SERANGAN jantung itu datang mendadak. Diperkirakan hanya berlangsung sekitar lima menit. Tapi, justru pada menit kritis itu segalanya ditentukan. Dan itulah yang dihadapi Almarhum Ali Moertopo, 60, Selasa pekan lalu, di ruang kerjanya di lantai dua Gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. "Bapak sudah meninggal dunia ketika kami datang," kata Dokter A. Hanafiah, salah seorang dokter pribadinya. Apa penyebabnya? Dokter yang sudah mendampingi Almarhum sejak pertama kali diserang sakit jantung koroner - semacam penyakit jantung yang diakibatkan penyempitan lemak di pembuluh jantung - itu belum mau memperinci. Ia hanya menuliskan di visum resmi, penyebab kematian wakil ketua DPA itu adalah: Sdden Cardiac Death. Artinya: serangan mendadak pada jantung yang menyebabkan kematian. Biasanya, terjadi pada penderita jantung koroner yang tiba-tiba tersumbat pembuluh Jantungnya. Akibatnya, darah tak mengalir ke otot jantung (infark). Keadaan inilah, yang antara lain menyebabkan kekacauan irama di bilik jantung, yang bisa menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Serangan penyakit pada bekas menteri penerangan itu sudah terjadi empat kali. Tapi tiga serangan sebelumnya bisa diatasi tim dokter yang sempat menolong. Yang pertama terjadi Juli 1978 di Kuala Lumpur, ketika Ali Moertopo menyaksikan pemiu di negeri itu. Inilah pertama kali Almarhum diketahui mengidap penyakit jantung koroner. Akibatnya, ia diharuskan menjalani pengobatan intensif sekitar tiga bulan. Rupanya, penyakit ini serius. Lebih dari setahun setelah pulang dari Kuala Lumpur, bersama tim dokter pribadi dan keluarganya, Ali Moertopo terbang ke Houston, Texas, AS, untuk menjalani operasi bedah pembuluh darah memintas (coronary bypass surgery). Tak kurang ahli bedah jantung terkenal Dr. Benton A. Cooley ikut mengawasi pembedahan itu. Pada penyakit seperti ini pembedahan dilakukan di pembuluh jantung. Sebab pembuluh tadi dianggap sudah rusak akibat lemak yang mengendap di dalamnya. Karena itu, agar tetap bisa melancarkan peredaran darah ke otot Jantung, pembuluh yang rusak itu diganti dengan pembuluh lain yang diambil, biasanya, dari betis kaki. Dengan pembuluh baru itulah peredaran darah di-bypass agar mengalir ke otot jantung. Menurut Harris A.M. - putra sulung Almarhum, yang ikut mendampingi ayahnya dalam operasi bypass - sedikitnya operasi itu dilakukan di lima tempat. Setelah operasi itu, yang dalam 15 t ahun terakhir ini sering dilakukan para ahli bedah jantung Amerika, Ali Moertopo harus mendekam sekitar empat bulan di rumah sakit. Dan dalam perjalanan pulang dari pengobatan setelah operasi inilah. dia sempat menerima serangan jantung kedua. Tapi selamat setelah menjalani pengobatan di Los Angeles. Setelah itu, beberapa bulan kemudian dia mendapat serangan jantung yang ketiga kalinya di Jakarta. Semua serangan jantung tadi terjadi antara lain karena Almarhum - setelah operasi sulit menghilangkan kebiasaannya bekerja keras. Sesekali, kendati sudah dilarang istri atau dokter pribadinya, Almarhum lupa pada penyakitnya. Tapi, pada sisi lain, semangat bekerja yang kuat itulah yang menyebabkan Almarhum bisa bertahan hidup, seperti diakui Dokter Hanafiah kepada TEMPO. "Jika pasien lain menghadapi penyakit seperti itu, mungkin tak akan bisa setahan Pak Ali," katanya. Dan, memang, adalah Mendiang sendiri yang memutuskan untuk menjalani operasi bedah memintas pembuluh darah itu guna melawan penyakit jantung koronernya. Dia dan mungkin juga tim dokternya Fercaya bahwa operasi itu merupakan alternatlf pengobatan terbaik dibandingkan meminum obat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini