Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Kalimantan Timur, Anang Arief Abdillah, menekankan pentingnya kejelian orang tua dalam mendeteksi autisme anak sejak dini agar intervensi dan penanganan yang tepat dapat segera dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang biasa dikenal dengan autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan komunikasi dan interaksi sosial seseorang," katanya di Samarinda, Rabu, 5 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan gejala autisme dapat mulai dikenali sejak usia 1 tahun 6 bulan. Pada usia sebelumnya, orang tua mungkin menemukan beberapa tanda seperti kurang respons terhadap mainan bersuara atau kesulitan merespons ajakan bermain. Ia mengatakan tanda-tanda tersebut belum bisa dijadikan acuan pasti anak mengalami autisme.
Orang tua perlu memperhatikan tumbuh kembang anak secara rutin. Pemeriksaan tumbuh kembang anak dapat dilakukan di posyandu atau melalui dokter kandungan.
"Buku pink yang diberikan saat pemeriksaan kehamilan dapat menjadi panduan orang tua dalam memantau tumbuh kembang anak," jelasnya.
Bawa anak ke spesialis atau psikolog
Gejala autisme yang paling sering dikeluhkan orang tua biasanya terlambat bicara. Anang menjelaskan anak dengan autisme cenderung lebih mudah berkomunikasi secara visual atau nonverbal daripada verbal. Meski demikian, ia mengingatkan terlambat bicara tak selalu berarti autisme. Keterlambatan bicara juga dapat disebabkan masalah intelektual atau gangguan pendengaran.
"Oleh karena itu, orang tua mesti segera membawa ke spesialis anak atau psikolog anak jika mengalami keterlambatan berbicara," saran Anang.
Orang tua disarankan untuk mulai curiga jika anak belum mulai berbicara hingga usia 2 tahun. Ia menyarankan orang tua tidak menunda melakukan terapi pada anak jika ada diagnosa keterlambatan bicara.
"Terapi perilaku, terapi bicara, atau terapi sensori integrasi dapat membantu mendeteksi otak anak," ucapnya.
Ia menjelaskan pentingnya kesadaran orang tua terhadap kondisi autisme dan menyayangkan masih banyak yang tidak menerima kondisi anak dan menunda penanganan hingga usia 5 tahun.
“Banyak juga orang tua yang masih menganggap nanti juga bisa bicara sendiri. Jangan sampai ada pembiaran,” ujarnya.
Anang menjelaskan sistem saraf otak akan melambat dalam menerima stimulus di atas usia 7 tahun. Karena itu, penanganan yang terlambat dapat mempengaruhi perkembangan anak secara signifikan. Ia berharap orang tua lebih peduli terhadap tumbuh kembang anak dan tidak ragu mencari bantuan dokter spesialis jika melihat beberapa tanda anak autisme.