan manusia menjadi penggerak evolusi itu. Sebelum ditemukannya penisilin, orang tahu bahwa penyebab IN adalah Pneumococdus dan Streptococus grup A, tapi setelah pemakaian penisilin -- tahun 1950-an -sebab utama IN adalah kuman yang kebal terhadap penisilin. Belakangan ini malah banyak ahli menemukan jamur - yang tadinya tidak diperhitungkan - sebagai salah satu penyebab IN pula. Syafiq Basri (Jakarta), Wahyu Muryadi (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus