Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suatu pagi pada Maret tahun lalu, Kabul Isnen, 78 tahun, mendadak demam setelah sarapan. "Jam 7 sarapan, jam 8 demam tinggi, menggigil," kata kakek 12 cucu ini saat kami temui di Gresik, Jawa Timur, pekan lalu.Suhu tubuhnya saat itu naik sampai 40 derajat Celsius. Bersamaan dengan itu, napasnya mulai sesak dan perutnya mual pingin muntah. Ia tidak ingat keadaan di sekelilingnya. Wajah Kabul bengkak. Bapak lima anak ini kemudian dilarikan ke rumah sakit di Surabaya, yang memang dekat dengan Gresik. Ia dirawat selama 12 hari.
Dua bulan setelah keluar dari rumah sakit, pada Mei 2013, Kabul mengalami gejala yang sama dan kembali dirawat di rumah sakit selama sepekan. Setelah LebaÂran, pada Agustus, Kabul kembali merasakan gejala serupa hingga dilarikan ke rumah sakit lagi. Gejala itu kambuh lagi setelah Idul Adha lalu (Oktober) dan Kabul dirawat empat hari di rumah sakit. "Gejala itu mendadak dan sewaktu-waktu," ujarnya.
Semua pemeriksaan darah dilakukan, juga pemeriksaan urine meliputi albumin, urobilin, bilirubin, dan lekosit. Selain itu, pemeriksaan sedimen, faal hati, dan faal ginjal. Hasilnya negatif dan masuk kategori normal. Ia sempat dicurigai terkena demam berdarah, tapi setelah dites ternyata hasilnya juga negatif. Titik terang muncul setelah Kabul ditangani Profesor Nasronudin, Direktur Institute of Tropical DiÂsease (ITD) Universitas Airlangga, Surabaya. Setelah dicermati lebih teliti dan dilakukan pengecekan dengan berbagai metode, Kabul diketahui terserang penyakit West Nile.
Seperti namanya, virus ini awalnya ditemukan di Provinsi West Nile, Uganda, pada 1937. Selama lebih dari setengah abad sesudahnya, virus ini tidak terlalu ditanggapi serius karena daya serangnya terbatas. Sedikit kehebohan terjadi saat virus sudah keluar dari sarangnya dan menyerang Aljazair pada 1994. Seperti yang sudah diduga, dari Aljazair, virus ini dengan mudah menyeberangi Laut Mediterania dan mendarat di Eropa. Dua tahun kemudian, West Nile ditemukan di Rumania dengan serangan lebih kejam: menghajar saraf. Ketika sampai di New York pada 1999, hanya butuh waktu singkat, West Nile telah merebak ke seluruh dunia. Pada 2012, di Amerika Serikat saja virus ini membunuh 286 orang.
"Mereka yang terinfeksi akan terkena demam, badan terasa dingin menggigil, sakit kepala hebat, nyeri sendi, nyeri otot, mual, muntah, batuk, nyeri tenggorokÂan, terkadang sesak napas," kata Profesor Nasronudin. Dalam beberapa kasus, virus ini juga menyerang otak dan saraf. "Virus ini membahayakan karena sering menimbulkan komplikasi pada otak." Bila sudah kena otak akan disertai kejang dan kesadaran bisa menurun. Bahkan tak jarang berakhir pada kematian.
Penemuan pasien dengan virus West Nile tentu mengejutkan, mengingat sebelumnya tidak ada laporan resmi kasus West Nile di Indonesia. "Walaupun ada dugaan sudah masuk, secara resmi yang dilaporkan belum ada," ujar Ketua Tropical Disease Diagnostic Center di ITD, Bimo Aksono, pertengahan Januari lalu. Bahkan di Asia, informasi tentang infeksi virus ini belum banyak dilaporkan.
Karena West Nile adalah penyakit menular, muncul kecurigaan bahwa Kabul bukan satu-satunya orang yang terkena. Maka ITD pun memeriksa pasien lain yang mengalami gejala serupa. Dan benar, sampai Januari lalu, sudah 12 orang di Surabaya terserang penyakit yang belum ditemukan vaksinnya ini. "Kami telah menerima 40 sampel pasien yang diduga terinfeksi, dan 12 ternyata positif," kata Bimo, Januari lalu.
Jumlah mereka yang tertular penyakit ini bisa lebih banyak lagi. Sebab, bagi banyak dokter di Indonesia, penyakit ini masih belum begitu dikenal. Banyak yang menyangkanya sebagai demam berdarah dengue. "Tapi, ketika diperiksakan di laboratorium, negatif dari dengue," ucap Bimo. Karena itu, meski temuan kasus West Nile di Surabaya bukan kabar baik, Bimo dan teman-temannya di ITD yakin temuan tersebut akan sangat bermanfaat. "Kenapa? Karena akhir-akhir ini banyak penderita demam yang sebabnya tidak diketahui. Ada gejala infeksi virus, tapi tidak jelas. Dengan adanya temuan ini, berarti kami bisa menduga mungkin penderita demam itu mengidap virus West Nile," kata Bimo.
Temuan ini juga merupakan alarm agar kita meningkatkan pencegahan. Sejauh ini tidak ada vaksin untuk mencegahnya. Maka pencegahan yang dilakukan adalah mempersempit ruang penyebaran. Penyebaran virus ini dilakukan oleh burung, terutama burung liar yang bermigrasi. Namun, berbeda dengan flu burung, penularan virus West Nile dari burung ke manusia biasanya melalui perantara nyamuk. "Virus ini menginfeksi manusia dibawa oleh nyamuk Culex, yang merupakan nyamuk rumah," ujarnya.
Berbeda dengan nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue yang aktif saat siang, nyamuk Culex bisa aktif kapan saja, siang atau malam. Culex juga banyak di sekitar kita. "Itulah mengapa ini menjadi konsentrasi kami," kata Bimo. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (pusat pengendalian penyakit di pemerintah Amerika Serikat), hanya satu persen manusia yang digigit nyamuk terinfeksi West Nile yang akan sakit serius. Karena itu, untuk mempersempit ruang gerak virus, kita harus mempersempit perkembangbiakan nyamuk.
Pencegahan penting karena sampai saat ini, menurut Nasronudin, virus itu tidak ada obatnya. "Terapi yang bisa dilakukan sifatnya suportif dan simtomatis," ujarnya. Maksudnya, dokter hanya bisa memberikan obat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan obat-obat yang bisa mengatasi gejala (simtom) penyakit itu, seperti pusing dan demam. Dengan terapi itu, selusin orang yang terinfeksi West Nile di Surabaya bisa sembuh dalam satu-dua minggu. "Kebanyakan tidak mengalami komplikasi pada otak, jadi cepat membaik," kata Nasron.
Agita Sukma Listyanti, David Priyasidharta
1. Nyamuk yang terinfeksi virus West Nile menggigit burung. Seperti namanya, virus ini awalnya ditemukan di Provinsi West Nile, Uganda, pada 1937.
2. Penyebaran virus ini dilakukan oleh burung, terutama burung liar yang bermigrasi.
3. Penularan virus West Nile dari burung ke manusia biasanya melalui perantara nyamuk Culex.
Gejala terinfeksi virus west nile
Penyebaran virus west nile
Amerika Serikat
1999
Pada 2012, di Amerika Serikat saja virus ini membunuh 286 orang.
Rumania
1996
Aljazair
1994
Uganda
1937
Indonesia
2013
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo